RATU PILIHAN [pcy;ssw]

By BlueinWendy

94.1K 12K 362

Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang, Chanyeol tahu ia harus melakukan s... More

Starring Cast(s)
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31 (END)
EPILOG
Let's Move

Chapter 17

2.2K 350 5
By BlueinWendy

RATU PILIHAN

CHAPTER 17

Original Story by Sherls Astrella

---


Napas Seungwan tersenggal-senggal. Ia sudah kehabisan tenaganya.

Seumur hidup tidak pernah Seungwan bermain pedang sepanjang hari seperti ini. Tidak seorang pun yang menantangnya bermain hingga matahari tenggelam. Bintang-bintang sore mulai keluar dari tempat persembunyiannya tetapi mereka masih belum berhenti.

"Kau tidak buruk," kata Chanyeol juga tersenggal-senggal.

"Kau juga," balas Seungwan.

"Tidak," Chanyeol menerjang.

Seungwan terkejut.

Chanyeol memainkan pedangnya di pedang Seungwan, "Aku lebih baik darimu," pedang Seungwan terlempar dari tangan Seungwan.

Seungwan terperangah. Pedangnya jatuh tak jauh dari sisinya.

Chanyeol tertawa puas.

Seungwan menatapnya dengan tajam.

"Kau benar-benar membuatku lelah," Chanyeol menjatuhkan diri di atas rumput.

Seungwan menatap tajam pria itu.

"Hari sudah larut," kata Chanyeol, "Sebaiknya kita berhenti."

Seungwan melihat langit malam yang bertaburan bintang dan membaringkan diri di sisi Chanyeol.

Seungwan memperhatikan bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Matanya terpejam merasakan angin sepoi-sepoi yang menari-nari di udara. Ketenangan sore ini benar-benar membuai dirinya. Seungwan ingin terus seperti ini – berbaring di atas rumput sambil menikmati semilir angin yang membuaikan diri. Dan kesunyian alam yang menenangkan hati.

Chanyeol juga berdiam diri memperhatikan langit malam dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip di atasnya. Entah sudah berapa lamanya ia tidak menghabiskan banyak tenaga seperti ini. Gadis ini memang liar. Gerakannya sama sekali tidak terduga.

"Sudah waktunya kita kembali," Chanyeol berdiri dan menoleh pada Seungwan.

Mata Seungwan terpejam rapat. Napasnya naik turun dengan teratur.

Chanyeol berlutut di sisi Seungwan. "Kau pasti kelelahan," tangannya terulur menyeka keringat di dahi Seungwan yang belum mengering. "Kau bisa sakit kalau kau tidur di sini," ia berkata lembut.

Seungwan sudah terbuai ke dalam dunia mimpinya.

Chanyeol tersenyum. Ia membungkukkan badan, meletakkan kepala Seungwan di bahunya dan mengangkat tubuh gadis itu dari tanah.

"Bawa masuk pedang yang tergetak di kebun belakang," perintahnya pada prajurit pertama yang dilihatnya dan ia terus membawa masuk Seungwan.

Grand Duke Jungsoo melihat Chanyeol mendekat sambil membopong Seungwan.

"Yang Mulia," Grand Duke mendekat dengan cemas.

"Tidak apa-apa," Chanyeol menenangkan pria tua itu, "Ia hanya kelelahan."

Grand Duke memperhatikan mata Seungwan yang terpejam. Ia tampak begitu tenang dengan wajah tidurnya yang manis itu.

"Tampaknya beliau benar-benar kelelahan."

Chanyeol tertawa. "Ia adalah Xena."

"Xena?" Grand Duke bertanya heran.

Chanyeol tersenyum. "Tapi ia tetaplah seorang wanita," matanya memandang lembut gadis dalam gendongannya itu.

Grand Duke tertegun. Belum pernah ia melihat Chanyeol tersenyum seperti itu. Belum pernah ia melihat sinar mata itu.

"Aku akan membawanya ke kamarnya."

"Silakan, Paduka," Grand Duke menepi – memberi jalan.

Grand Duke memperhatikan Chanyeol yang berjalan menjauh sambil membopong Seungwan. Dalam hati ia berpikir, 'Pilihanku mungkin tidak salah.'

-----0-----

Seungwan terbangun oleh rasa lapar. Ia duduk di tepi ranjang dan memperhatikan sekelilingnya dengan bingung.

"Kau sudah bangun?"

Seungwan tertegun melihat Chanyeol duduk di kursi depan perapian.

