IMPOSSIBLE [Completed]

Od FauziahZizi5

45.1K 1.9K 397

"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama... Více

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
CAST
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Pemilihan Cover
31
32 (Terbongkarnya Rahasia)
33- Oh jadi Alwan itu ( Semua terbongkar mulai dari sini)
Hai
34 - IMPOSSIBLE (End)
Baca Dulu, Penting

30

645 39 8
Od FauziahZizi5

Wanita yang mencepol rambutnya secara sembarangan itu keluar dari mobil sambil menjinjing kresek putih bermotif kotak tak beraturan. Tepat di belakangnya ada seorang gadis kecil dengan pita merah yang selalu menghiasi rambut panjangnya. Kali ini gadis itu tidak sendiri, ada sebuah tangan kekar menuntunnya berjalan ke arah pintu.

11 oktober 2010, hari ini adalah hari ulang tahun Aery. Semua persiapan telah di pikirkan dan dilaksanakan jauh-jauh hari. Ama dan Abak sengaja mengambil cuti selama 3 hari, mereka ingin turun tangan menyiapkan acara ulang tahun untuk putri mereka.

Aery telah mengundang semua temannya agar datang ke pesta kecil-kecilan ini, tidak semeriah acara pesta pernikahan tapi cukup untuk menjamu dan menghibur para tamu. Satu-persatu dari semua undangan datang memenuhi rumah mereka yang lumayan besar.

Balon berwarna putih, pink, dan biru berserakan di lantai, ada juga yang tertata rapi di sekitar dinding maupun pintu masuk. Mereka yang datang menggandeng sebuah kotak berbungkus indah, berbeda ukuran dan bentuknya.

Ama, Abak dan Aery mengenakan pakaian yang serasi. Hijau, putih menjadi paduan warna untuk pakaian mereka ditambah dengan corak dan gaya pakaian yang dibuat khusus oleh penjahit profesional. Masih dengan pita namun kali ini berbeda warna, menghiasi ujung rambut Aery yang di kepang.

Acarapun di mulai, di buka oleh nyanyian dari penyanyi terkenal dan setelah itu acara potong kue. Senyum Aery merekah, ia menatap semua yang hadir dan juga Ama, serta Abak yang setia berada di sisinya.

Sebelum memotong kue besar itu, Aery memejamkan matanya dan meminta permohonan ke Tuhan. Entah apa yang ia minta hanya Tuhan yang tahu. Setelah itu, ia memotong kue ulang tahun dengan perlahan dan mengambil sedikit bagian untuk diberikan kepada Ama dan Abak.

Aery mengangkat kepalanya, ia juga memutar tubuhnya namun begitu saja semua orang menghilang. Hanya tinggal dirinya seorang serta dekorasi yang berantakan. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Entahlah.

Ia melempar kue itu ke lantai, berteriak memanggil Abak, Ama dan semua yang hadir di sini tadi. Tanpa sengaja, Aery menginjak salah satu balon dan itu membuatnya melonjak kaget. Semua yang ada berubah menjadi begitu sunyi, langit yang tadinya berwarna biru berganti menjadi abu-abu. 

Aery berdiri di depan pintu, ketakutan menjamah dirinya saat ini. Ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya, dengan cepat gadis itu berbalik dan berteriak.

"Abak," ucap Aery sadarkan diri.

Kamar ini rasanya tidak asing, ia yakin pernah ke sini sebelumnya. Seorang wanita dengan tahilalat di pipi sebelah kanan sedang duduk di tepi ranjang sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Aery. Tentu saja dia bukan Ama, karena wajah mereka tidak mirip sama sekali.

"Akhirnya kamu bangun juga," ujar wanita itu.

Aery memalingkan wajahnya sehingga tangan asing itu menjauh, penglihatannya masih belum pulih total karena masih tampak bintik-bintik hitam yang menghalangi saat ia melihat. Gadis itu bersandar ke dinding, mengusap kepalanya yang kini telah terlilit perban.

Diam-diam matanya melirik ke segala arah, mencari sesuatu yang mungkin saja dikenalnya namun ternyata semua ini begitu asing. "Ande siapa?" tanya Aery penasaran, kepalanya menunduk karena tidak berani menatap wanita itu.

"Dia nyokap gue," sambung Alwan di ujung pintu kamar.

