My New Boss #Googleplaybook #...

By AchelliaSugiyono

328K 29.6K 1.5K

#Cerita ini dibuat untuk mengikuti kompetisi Grasindostoryinc 2018. Hai, nama gue Arimbi, dan gue pengen ceri... More

Cast
Prolog
Pangsit Cik Ma
Being a Stalker
Kawinan Mantan
Akward
New Rules
Team
Sisterhood
Meet My New Boss
Sofitel Bali
Mulut Singa
Lubang Buaya
THE VILLA
Mid - Night
Back to Office
Hard Day Ever
Bali - Part I
Bali - Part II
BALI PART III
Gala Dinner
Night
Back To Jakarta
You Again
You ?
BAB BARU
Singapore
Day 1
Day 2 - Mid Night
Day 3
Day 4
Day 4 - Part II
Day 5
One Day Left
The Last Day
Camer
What?
Hai
E book or Cetak
The Night Before
My Day
Camilia
Kesepakatan
Jealous
Jealous Video
Another Reason
Hai
Thank You
News !!
POD
Ebook
Giveaway
News
Ralat

New Boss

6.8K 688 22
By AchelliaSugiyono

Ruang meeting di pagi hari dalam keadaan perut kosong, mata bengkak (setelah semalaman nangisin nasib gue sebagai selingkuhan terbodoh abad ini) ditambah deadline kontrak kerjasama yang harus deal hari ini, super crazy, super hard day.

"Selamat pagi pak Budi, selamat pagi pak Anton." Gue memulai meeting pagi ini sebelum bos gue datang sebagai bintang tamu.

"Ini adendum perjanjian pertriwulan dan ini adalah draft kontrak baru untuk pengadaan barang di Surabaya." Gue menyodorkan dua berkas ke arah salah satu dari mereka.

"Kami minta feedback sekarang juga pak, berhubung penawaran kami sudah sangat spesial untuk perusahaan bapak. Dan kontraknya juga udah bolak-balik berkali-kali." Mata bengkak gue nggak menghalangi bibir gue untuk terus bermanis-manis, namanya juga jualan.

"Silahkan dipelajari, saya tinggal sebentar."

Gue bergegas ke toilet, nggak tau kenapa perut gue rasanya melilit dan nyeri di ulu hati. Tapi belum juga sampai, ponsel gue bergetar.

Brtttt Brttttt

"Halo." Gue membuka suara.

"Pagi." Sapa seseorang di seberang.

"Pagi, maaf ini siapa."

"Oh, Ferdinand. Sorry semalem saya simpen kontak kamu tanpa ijin."

"Oh, . . ." Gue teringat kejadian semalam, gue menangis di jalanan seperti anak kecil dan bahkan beradu argumen dengan Ferdinand. Gue sembarangan kabur dengan taksi dan di tengah jalan gue ngeh kalau ponsel dan hand bag gue nggak ada. Jatuh di jok mobil Ferdinand. Akhirnya gue pinjem ponsel pak supir untuk menghubungi ponsel gue dan Ferdinand meminta gue berhenti some where, dia nyusul gue ke situ, bayar ongkos taksi gue dan anter gue pulang.

"Cuman mau pastiin kondisi kamu pagi ini." Katanya lagi.

"I'm ok, but little bit busy this morning." Jawab gue.

"Ok, I'll call you latter." Tutupnya.

"Ok."

Tut Tut Tut

Sambungan terputus.

Ferdinand itu kaya aspirin di saat gue lagi sakit kepala parah, dia juga mirip betadine waktu gue lagi berdarah-darah.

Seolah dia menjanjikan "kesembuhan" yang gue butuhkan. Gimana enggak, udah good looking, smart, care, good atitude, high quality banget pokoknya. Profesinya dokter, apa yang kurang?

Soal pandangan pertama, I guest semua cewe melted kalau lihat cowo model Ferdinand. Tapi dalam kondiai gue luka parah, dipecundangi keadaan sedemikian rupa, Ferdinand itu terlihat seperti Lava Cake waktu gue sakit gigi, cuman bisa di liat, nggak bisa di nikmati. Karena kalau gue nekat, yang ada bakalan makin sakit.

Well, as my mother said " Jangan jatuh cinta pada saat hati terasa kosong, karena biasanya itu hanya pelarian. Kamu harus dalam keadaan sadar waktu menentukan pilihan hati. Buat mama nggak ada istilah dimabuk cinta. Namanya aja mabuk, dalam keadaan itu kamu nggak akan bisa melihat dengan jelas. Cinta itu tanggung jawab yang besar, dan tidak main jatuh di sembarang hati" Itu waktu gue bilang mau nikah sama Edwin karena gue lagi cinta-cintanya dan mamah adalah orang yang paling menentang tanpa kasih alasan yang jelas. Ok, mungkin itu yang orang sering bilang "naluri seorang ibu"

Tadi pagi gue sempetin melui nyokap dan bilang "Thanks." Gue berasa kaya orang mau nyebrang jalan, ditarik nyokap dan malah marah-marah ke nyokap, gue nggak tau bahwa detik itu truk tronton akan melintas, entah akan jadi apa gue kalau nekat nikah sama Ed.

Ok gue terluka, tapi coba bayangin jadi Wina, 6 tahun LDR, percaya pada pasangannya dan ternyata dihianati. Gue nggak bisa ngebayangin hancurnya Wina bakal kaya apaan.

