RATU PILIHAN [pcy;ssw]

By BlueinWendy

94.1K 12K 362

Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang, Chanyeol tahu ia harus melakukan s... More

Starring Cast(s)
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31 (END)
EPILOG
Let's Move

Chapter 3

2.4K 346 4
By BlueinWendy

RATU PILIHAN

CHAPTER 3

Original Story by Sherls Astrella

---


Seungwan memandang hamparan cakrawala di kejauhan.

Dari tempatnya duduk, ia dapat melihat Istana Fyzool yang berdiri di puncak bukit itu menaungi rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Atapnya yang biru tampak begitu serasi dengan awan-awan putih tebal yang melatar belakanginya. Dinding-dinding putihnya yang kokoh tampak bersinar di bawah sinar mentari pagi.

Berada beberapa bepuluh-puluh mil dari Schewicvic, Istana Fyzool terlihat seperti raksasa yang berdiri kokoh di antara rumah-rumah kecil yang mengelilinginya. Istana yang begitu megah itu tampak begitu kontras dengan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Ia tampak begitu kokoh dan berkuasa. Tentu saja tidak semua bangunan di sekitar Istana kecil. Masih ada gedung Parlemen yang megah. Kawasan elit para orang kaya juga berada di salah satu sisi ibukota. Beberapa kilometer di belakang Istana juga tampak kediaman keluarga Krievickie, Mangstone Villa. Di Loudline juga ada banyak jalan-jalan yang terkenal. Ada jalan yang terkenal oleh keindahannya, jalan yang terkenal oleh kerimbunan pepohonannya, ada juga jalan yang terkenal oleh pertunjukan-pertunjukan atraksinya yang tiada henti juga ada jalan lebar dengan toko-toko yang indah di kanan-kirinya. Di sana kau juga dapat menemukan restoran-restoran terkenal yang dipercantik para pelayan wanita yang cantik molek. Bila tengah malam kau memerlukan tempat beristirahat, hotel-hotel di segala penjuru Loudline juga siap menyambutmu mulai dari harga yang terjangkau hingga harga yang tinggi untuk para kaum elit. Di malam hari bila kau tidak dapat tidur, kau bisa pergi ke coffee shop yang buka sepanjang hari di setiap sudut kota terbesar di Viering itu. Bar-bar elit yang hanya didatangi oleh bangsawan juga ada di segala penjuru Loudline, salah satunya tidak menyukai semua itu, kau juga bisa pergi ke taman kota yang rimbun dan berhiaskan patung-patung yang indah dengan kolam air mancurnya yang tinggi. Kau juga bisa mengunjungi satu-satunya museum di Viering yang menyimpan sejarah Viering yang panjang. Bila kau ingin berbelanja, ada kawasan pertokoan yang tidak pernah tutup sepanjang tahun. Atau bila kau merasa sakit, ada rumah sakit terkenal Viering di sana. Dokter-dokter terkemuka di Viering juga dapat ditemukan dengan mudah. Kau juga tidak perlu mengkhawatirkan keamanan Loudline. Dengan Istana Fyzool di sisi barat kota, siapa yang berani menyepelekan keamanan kota yang menjadi benteng Fyzool itu? Bila para polisi kau rasa kurang sigap mengamankan isi kota yang padat itu, maka tentara Viering selalu siap sedia menjaga keamanan tempat itu. Para pasukan bayangan Viering yang tangguh juga siap diturunkan bila keadaan sangat mendesak.

Itulah wajah ibukota Kerajaan Viering yang tidak pernah beristirahat.

Seungwan memandang istana yang megah itu lekat-lekat.

Tidak tampak tanda-tanda yang mencurigakan dari Istana. Tidak tampak juga kejanggalan di dalam Istana yang selalu berkilau itu. Namun ada banyak masalah di dalamnya.

Seungwan tidak perlu pergi ke sana untuk mengetahui masalah-masalah di dalam bangunan yang megah itu.

Koran-koran cukup menceritakan apa yang ada di dalamnya. Kabar-kabar burung yang sampai di telinganya cukup menjelaskan apa yang tengah terjadi di sana.

Seperti pagi ini, dari orang-orang yang ditemuinya di pasar ia mendengar gejolak kemarahan Chanyeol masih belum surut.