"Mengapa kau di sini?" Seungwan tiba-tiba menyadarinya. Semenjak ia mengeluhkan sikap Chanyeol yang seperti pengasuh yang selalu mau memastikan ia tidur, Chanyeol hampir tidak pernah datang ke kamarnya. Dan tiba-tiba saja hari ini ia berada di sini dengan senampan teh dan makanan ringan.

"Apakah aku tidak boleh berada di dalam kamar istriku?" Chanyeol menyelidiki.

"Tidak. Aku tidak bermaksud demikian," Seungwan membela diri, "Aku hanya merasa heran."

"Kau tertidur pulas seperti seekor babi kecil dan aku tidak tega membiarkanmu terbangun dengan perut lapar."

Seungwan terperangah. Perutnya berbunyi.

"Sudah kuduga kau akan kelaparan," Chanyeol tersenyum geli.

Seungwan tidak suka cara pria itu berbicara. Ia membuang mukanya dengan angkuh dan melangkah ke pintu.

"Kau tidak mau menemaniku?" Chanyeol bertanya heran, "Aku telah meminta mereka menyiapkan jatah untuk dua orang."

Langkah kaki Seungwan terhenti. Ia melihat Chanyeol yang dengan tenangnya menyiapkan sebuah piring di depannya dan dengan tenang pula ia menuangkan teh dalam cangkir di depannya.

"Mereka akan kecewa kalau kau tidak menghabiskan jatahmu."

Dengan kesal Seungwan duduk di kursi panjang di depan pria itu.

"Tidak ada perdebatan," kata Chanyeol santai, "Aku sudah sangat lelah."

Seungwan tidak menanggapi. Ia mengulurkan tangan mengambil cangkir yang telah diisi Chanyeol untuknya. Saat itulah ia menyadari ia sudah berganti baju.

Seungwan melihat Chanyeol dengan pucat. "Apa yang kaulakukan?"

Chanyeol kebingungan.

"Mengapa aku sudah berganti baju!?" Seungwan ingat persis ia berbaring di sisi Chanyeol di atas rumput dengan pakaian berkuda merah pemberian Joohyun dan sekarang ia sudah mengenakan baju tidur coklat muda sutranya.

Chanyeol tertawa geli.

Seungwan tidak suka mendengarnya. "Apa yang lucu!!?" bentaknya kesal.

Tawa Chanyeol langsung menghilang. Ia berdiri.

Seungwan dapat merasakan bahaya ketika pria itu mendekat. Ia bergeser menjauhi pria itu.

Chanyeol sengaja memojokkan gadis itu di salah satu sudut kursi panjang itu. Satu tangannya memegang sandaran kursi dan satunya memegang pegangan kursi. Tubuhnya membungkuk pada Seungwan yang meringkuk di pojok.

Seungwan benar-benar terpojok di kursinya. Chanyeol mengurungnya di antara dua tangannya. Ia tidak punya ruang untuk kabur.

"Katakan, istriku," Chanyeol mendekatkan tubuhnya.

Seungwan tidak suka cara pria itu memanggilnya. Jelas sekali pria itu tengah mengejeknya!

"Apa kau mau memulainya?" Chanyeol mendekatkan wajahnya.

"Memulainya?" Seungwan bingung.

"Bukannya kita belum pernah melakukannya sama sekali," Chanyeol terus memperpendek jarak di antara mereka.

'Chanyeol terlalu dekat!' Sesuatu dalam diri Seungwan memperingatkan. Seungwan dapat merasakan hembusan napas Chanyeol. Ia dapat merasakan gerakan bibir Chanyeol di atas bibirnya. Apa pun yang tengah dimainkan pria itu, Seungwan tahu ia harus segera mencari cara untuk melepaskan diri.

"Katakan," bisik Chanyeol berbahaya, "Apa yang bisa kulakukan pada seorang babi kecil yang tidur pulas sepertimu?"

Seungwan marah. Ia membenci pria itu menyebutnya babi!!

"Mulutmu bau," katanya dingin.

Chanyeol termangu. Ia menatap sepasang mata biru yang kesal itu.

"Mulutmu bau," ulang Seungwan dengan tatapan mata dinginnya.

Chanyeol tertawa geli. "Kau memang benar-benar pandai merusak suasana," pria itu menjatuhkan diri di sisi Seungwan.

"Apa katamu!?" Seungwan melayangkan tinjunya ke dada pria itu.

"Dan liar," Chanyeol menangkap kedua tangan Seungwan.