Sontak Aery menatap ke arahnya, jadi semalam orang yang menolong dirinya adalah lelaki ini. Apakah ada unsur ketersengajaan atau malah kebetulan? Gadis itu bertanya pada dirinya sendiri mengapa selalu saja Alwan yang menjadi malaikat penolong untuknya.

Mendadak saja bang Varo datang, ia mengalungkan tangan ke leher Alwan sambil berjalan ke arah ranjang. "Mending lo nikahin aja Wan supaya sah jagain dia, kan kasian kalau sakit terus. Nikah muda mah gak papa kali Wan," menepuk pundak adiknya.

Ama menyikut perut bang Varo karena sembarangan saja mengatakan hal itu tanpa di saring terlebih dahulu. Alwan hanya tersenyum ke arah Aery yang memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Mau gue kasih makan apa anak orang nanti bang? Pake cinta mah gak cukup kali," balas Alwan sambil memakai dasi sekolah.

Ama juga mencubit Alwan karena mau saja membalas omongan kakaknya. Suara ketukan membuat mereka menatap pintu, perlahan muncul 2 sosok yang sangat di kenal oleh Aery. Gadis itu segera memalingkan wajah karena enggan melihat mereka.

Ama dan Abak datang ke sini setelah di beri tahu oleh Alwan kalau anak mereka aman di kediaman ini. Mendengar berita baik itu, mereka merasa sangat lega seakan semua beban yang mereka pikul hilang seketika.

"Senang bisa bertemu lagi dengan anda," mengulurkan tangannya ke arah Ama.

Sudut bibir merah itu tertarik ke atas, "Maaf tapi saya tidak ingat kapan kita pernah bertemu, udah gak semuda dulu jadi sering lupa."

Mereka hanya tertawa saja, lalu kembali fokus pada gadis yang ada di ranjang. Ibu Alwan bangkit dari duduknya, dan di gantikan oleh Ama sedangkan Abak hanya menunggu di pintu karena masih merasa bersalah.

Wanita itu menyentuh pipi Aery, di sana terdapat bekas tamparan semalam. Ia mengelus dengan hati-hati lalu menjauhkan tangannya bahkan sebelum Aery memintanya melakukan hal tersebut.

Belum sempat sepatah katapun keluar dari mulutnya, tiba-tiba saja Aery bangkit dari tempat tidur dan menggandeng tangan Alwan agar menjauh dari kamar itu. Ama hanya menunduk, menghembuskan napas secara kasar sedangkan bang Varo dan ibunya hanya bisa diam saja.

Di ujung pintu mata Aery beradu dengan mata Abak, hanya sebentar karena keduanya saling membuang muka setelah itu. "Anterin gue pulang."

Alwan hanya menurut saja, toh saat ini ia juga sudah terlambat untuk datang ke sekolah. Aery sedikit menjarak dari lelaki itu, mereka berjalan beriringan tanpa sepatah katapun. Saat hendak menuruni anak tangga, Alwan cepat-cepat mengalungkan tangannya ke bahu Aery agar tidak terjadi apapun kepada gadis tersebut saat menuruni anak tangga. Kondisinya juga belum stabil sehingga Alwan was-was membiarkannya seorang diri.

Bang Varo pergi meninggalkan mereka bertiga, karena ibunya ingin membicarakan hal penting kepada kedua orangtua Aery.

Aery kehilangan tenaganya, sudah satu hari ia tidak mengisi kembali tenaganya. Bibirnya tampak pucat, sesekali ia berhenti melangkah karena rasa sakit kembali menjalar di kepalanya yang terluka. Alwan sadar bahwa gadis itu tidak sanggup lagi berjalan lebih jauh, ia membawa Aery untuk beristirahat di kamarnya saja.

Bang Varo melihat Alwan kesusahan membuka pintu kamar, dengan senang hati ia membantu adiknya. Aery duduk di tepi ranjang, sedangkan 2 orang lelaki itu pergi dari sana. Bang Varo harus pergi kuliah dan Alwan pergi ke meja makan untuk mengambil roti selai dan susu panas untuk adik kelasnya yang tampak kelaparan.

Aery menatap ke segala arah, semua barang yang ada di kamar ini tertata dengan rapi, dekorasinya juga minimalist sehingga betah jika berlama-lama di sana. Gadis itu berdiri, ia berjalan ke arah meja belajar yang terdapat buku-buku yang masih terbuka, mungkin lupa ditutup oleh Alwan semalam atau memang sengaja di bukanya pagi ini karena masih ada pr yang belum selesai dikerjakan.