Seungwan tidak yakin kemarahan pria itu akan reda dalam waktu singkat. Dari Jungsoo, Seungwan sering mendengar bagaimana menyeramkannya kemarahan Chanyeol. Seungwan tahu Jungsoo juga para bangsawan lain serta pembantu Chanyeol tidak ada yang berani melawan pria itu ketika ia murka. Ia yakin kali ini tidak akan ada yang dapat meredakan kemarahan Chanyeol selain mengubah masa lalu.

"Tetapi itu tidak mungkin," desah Seungwan sambil menyandarkan punggung ke batang pohon besar itu. Tangannya terlipat di belakang kepalanya. Kakinya menjulur panjang di dahan tempat ia duduk. Matanya memandang langit biru di atas kepalanya.

Bagi Seungwan, tiada saat yang lebih menyenangkan daripada duduk di atas pohon di musim panas yang menyengat ini. Tidak ada yang peduli di mana ia berada. Ayahnya tidak akan mencarinya. Ia dapat menikmati waktunya di atas pohon sesuka hatinya dan sepuas hatinya. Seungwan memejamkan matanya.

"Seungwan!"

"Seungwan, di mana kau?" Joohyun ikut-ikutan berseru memanggil.

Seungwan terkejut.

"Sudah kuduga kau ada di sini," Sehun menengadah sambil tersenyum puas.

"Ya, Tuhan," pekik Joohyun, "Apa yang kaulakukan di atas sana?"

"Tunggu sebentar," sahut Seungwan, "Aku akan segera turun."

"Tidak! Tidak!" Joohyun panik. Wanita yang tidak pernah terbiasa oleh kesukaan Seungwan akan memanjat pohon itu segera mendorong maju adiknya dan berkata, "Sehun akan menurunkanmu."

Sehun membelalak. "Apa lagi yang kaukhawatirkan?" katanya heran, "Kau selalu dan selalu begini padahal kau tahu dia sudah pandai dalam hal ini."

Di atas sana Seungwan tertawa. "Jangan khawatir, Joohyun," Seungwan berdiri, "Lihatlah aku sudah sangat mahir untuk ini." Seungwan meloncat ke dahan di bawah dan meloncat lagi ke dahan yang lain seperti seekor tupai.

"Ya Tuhan, Seungwan!?"

Seungwan berpegang di dahan dan mengayunkan badannya ke dahan lain yang lebih rendah. Tiba-tiba tangannya terlepas.

"Seungwan!?" Joohyun berseru panik.

Sehun langsung bersiap menangkap Seungwan.

Seungwan jatuh meluncur dengan mulusnya ke dalam tangan Sehun yang sudah siap menangkapnya.

Mereka jatuh tersungkur di atas tanah.

"Kau semakin berat saja," keluh Sehun sambil memegang pantatnya yang menghantam tanah.

"Kaulah yang semakin lemah!" balas Seungwan tidak senang.

"Seungwan!" Joohyun berdiri sambil bersilang pinggang. "Apa kau sadar yang kaulakukan ini sangat berbahaya!?"

"Kalau kau tidak tiba-tiba berteriak memecah perhatianku, aku tidak akan terjatuh," keluh Seungwan.

"Seungwan!" Joohyun naik pitam dan seketika itu ia menyadari sesuatu.

"Demi Tuhan, Seungwan!" pekiknya histeris, "Mengapa kau memakai gaun seperti itu? Apa yang terjadi pada rambutmu? Apa mereka tidak menatanya untukmu?"

Itulah Joohyun, sang kakak dan ibu angkat Seungwan, ia selalu memperhatikan setiap sudut penampilan Seungwan. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki tidak akan ada yang dilewatkan oleh Joohyun.

"Sudah berapa lama kau memakai gaun ini!?" selidik Joohyun melihat gaun Seungwan yang sudah kekecilan dan sudah ketinggalan mode.

Seungwan mengabaikan pertanyaan itu. Ia berpaling pada Sehun, kakak lelaki yang paling disayanginya.

"Sehun, apa yang membuatmu datang?" Seungwan mencoba merangkul pundak Sehun tetapi tubuhnya terlalu pendek untuk dapat menggapai pundak pria itu. "Mengapa kau kian lama kian tinggi?" komentar Seungwan kesal.