"Kau yang," Seungwan terpesona. Ia tidak pernah melihat Chanyeol tersenyum seperti ini padanya. Sepasang mata kelabunya menatapnya lembut bukan mengejek seperti biasanya. Chanyeol benar-benar memberikan senyumnya yang menawan!

"Kau sungguh manis dengan pipimu yang memerah itu," tangan Chanyeol memegang pipi Seungwan. Sekali lagi Chanyeol mendekatkan wajahnya.

Jantung Seungwan berdebar kencang tanpa bisa dihentikan gadis itu. Sepasang mata birunya terus terpaku pada sepasang mata kelabu yang tersenyum lembut itu.

"Kuberitahu, istriku yang lugu," Chanyeol berbisik di telinga Seungwan, "Pelayanlah yang membantumu berganti baju." Senyum di wajah Chanyeol berubah menjadi senyum mengejek yang selalu ia tunjukkan.

Seungwan langsung sadar. Chanyeol sedang mempermainkannya!

"Kau benar-benar menyebalkan!" Seungwan mendorong Chanyeol.

Chanyeol tertawa geli. Membuat Seungwan marah memang hal yang paling menyenangkan untuk dilakukan setelah sepanjang hari berkutat dengan pekerjaan yang membosankan.

"Tidak lucu!" Seungwan berdiri dengan kemarahan yang memuncak. Ia benar-benar membenci pria ini!

"Duduk!" Chanyeol menangkap tangan Seungwan.

Seungwan melihat sepasang mata Chanyeol yang berkilat itu. Ia tahu Chanyeol tidak suka ia pergi tanpa menghabiskan makanannya. Namun Seungwan sendiri juga sudah mencapai puncak kemarahannya. Maka, ia menebaskan tangan Chanyeol. "Mengapa aku harus mendengarmu!?" Katanya marah.

Chanyeol terkejut. Ini kedua kalinya Seungwan meninggalkan makannya yang belum tersentuh sama sekali.

Seungwan tahu Chanyeol pasti sudah menyuruh prajurit menjaga pintu kamarnya. Ia pasti telah memikirkan segala cara untuk tetap menahannya di dalam kamar. Namun ia tidak akan membiarkan pria itu terus menang.

Chanyeol memperhatikan Seungwan yang berjalan ke beranda dengan kesal. Tiba-tiba ia sadar Seungwan sudah marah besar. Chanyeol kesal ketika menyadari ia dibuat takut oleh kemarahan gadis itu.

Hingga saat ini ia tidak mengerti mengapa ia suka melampiaskan kepenatannya kepada Seungwan. Ia mengakui ia menikmati kemarahan gadis itu. Walaupun ia tidak menyukai keliaran gadis itu, ia benar-benar dibuat takut ketika gadis itu bersikap anggun.

Ia tidak mungkin lupa ketika Seungwan benar-benar marah pada hari itu. Hari itu adalah pertama kalinya Seungwan menghadiri pesta sebagai seorang Ratu Viering. Juga pertama kalinya Chanyeol mengijinkan Seungwan keluar Fyzool.

"Aku tidak mau!" Itulah reaksi pertama Seungwan ketika ia mengajukan syarat-syaratnya. "Kau tidak bisa memerintahku!"

"Kau harus ingat siapa yang berkuasa di tempat ini!" Nada Chanyeol meninggi, "Kau harus ikut!"

"Tanpa bantahan!" Chanyeol menambahkan dengan tegas ketika melihat Seungwan akan membuka mulutnya, "Dan kuperingatkan kau, jangan berbuat yang macam-macam," Chanyeol memberikan sinyal bahaya, "Aku tidak ingin kau mempermalukan aku!"

"Kau tidak bisa memerintahku!"

"Siapa yang mengatakannya? Aku adalah suamimu. Aku berhak mengaturmu!"

"Siapa yang memintanya!? Aku hanya kebetulan terpilih menjadi istrimu! Aku tidak pernah sudi menikah denganmu!" Suara Seungwan meninggi. Seungwan kesal. Ia marah. Ia sudah tidak mau melihat pria itu lagi. Mati pun ia tidak akan sudi melihatnya!

Tanpa menanti jawaban Chanyeol, Seungwan langsung meninggalkan ruangan itu. Ia akan menunjukkan pada pria itu bahwa ia bukan gadis yang bisa sembarangan diperintah. Akan ia tunjukkan ia bukan gadis yang bisa dipermainkan. Ia bukan seorang dari para penggemarnya yang terus berlomba-lomba untuk menunjukkan siapa yang paling pantas untuk menjadi pendamping Chanyeol!