Ia berpindah ke samping meja belajar, di sana ada sebuah gitar yang tergantung di dinding kamar. Aery memetik salah satu senar, sehingga terdengar satu nada menggema. Akan indah terdengar jika di padukan dengan nada lain tapi sayang gadis itu tidak pandai memainkan alat musik tersebut.

"Mau denger gue main gitar gak?" Berdiri di samping Aery dengan tangannya memegang roti selai dan susu panas.

Alwan menyodorkan sarapan yang ia bawa, sedangkan Aery malu-malu untuk mengambilnya. Mereka duduk di sofa kamar, perlahan lelaki itu memetik senar gitarnya sehingga terbentuk nada yang indah apalagi ditambah dengan suaranya yang merdu.

Bayangkan saja bagaimana rasanya saat sarapan di temani oleh cowok ganteng, pandai main gitar sama suaranya merdu pula. Namun Aery hanya merasa sedikit terhibur saja, tidak merasakan hal lain yang mungkin menyentuh perasaan.

Tangan Alwan dengan amat terlatih memainkan alat musik tersebut, tubuhnya agak bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama yang ia ciptakan sendiri. Lirik yang di bawakannya begitu menyentuh hati, hingga sesekali ia memejamkan mata agar makna dari lagunya tersampaikan ke dalam jiwa. Aery meneguk susu panas dan menggigit sedikit roti pemberian Alwan, lalu setelah itu diletakannya di atas meja persegi.

Saat sedang asyik-asyiknya menikmati lagu, sesuatu yang tertempel di dinding kamar mencuri perhatiannya. Ia bangkit dari tempat tidur, perlahan mendekati foto seseorang yang amat di kenalnya. Alwan melirik gadis itu namun tangannya masih memetik senar gitar.

"Kenapa ada foto gue di sini?" menunjuk foto itu.

"Gue cuma nempel hal-hal penting di sana, termasuk lo," seru Alwan sambil menggantungkan gitar tadi ke tempatnya semula dan berjalan mendekati Aery.

Deg.

Lagi-lagi ucapan Alwan mampu membuat pipi Aery yang merah tambah memerah. Gadis itu mencoba menahan diri agar tidak salah tingkah saat di depan kakak kelasnya. "Tapi lo tenang aja, gue gak suka kok sama lo jadi gak usah baper segala," mengacak rambut gadis yang ada di hadapannya kini.

Ia hanya mengangkat sebelah alisnya, tentu saja Aery tidak akan baper. Tapi tidak bisa dipungkuri bahwa lelaki itu memang mampu membuat hatinya terkadang jadi tak menentu. Hanya terkadang.

Kedatangan Ama dan Abak mengagetkan mereka, Aery tidak ingin masalah keluarganya merembes pada orang lain. Ini masalahnya dengan orangtua jadi lebih baik di selesaikan di rumah saja, ia menatap Alwan sebentar sebelum akhirnya pergi meninggalkan kediaman milik keluarga Ganendra.

Ucapan terimakasih tentu tidak lupa mereka sampaikan kepada keluarga tersebut, setelah basa-basi berlalu merekapun pulang dengan mobil berwarna merah. Alwan dan ibunya menatap kepergian mereka di depan pintu hingga mobil merah itu menghilang di jalanan.

Pukul 08.15 wib, Alwan mengambil ranselnya yang ada di kursi makan dan terburu-buru menuju motor andalannya yang terparkir di samping mobil Apa. Ia berubah pikiran, sayang jika hari ini absen apalagi di jam pertama yang mengajar adalah pak Sahli, guru sejarah. Kalau absen siswa lebih dari 3 kali maka siap-siap saja orangtua harus terpanggil ke sekolah.

Tak apa jika terlambat, setidaknya masih ada banyak alasan untuk membela diri. Gurupun juga tidak mungkin menyuruh siswa-siswi yang terlambat untuk pulang. Hanya saja hukuman akan menanti mereka dan nama mereka akan terpampang di buku kasus. 

Pak Buyuang terpaksa meninggalkan sarapan paginya, karena ia harus segera membukakan gerbang atau Tuan akan marah kepadanya. Abak menurunkan jendela kaca mobil dan menyapa lelaki berseragam hitam itu dengan senyuman.