"Kaulah yang makin lama makin pendek," balas Sehun sambil menepuk-nepuk kepala Seungwan.

"Sikapmu inilah yang membuat aku kian pendek," Seungwan menapik tangan Sehun.

Sehun tertawa terpingkal-pingkal.

"KAU!?" Seungwan melayangkan tinjunya ke wajah Sehun.

Sehun langsung memasang kuda-kuda untuk melawan Seungwan. Keasyikan mereka sendiri membuat Joohyun tersisih. Sikap Seungwan yang kelaki-lakian diimbangi Sehun membuatnya naik pitam. "Kalian ini!!" serunya.

"Sehun," hardik Joohyun, "Berapa kali kukatakan jangan merusak Seungwan!?"

"Siapa yang merusak Seungwan," gerutu Sehun.

"Seungwan," giliran Joohyun menghardik Seungwan, "Berapa kali kukatakan jangan bersikap kelaki-lakian seperti itu!? Kau adalah wanita bukan laki-laki. Apa kau masih tidak sadar juga!??"

"Aku tidak meminta dilahirkan sebagai seorang wanita," gerutu Seungwan.

"Seungwan!" suara Joohyun melengking tinggi.

Inilah Joohyun ketika ia marah. Di saat biasa ia adalah wanita cantik yang lemah lembut tetapi ketika ia marah, ia akan menjadi sangat menakutkan. Tetapi kedua orang itu telah terbiasa oleh kemarahannya.

"Apa kau mempunyai acara hari ini?" Sehun merangkul pundak Seungwan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Tidak," jawab Seungwan, "Kau mempunyai acara?"

Joohyun dibuat geram oleh sikap mereka.

"Apa kau mau berkeliling bersamaku?" Sehun membawa Seungwan pergi.

"Tentu saja," sahut Seungwan gembira.

Joohyun mendesah panjang. Ia selalu kekurangan wibawa di hadapan kedua adiknya itu.

"Tunggu," Joohyun segera mengikuti mereka, "Aku juga ikut. Kita akan mampir ke Snell untuk membeli beberapa gaun baru untuk Seungwan."

"Tidak!" seketika keduanya berbalik dengan mata melotot.

"Aku tidak membutuhkan gaun baru," tambah Seungwan tidak sependapat.

"Aku juga tidak sedang berminat berbelanja," Sehun tidak mau kalah. "Hari ini kami hanya akan berkuda."

"Hanya berkuda!" Seungwan menegaskan.

Joohyun mendesah. Inilah satu di antara banyak hal yang tidak disukainya dari ajaran Sehun. Sehun telah berhasil membuat Seungwan menjadi seorang laki-laki. Seungwan sama sekali tidak peduli pada tatanan rambutnya. Ia juga tidak pernah berminat untuk berbelanja selayaknya seorang gadis bangsawan. Satu-satunya orang yang membuat Seungwan tetap tampil menawan sesuai dengan mode yang sedang populer adalah Joohyun. Andai bukan karena Joohyun, Seungwan tidak akan mempunyai gaun yang layak pakai.

Joohyun mendesah lagi dan menggelengkan kepala. Inilah kedua adik lelakinya.

-----0-----

"Hari ini benar-benar menyenangkan," kata Seungwan ketika mereka tiba di pintu gerbang Schewicvic.

"Harus kuakui kian lama kau kian mahir."

"Tentu saja," sahut Seungwan berbangga diri, "Aku tidak akan membiarkan dirimu menang dariku, Sehun."

"Kalian ini," keluh Joohyun. "Kalian benar-benar membuatku merasa mempunyai dua adik lelaki."

"Aku adalah lelaki," sahut Seungwan.

"Dan aku adalah lelaki tulen," timpal Sehun.

"Seungwan!" pekik Joohyun, "Berapa kali kukatakan."

"Kau adalah seorang wanita bukan lelaki," sahut Seungwan tersenyum manis.

"Kau ini," Joohyun geram dibuatnya.

Sehun tertawa melihatnya.

"Rasanya aku benar-benar tidak mempunyai wibawa di hadapan kalian," keluh Joohyun, "Kalian selalu tertawa setiap kali aku marah."