Dan keesokan sorenya, Chanyeol puas ketika melihat Seungwan. Gadis itu tampak begitu memukau. Ia jauh lebih cantik dari saat pernikahannya. Ia jauh lebih anggun dari pesta pertunangannya. Dari aura yang ditebarkannya, Chanyeol merasa gadis itu sudah menjadi sosok lain yang tidak dikenalnya.

Chanyeol benar-benar puas. Ia tahu mengapa Rose tiba-tiba mengadakan pesta itu dan mengundang keduanya. Rose masih tidak dapat menerima keputusannya untuk menikah dengan gadis lain ketika mereka masih bersama. Rose tidak mengakui Seungwan! Ditambah dengan kelakukan Seungwan yang mulai menjadi bahan pembicaraan, Rose pasti ingin membuktikan pada dunia bahwa Seungwan tidak pantas menjadi seorang Ratu Viering. Namun dalam pesta itu Seungwan merebut perhatian semua orang. Ia menjadi seorang gadis muda yang bersinar paling cantik dan menawan dalam pesta itu.

Sayangnya, kepuasan itu tidak bertahan lama. Chanyeol mulai merasakan kejanggalan ketika Seungwan bersikap angkuh kepada setiap undangan di pesta itu bahkan Joohyun, sang kakak angkat kesayangannya. Ia baru benar-benar menyadari kejanggalan itu ketika Seungwan tetap bersikap kaku dan anggun keesokan harinya dan beberapa hari setelahnya.

Sepanjang hari Seungwan tidak terlihat berkeliaran di sekitar Fyzool. Ia tidak nampak ketika para pekerja kebun melakukan pekerjaan rutin mereka. Ia tidak terdengar muncul tiba-tiba di dapur. Ia tidak muncul seperti seorang pahlawan ketika Chanyeol sedang memarahi seseorang. Ia tidak lagi kabur dalam pelajaran musiknya. Sepanjang hari Seungwan duduk di Ruang Musik memeriahkan suasana Fyzool dengan permainan pianonya yang lembut. Di lain waktu ia menemani tamunya sepanjang hari. Sikapnya yang berubah total itu membuat semua orang bingung dan membuat Chanyeol panik.

Chanyeol memerintahkan gadis itu untuk berhenti mengambek seperti seorang anak kecil namun gadis itu dengan polosnya bertanya,

"Mengambek? Siapakah yang sedang mengambek?"

"Berhentilah bersikap seperti ini!" Chanyeol menegaskan.

"Maafkan saya, Paduka," Seungwan menyesal, "Saya sungguh tidak mengerti permintaan Anda."

"Berhentilah bersikap seperti ini. Kau membuatku muak."

"Apakah yang membuat Anda tidak puas, Paduka?" Tanya Seungwan tidak mengerti, "Bukankah ini yang Anda inginkan dari istri Anda?" Seungwan menyeka bibirnya.

Mata tajam Chanyeol tidak lepas dari Seungwan yang dengan anggun meletakkan sendok garpunya. Kemudian ia berdiri.

"Maafkan saya, Yang Mulia," kata Seungwan lembut, "Saya tidak dapat menemani Anda lebih lama lagi."

Mata Chanyeol terus memperhatikan Seungwan yang berjalan dengan anggunnya menuju pintu. Dadanya membusung selayaknya seorang lady yang mengerti benar posisi dan kekuasaannya. Seungwan sudah menjadi sesosok yang tidak dikenalnya.

Chanyeol juga meminta Grand Duke untuk menyampaikan pesannya pada Seungwan.

"Katakan pada gadis itu aku sudah tidak akan memaksanya," kata Chanyeol kepada Grand Duke, "Katakan padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti ini."

Chanyeol berharap setidaknya Seungwan akan mendengar pria yang dihormatinya itu. Namun ia salah, Seungwan tidak berhenti bersikap dingin dan anggun.

Chanyeol tidak mengerti. Ia sama sekali tidak mengerti keadaan ini. Bukankah seharusnya ia senang dengan keadaan ini? Inilah istri yang diinginkannya! Seorang lady cantik yang anggun, pendiam dan penurut. Tetapi mengapa justru keadaan ini membuatnya tidak tenang? Mengapa ia justru merasa tersiksa. Ia merasa seperti sedang dihukum!

Chanyeol geram. Ini semua gara-gara gadis itu! Ia pasti tengah merencanakan sesuatu yang membuatnya was-was. Tapi... apa yang telah dilakukan gadis itu? Ia telah menuruti perintahnya dengan bersikap anggun selayaknya seorang lady sejati. Hari ini pun ia tidak melakukan sesuatu yang merepotkannya. Kemarin ia juga tidak membuat ulah. Ia sudah menjadi sosok istri yang diinginkannya.