Abak memarkirkan mobilnya, lalu turun dan membukakan pintu untuk Aery. Ama lebih dulu masuk ke dalam rumah dan disusul oleh suami dan anaknya, mereka duduk saling berjauhan di sofa ruang tamu. Hanya keheningan yang menyelimuti tempat itu.

Ama melepaskan sepatunya karena kakinya terasa sakit-sakit semua, sedangkan Abak duduk sambil memangku tangan.

"Puas kamu bikin malu keluarga kita di depan orang yang bahkan gak kita kenal? Setelah ini mereka pasti berpikir bahwa kita gagal mendidik kamu Ai."

Astaga lagi-lagi emosi menguasai diri Abak, ia bahkan tidak sadar sama sekali akan kode yang diberikan oleh sang istri. Sekarang gadis berambut lurus itu benar-benar kehilangan moodnya, ia bilang "Ai mau ke rumah Andung."

Mereka serentak menatap sang anak, "Terserah," jawab Abak.

Gadis itu bangkit setelah mendengar kalimat yang dianggap sebagai persetujuan. Ia masih ingat betul apa yang terjadi semalam di tangga ini, perlahan Aery melangkah dengan hati-hati karena rasa trauma membuatnya takut untuk berjalan ke atas sana.

Napas panjang berhembus saat menginjak undakan anak tangga terakhir, seperti biasa setiap pagi lantai ini licin karena baru saja di pel oleh bi Supiak. Namun Aery sudah terbiasa akan hal seperti ini jadi ia santai saja melaju ke arah kamarnya.

Knop pintu berputar sehingga terdengar suara klik, tangan itu meraba-raba di dinding mencari kontak lampu. Setelah dapat, lalu lampu dinyalakan dan terlihat kamar yang penuh kesepian dan terasa hampa meski boneka Tedy dan yang lain bertaburan di atas kasurnya.

Ia membuka pintu lemari, mengambil sebuah koper berwarna biru muda yang belum lama ini digunakannya. Ia mengambil beberapa pakaian yang tergantung di dalam sana, dan memasukkannya secara acak-acakan saja.

Dan yang terakhir di masukkan ke dalam koper adalah foto keluarga beberapa tahun yang lalu, sengaja masih ia simpan di dalam laci lemari. Mungkin banyak foto  lain tapi foto yang satu ini begitu istimewa untuknya karena diambil saat hari ulang tahun pernikahan Ama dan Abak.

Sebenci-bencinya Aery kepada mereka, tidak bisa mengalahkan rasa sayang dan cinta yang ia miliki terhadap Ama dan Abak. Ia mencium boneka yang diberi nama Tedy, sebagai salam perpisahan untuk sementara waktu.

"Jaga diri baik-baik ya sayang, mungkin ketenangan bisa kamu dapatkan di sana," ucap Ama yang sudah berada di sampingnya.

"Ama, Aery mau tidur sebentar di paha Ama. Boleh ya? Soalnya Ai ngantuk. Tapi Ama di sini aja ya sampai aku bangun takutnya nanti tidurku kelamaan," pinta Aery yang mengeyampingkan bencinya untuk saat ini.

Ama mengangguk, ia menepuk pahanya dan Aery tidur dengan kepala berada di atas paha ibunya. Dan hal itu terjadi lebih dari 6 jam sehingga Ama terpaksa membangunkan sang putri namun tidak mendapat respon apapun.

"Abak, cepat ke sini," teriak Ama.

***

Hai barusan aku up ya, nah sekarang up lagi. Gimana sama part kali ini?

Vote dan komennya jangan lupa ya, terima kasih.

Ada perubahan di sinopsis cerita ini dan covernya juga aku ganti supaya lebih masuk dalam cerita. Maaf untuk perubahan yang aku lakukan, sekian, terima kasih.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

45.3K 3.9K 25
Jomblo? Satu kata sarat hinaan ya guys. Kenapa nggak pacaran? Nggak laku? Nggak ada yang mau? Dihhh tsadest!!! Bukan nggak laku, cuma lagi nyari yang...
192K 20.7K 35
"Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan." Sebuah kisah anak manusia yang mencoba menemukan jati diri dan tujuan mereka hidup di dunia ini.
23.9K 1K 12
Semua tatapan aneh dari orang-orang tidak Ia hiraukan. Dalam balutan seragam TNI AU Ia berjalan di tepi pantai bersama wanita di sampingnya. ________...
3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...