"Jangan khawatir, Joohyun," hibur Seungwan, "Kemarahanmu masih lebih menakutkan dari Chanyeol."

Joohyun membelalak mendengarnya.

Sehun tertawa terpingkal-pingkal hingga perutnya sakit.

"Tapi," lanjut Seungwan, "Kadang aku berpikir seperti apakah rupa Chanyeol sehingga Jungsoo pun takut padanya. Ia hanyalah manusia biasa untuk apa mereka takut padanya?"

"Kau tidak pernah bertemu Chanyeol?" Joohyun heran. Beberapa saat kemudian ia tersadar. Seungwan tidak pernah bertemu dengan sang Paduka Raja kerajaan ini. Bagaimana ia bisa bertemu dengannya bila ia selalu menghindari pergaulan kaum bangsawan. Mereka tahu mengapa Seungwan menghindari tempat-tempat itu. Mereka mengerti mengapa Seungwan tidak pernah muncul dalam setiap undangan perjamuan. Mereka juga dapat memaklumi sikap Earl yang terlalu melindungi Seungwan.

Suatu ketika Sehun pernah bercanda, "Aku tahu mengapa Earl tidak mengijinkanmu meninggalkan Schewicvic. Ia pasti takut kau membuatnya malu dengan sikapmu yang liar ini."

"Ia takut mereka mengetahui kalau aku adalah seorang pria dalam tubuh wanita," Seungwan tertawa lepas.

Joohyun, tentu saja, marah. "Apa yang kaukatakan!?" Joohyun merasa usahanya untuk membuat Seungwan lebih anggun dan feminim sia-sia. Selalu dan selalu Sehun merusak apa yang telah diupayakannya demi membuat Seungwan bersikap selayaknya seorang Lady.

Joohyun menatap Seungwan lekat-lekat. Dari penampilannya, tidak sedikitpun tampak sikap kelaki-lakian Seungwan. Ia bahkan terlihat begitu sempurna. Baju berkudanya yang ketat itu menonjolkan setiap lekuk tubuhnya yang ramping. Rambut emasnya yang tertata rapi sungguh mempesona. Bahkan di depan sinar mentari yang cerah atau api perapian, rambut itu terlihat seperti tembus pandang. Matanya yang biru muda juga begitu mempesona. Bibir mungilnya yang selalu tersenyum ceria menambah kesempurnaan wajahnya yang oval. Kulitnya yang kuning kecoklatan akibat sering berjemur membuatnya tampak semakin menggairahkan. Ia sungguh cantik dan mempesona! Benar-benar seorang Lady dambaan setiap pria. Hanya saja...

Joohyun mendesah panjang.

"Kau pernah bertemu dengannya?" tanya Seungwan tertarik.

"Ya, beberapa kali."

"Sering," Sehun membetulkan, "Apa kau tahu, Seungwan, Chanyeol adalah seorang pria yang sangat tampan hingga Joohyun tergila-gila padanya."

"Aku tidak tergila-gila padanya!" Joohyun tidak menyukai godaan Sehun.

"Aku tidak akan heran bila Joohyun tergila-gila padanya," kalimat itu membuat Joohyun terbelalak. Lalu dengan tenangnya Seungwan melanjutkan, "Aku mendengar ia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan dengan wanita tetapi tetap saja ada ratusan bahkan ribuan wanita yang rela antri untuk mendapatkan cinta semunya itu. Chanyeol pastilah seorang pria yang menarik hingga mereka rela melakukan itu. Tentu saja, di samping ia adalah seorang raja. Aku rasa kedudukannya itu juga merupakan daya tarik tersendiri bagi para wanita tetapi itu bukanlah satu-satunya hal yang menarik mereka. Mereka tentu tahu percuma saja mereka berusaha menundukkan Chanyeol. Chanyeol lebih suka mati daripada menikah dengan seorang wanita. Bahkan setelah gosip ini aku tidak yakin ia akan mengubah keputusannya kecuali memang tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan Viering."

Joohyun tertegun. Dalam hati ia memuji Seungwan. Gadis itu memang terkurung dalam Kastil Schewicvic yang indah tetapi ia tidak pernah ketinggalan berita. Ia juga mempunyai jalan pikir yang dalam dibandingkan wanita-wanita seusianya bahkan dirinya sendiri. Mungkin itu adalah hasil dari pergaulannya bersama Earl of Hielfinberg dan Duke of Krievickie.