Ini semacam turning point buat gue, kamu belum benar-benar menjadi korban kalau belum memastikan bahwa tidak ada korban lainnya. Dan gue merasa korbannya justru Wina, dia yang sudah dipecundangi nasib dan kekasihnya, walaupun pada akhirnya dia tetap memenangkan raga Edwin, tapi hatinya siapa yang tahu. Soal lima tahun kebersamaan kami, anggap itu kesialan gue. Dan soal sepanjang sisa hidup Ed dalam penyesalan, itu bagian dari kesialannya. Gue hanya berharap Ed tidak nemiliki kecenderungan berdiri di dua perahu, karena yang tersisa hanyalah rasa sakit.

"Masih mau bengong di situ?!" Suara keras memvuyarkan lamunan gue.

"Oh." Gue tersadar dan semua rasa aneh di perut gue menguap hilang.

Dengan langkah cepat si bos masuk ke ruang meeting dan gue bersusah payah menyusulnya.

***

Gue baru aja dari pantry habis bikinin bos gue kopi dan gue papasan sama Vio, ini kali pertama dalam dua minggu terakhir. Nggak tau kenapa dua minggu ini dia nggak ngantor.

"Hai Vi." Sapa gue.

"Hai." Jawabnya terburu.

"Baru lihat lo hari ini, kemana aja?" Tanya gue dan dia tampak menghindari tatapan gue. Gues what, ada yang berbeda dari Vio, dia tampak lebih berisi sekarang (di tempat tertentu). Gila, ni anak habis oplas kah?

"Gue duluan." Dia segera berjalan, yang gue tangkap adalah dia nggak pengen ngobrol lebih lama dengan gue. Dan gue juga harus segera sampai di ruangan bos gue sebelum kopinya dingin.

Tok tok

"Yes." Suara berat Mss. Cathala terdengar jelas dari dalam ruangan, dan gue membuka pintu dengan satu tangan. Sedikit bingung karena sekarang di ruangan ini ada dua orang.

"Arimbi, meet Mr. Ken Tanaka." Pria itu menoleh dan gue tersenyum.

"Your new boss." Imbuh Mss. Chatala.

"W . .hat?" Gue bertanya lirih.

"I'll back to New York tomorrow morning, and Mr. Tanaka will take this position, as your boss." Jelas Mss. Cathala dengan jelas dan tegas. Sumpah gue pengen jingkrak-jingkrak rasanya. Ini boss killer gue yang sudah menyiksa gue selama beberapa tahun terakhir, finally balik ke kantor pusat di New York.

"Nice to meet you Arimbi." Pria berwajah oriental itu mengulurkan tangannya.

"Nice to meet you too Sir." Jutaan kupu-kupu menyembur begitu gue menjabat tangan bos baru gue. Selamat tinggal penderitaan, selamat datang hari-hari bahagia gue.

"Ok, kamu bias keluar sekarang." Mss. Cathala hari ini benar-benar terlihat seperti seekor kucing angora yang manis.

"Yes mam." Gue pamit undur diri dan mulai dari pintu sampai ke meja gue rasanya gue pengen salto, sumpah ini keren banget. Setelah sekian lama doa gue di kabulkan Tuhan.

Yeeeeyyyyy

***

Jam pulang kantor, dan hari ini entahlah, mungkin dewi fortuna lagi baik hati ke gue, gue di bebaskan lebih awal oleh Mss. Cathala, karena doi juga udah keluar dari kantor dari jam empat sore. Dan gue bisa balik jam enam sore, ini udah prestasi banget sih. Gue sengaja janjian sama Nana, temen deket gue yang udah hampir tiga minggu nggak ketemu demi untuk curhat-curhat ala perempuan dan ke salon bareng.

But you know what?

Gue lihat Ferdinand duduk di loby kantor dan bawa buket bunga. Gue celingukan memastikan bahwa tidak ada orang lain selain gue yang lagi di senyumin dia.

"Hi." Dia bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan ke arah gue.

"Hai Fer." Gue jelas kikuk waktu dia mengulurkan buket bunga itu ke arah gue.

"Buat aku?" Tanya gue ragu.

"Masih harus dipertanyakan?" Tanyanya.

"Agak aneh, nggak biasa terima beginian." Ah sial, padahal Edwin dulu sering banget tiba-tiba kasih kejutan, boneka, bunga, coklat, parfume, tas, cincin, handphone, arggghhhhh.

"Makan yuk." Tembaknya.

"Duh gimana ya." Gue mengigit bibir.

"Kenapa udah ada janji?"

"Iya, kebetulan mau ketemu Nana, temenku."

"Nana?" Tanyanya memastikan.

"Cewek kok, kami mau ke salon sebenernya."

"Oh gitu, ya udah saya anterin aja, sekalian kita makan bareng temen kamu juga."

Tolak nggak nih?

"Sebentar ya, aku pastiin ke Nana dulu."

Gue hubungi Nana dan baru dalam percobaan yang ketiga dia menjawab, dengan suara berbisik-bisik intinya minta maaf karena Jodie cowonya tiba-tiba jemput dan ngajak nonton film yang premiere di bioskop.

"Gimana?" Ferdinand menuntut kejelasan.

"Cancel, Jodie pacar Nana jemput dia di kantor dan mau ngajak jalan." Gue nyengir kuda.

"Tanks God." Ferdinand tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya, meski ragu akhrinya gue terima uluran tangannya, dan entah ini sial atau beruntung, bos baru gue melintas di sisi kami berdiri, tepat saat gue menoleh ke arahnya dan dia menatap gue sekilas. Gue tersenyum, mengangguk dan dia tidak merespon, hanya menatap gue dengan tatapan yang . . . em . . .

Tatapannya . . .

Undescripable . . .

Nggak bisa gue jelasin . . .

Bikin jantung gue stop

"Siapa?" Tanya Fer

"Bos aku." Gue berbisik.

Jangan lupa like dan komen ya.

Kasih masukan juga boleh banget lho.

Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 274K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
796K 10.6K 32
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.4M 120K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
308K 12.5K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...