Sudah tujuh hari ini Seungwan bersikap manis. Chanyeol tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ia tidak bisa membiarkan keadaan yang menyiksa ini berlanjut terus menerus.

Chanyeol mendengar dari Jungsoo. Joohyun adalah orang yang membesarkan Seungwan tetapi Sehun adalah orang yang membentuk Seungwan yang sekarang. Satu-satunya cara untuk menghentikan Seungwan adalah memanggil kembali keliarannya itu.

Maka di malam ketujuh itu, Chanyeol, setelah sekian lama absen, muncul di kamar Seungwan.

Seungwan sudah hampir tertidur ketika ia masuk.

Matanya yang setengah mengantuk melihatnya dengan bingung ketika ia membaringkan diri di sisi gadis itu.

"Apa yang kaulakukan!!?" Seungwan terperanjat ketika Chanyeol menarik tubuhnya. Sepasang mata birunya membelalak kaget.

"Menurutmu, apakah yang dilakukan istri penurut sepertimu terhadap permintaan suaminya yang mendesak?"

"Apa?"

"Kuberitahu, Seungwan," Chanyeol menindih Seungwan, "Apa yang seorang lady sejati lakukan untuk suaminya."

"Kalau kau kesepian, jangan cari aku," Seungwan berkata dingin.

Chanyeol bingung.

"Aku bukan pengasuhmu!" Seungwan mendorong Chanyeol sekuat tenaganya.

Chanyeol duduk di sisi Seungwan dan tertawa geli.

"Apa yang lucu!?" Seungwan bangkit.

Melihat wajah kesal gadis itu, Chanyeol tahu ia membangkitkan kembali keliaran gadis itu. Setelahnya mereka memang bertengkar hebat namun Chanyeol merasa lega. Seungwan telah kembali ke sifat aslinya.

Chanyeol memutuskan! Ia harus melakukan sesuatu sebelum Seungwan memutuskan sesuatu yang akan menyusahkannya.

Tangan Seungwan memutar pegangan pintu serambi.

"Aku tidak akan melakukannya kalau aku adalah kau," tangan Chanyeol menahan pintu.

Seungwan melihat pria itu dengan kesal.

"Atau aku akan membatalkan bulan madu kita?"

"Bulan madu?" Seungwan bertanya bingung, "Apa itu?"

"Jangan membuat usahaku sia-sia. Aku sudah bersusah payah menyisihkan waktu untuk membawamu pergi."

"Pergi!?" Seungwan berseru senang. "Kita akan pergi ke mana? Ke mana?"

Chanyeol tersenyum geli melihat reaksi gadis itu. Ia benar-benar seperti seorang gadis kecil yang diberi permen.

"Ke Corogeanu," Chanyeol menjawab.

"Corogeanu...?" Mata Seungwan nanar.

"Ada apa?" Chanyeol mengejek, "Apa kau takut ke Corogeanu?"

"T-tidak!" Sahut Seungwan, "S-siapa yang takut!?"

Walaupun Seungwan berkata seperti itu, Chanyeol tahu Seungwan berbohong. Ia melihat mata gadis itu menunduk ke lantai dan tangannya bertautan di depan dadanya. Chanyeol yakin ia melihat tubuh gadis itu bergetar.

"Teh kita pasti sudah dingin," Chanyeol memeluk pundak gadis itu. Sekarang ia dapat merasakan getaran tubuh gadis itu di telapak tangannya.

'Red Invitation memang telah meninggalkan luka di hati banyak orang,' Chanyeol berkata pada dirinya sendiri.

---

Continue Reading

You'll Also Like

40.6K 5.7K 21
Son Wendy dan Park Chanyeol, dua manusia yang sama-sama menghadapi rasa kehilangan dalam bentuk berbeda. Dan karena suatu insiden yang tak disengaja...
4.1K 650 20
Park Chanyeol memiliki kekasih yang sangat cantik, baik dan pengertian. Namanya Im Nayeon. Hubungan mereka sudah berjalan selama hampir lima tahun da...
2K 454 3
Setelah lima tahun putus dan tidak saling bertemu, Shanum dibuat terkejut ketika dia masuk kelas untuk mengajar pascasarjana, salah satu mahasiswanya...
9.1K 857 33
.Start in '18 November 2021' .Ending ' 09 Mei 2022 ' . . . . sebuah pertemuan yang menghasilkan dua hati menemukan cintanya kembali. seorang dokter C...