"Aku juga yakin Chanyeol akan mengambil jalan yang dibencinya itu bila ia sudah menghadapi jalan buntu."

"Pria sepertinya pasti memilih kehormatan kerajaan yang diwariskan padanya daripada berpegang teguh pada keyakinannya," Seungwan sependapat, "Aku tidak akan terkejut bila dalam waktu dekat ini aku mendengar ia mencari seorang pengantin."

Joohyun termenung. "Kurasa itulah yang membuat Paduka Raja memanggil Papa pagi ini," gumamnya.

"Jungsoo dipanggil?"

"Kau tidak mendengarnya?" Sehun balik bertanya heran, "Kupikir burung-burung yang ketakutan itu telah melaporkan semuanya padamu."

"Burung-burung yang ketakutan?" Seungwan semakin heran.

"Pagi ini Joohyun mengatakan kemarahan Chanyeol sangat menakutkan hingga burung-burung di udara pun terdiam mendengarnya. Lalu kukatakan bahwa mereka langsung terbang mencari perlindungan padamu."

"Jangan mengukit-ukit masalah itu!" Joohyun kesal.

"Apa hubungan aku dengan Chanyeol?" tanya Seungwan kesal, "Jangan sembarangan menghubung-hubungkan orang lain. Aku tidak mempunyai hubungan dengan pria itu dan tidak tertarik. Lagipula kaupikir aku ini apa? Aku tidak bisa berbicara bahasa burung."

"Benarkah itu?" tanya Sehun, "Aku malah berpikir kau bisa berbicara segala macam bahasa hewan."

"Ia hanya menggodamu," Joohyun cepat-cepat menyahut sebelum Seungwan bereaksi, "Kami benar-benar tidak mengerti bagaimana kau mengetahui berita-berita itu sebelum kami tahu."

"Apa boleh buat," keluh Seungwan, "Aku tidak memintanya tetapi aku selalu mendengarnya setiap hari di pasar."

"Kau masih sering pergi ke sana?" Joohyun terkejut.

"Papa tidak mengijinkanku pergi keluar seorang diri tanpa keberadaan Hyoyeon."

"Kau seperti bukan Seungwan saja," komentar Sehun, "Aku tahu kau tidak suka dikekang seperti ini. Kau pasti bisa menemukan cara untuk kabur dari pengawasan ketat ayahmu."

"Dan membuatnya sakit jantung?" sahut Seungwan dan ia menggeleng, "Tidak. Aku tidak akan melakukan itu. Setelah kepergian Mama, hanya akulah yang dimilikinya. Ia takut sesuatu terjadi padaku karena itulah ia melindungiku dengan begitu ketat. Aku juga tidak tahu ke mana aku harus pergi."

"Kau bisa datang ke Mangstone," kata Joohyun, "Sudah lama sekali kau tidak datang."

"Ya. Aku akan bermain ke sana tetapi tidak saat ini," janji Seungwan, "Aku yakin Jungsoo sudah ada di Ruang Perpustakaan bersama Papa."

"Kau masih suka mendengarkan mereka?" tanya Sehun heran. Seungwan tersenyum. "Tidak ada hal yang lebih menarik selain mendengarkan diskusi mereka."

"Kau benar-benar bukan seorang gadis normal," keluh Sehun.

"Itu juga karena kau," Joohyun menyalahkan adiknya, "Kau yang membuat Seungwan jadi seperti ini."

"Tidak ada yang membuat aku," Seungwan membela Sehun, "Aku adalah aku."

Sehun tersenyum puas dan Joohyun kehabisan kata-kata.

"Hari sudah sore," kata Seungwan, "Kurasa Jungsoo akan segera meninggalkan Schewicvic. Aku tidak mau ketinggalan diskusi mereka."

"Bergegaslah masuk ke dalam," kata Joohyun, "Kami juga harus bergegas pulang."

"Kalian tidak menemui Jungsoo?" tanya Seungwan.

"Tidak," jawab Sehun, "Kami ingin segera mencapai rumah sebelum langit gelap. Aku tidak ingin kemalaman di jalan."

Seungwan mengangguk mengerti. "Senang bisa bepergian bersama kalian," katanya berpamitan, "Sampai jumpa dan selamat malam," lalu ia menjalankan kudanya memasuki pekarangan Schewicvic.

"Kita juga harus pulang," Sehun membalikkan kudanya.

Joohyun segera mengikuti Sehun meninggalkan Schewicvic Castle. Seperti dugaan Seungwan, kereta keluarga Krievickie telah berada di pintu masuk Schewicvic.

Seorang pelayan pria langsung menyambut kedatangan Seungwan.

Seungwan meloncat turun dari kudanya dan membiarkan pelayan itu membawa kudanya kembali ke istal beberapa meter dari bangunan utama Schewicvic.

Seungwan tidak perlu bertanya pada seorang pun di manakah kedua pria itu berada. Dengan riang ia melangkahkan kakinya ke Ruang Perpustakaan.

Seungwan baru saja membuka pintu ketika ia mendengar Grand Duke berkata dengan nada tinggi.

"Di mana aku harus menemukannya!?"

"Aku rasa kau membutuhkan lebih dari sekedar saran," komentar Earl of Hielfinberg melihat tampang Grand Duke yang kusut seperti baru bergumul dengan kuda.

"Ya," desah Grand Duke, "Aku membutuhkan seorang calon pengantin."

Seungwan memperhatikan wajah muram kedua pria tua itu. Ia tidak perlu bertanya untuk mengetahui apa yang tengah mereka bicarakan. Ia telah memikirkan hal ini dan ia telah menduganya! Memang tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh Chanyeol selain mengakhiri masa lajangnya. Dan, tentunya ia telah menyuruh Jungsoo, sang Grand Duke dan tangan kanannya, mencari sang mempelai. Dengan tekun Seungwan mendengar Duke membuka persyaratan sang Raja.

Ketika Duke selesai, Seungwan tidak dapat menahan tawa gelinya. Pilihannya benar-benar pilihan seorang pendeta yang tidak mau repot.

Tawanya itu mengundang perhatian kedua pria tengah baya itu.

"Carikan saja kuda betina untuk dia. Kurasa tidak ada yang lebih pantas untuk pria itu selain seekor kuda betina. Kemauannya terlalu banyak. Memang ada yang sanggup menjadi istrinya hanya untuk melahirkan keturunannya?"

Grand Duke Jungsoo terperanjat.

"Seungwan!" hardik Earl.

"Apa salahku!?" Seungwan memprotes.

"Kau tahu salahmu!" Earl tidak senang, "Aku tidak pernah mengajarimu untuk berkata seperti itu kepada keluarga kerajaan."

"Aku tidak menghina mereka," Seungwan membela diri.

"Diam! Masuk kamarmu!"

"Tapi..."

"MASUK KAMAR!"

Seungwan memasang wajah masam dan pergi.

"Maafkan dia, Jungsoo," Earl merasa bersalah. "Ini semua salahku. Aku tidak mendidiknya dengan baik."

"Tidak apa-apa, Yunho," Grand Duke berdiri, "Aku pergi dulu. Aku masih ada urusan."

"Silakan," kata Earl.

Mata Earl of Hielfinberg mengawasi kepergian sahabatnya. Tidak pernah ia melihat Grand Duke tampak begitu lesu dan kacau seperti ini. Tidak ketika Duchess meninggal. Tidak juga ketika gosip menerpa keluarganya setelah Red Invitation.

Earl mendesah.

Pernikahan Yifan yang menghebohkan telah mengguncang Fyzool dan mengusik kemurkaan sang penguasa.

Andai saja ada yang bisa dilakukannya untuk membantu Grand Duke Jungsoo, Earl akan melakukannya sekalipun resikonya sangat besar.

Andai saja ada yang bisa dilakukannya untuk sahabat baiknya itu...


---

Continue Reading

You'll Also Like

40.5K 5.7K 21
Son Wendy dan Park Chanyeol, dua manusia yang sama-sama menghadapi rasa kehilangan dalam bentuk berbeda. Dan karena suatu insiden yang tak disengaja...
117K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1.4M 81.7K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
21K 1.1K 6
Jungkook tak pernah menyangka, kalau hujan kala itu akan mengubah cerita hidupnya- -''♪° bromance -''♪° TAEKOOK âš