Red Thread • [ jjk × kyr ]

By yrrookie2

471K 46K 2.7K

[COMPLETED] Sejauh apapun kau pergi, aku akan menemukanmu. Karena pada akhirnya, kita terhubung dalam seutas... More

Opening
Cast
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
Epilog

31

7.9K 1K 100
By yrrookie2

Jungkook menatap pantulan dirinya pada kaca dihadapannya. Tangannya terulur  merapikan rambutnya yang berantakan.

Hari ini adalah sidang pertamanya untuk kasus pembunuhan CEO Han. Ia sudah pernah melewati hal seperti ini, tetapi entah kenapa ia merasa lebih gugup dan cemas dari sebelumnya.

"Tuan Jeon, pengacara anda sudah datang," ucap salah seorang sipir.

Jungkook hanya mengangguk. Ia berjalan keluar dari sel setelah sipir tersebut membuka pintunya. Jungkook mendapati Eunha yang sudah siap dengan berkas-berkas ditangannya. Gadis itu menyambut Jungkook dengan senyuman.

"Kau gugup?," tanya Eunha setelah ia membaca raut wajah Jungkook yang menunjukan kekhawatiran pada sidang yang akan dilaksanakan sebentar lagi.

"Sepertinya begitu," ucap Jungkook. "Bagaimana keadaan Yerim?"

Eunha tersenyum. "Ia sudah bisa bangkit dari tempat tidur pelan-pelan. Proses penyembuhannya lumayan cepat. Ia mengikuti semua yang dikatakan dokter. Kau tidak perlu khawatir. Yerim sebentar lagi pasti sembuh," ucap Eunha menenangkan Jungkook. Ia sangat tahu bahwa sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan Yerim.

Jungkook mengangguk pelan. Ia teringat pada pesan berupa rekaman suara yang dikirimkannya pada Yerim. Gadis itu belum membalasnya. Mungkin karena Yerim benar-benar mengikuti kata-katanya untuk istirahat sehingga ia tak sempat membalas pesannya? Entahlah.

"Ada apa Jungkook?"

Jungkook yang tersadar dari lamunannya segera menggeleng lalu melemparkan senyum getirnya.

"Aku hanya rindu padanya. Itu saja"

×××

Jungkook dan Eunha kini sudah masuk ruangan sidang. Jungkook dapat melihat ruangan tersebut dipenuhi wartawan dan awak media yang hendak meliput sidang tersebut.

Bagaimana tidak, CEO Han merupakan salah satu CEO sukses dan terkenal di Korea sehingga berita kematiannya benar-benar menggegerkan masyarakat. Tentu saja sidang untuk menyelesaikan kasus kematiannya juga tidak luput dari sorotan media.

Keluarga korban juga ada yang hadir dan sedari tadi memberikan tatapan penuh kebencian pada Jungkook. Pandangan Jungkook teralih pada pintu yang dibuka, menampilkan dua orang jaksa.

"Ah, sial"

Jungkook menoleh pada Eunha yang terlihat gugup. "Ada apa?"

Eunha menghela napas kasar. "Lawan kita sulit Jungkook. Aku pernah kalah dalam sidang melawan mereka berdua"

Jungkook kembali menatap kedua jaksa yang duduk diseberang mereka. Keduanya sedang menyusun berkas-berkas yang Jungkook yakini berisi bukti-bukti yang siap mengirimnya kembali mendekam dipenjara lagi.

"Aku yakin kau bisa Eunha. Aku percaya padamu," ucap Jungkook lalu tersenyum pada gadis itu.

Eunha membalas senyum Jungkook lalu mengangguk mantap. Gadis itu kembali berfokus pada berkas dihadapannya. Menyusun strategi yang sudah ia bicarakan dengan Yerim waktu lalu.

"Hakim sudah datang. Sidang akan dimulai dalam sepuluh menit"

×××

Yerim menggigiti kukunya sambil memandang kearah televisi yang sedang menyiarkan peliputan sidang Jungkook. Tangannya meremas remote yang dipegangnya.

Jantung Yerim berdegup cepat setiap kali menyimak suara seorang reporter yang sedang menyampaikan live report. Dari yang ditangkap Yerim, posisi Jungkook sekarang terpojok.

'Berdasarkan bukti dan tuduhan yang disampaikan, jaksa menuntut terdakwa yang berinisial JJK dengan kurungan sepuluh tahun penjara-'

Air mata Yerim mengalir begitu saja. Ia menggigit bibirnya menahan tangis. Berusaha tetap fokus pada suara sang reporter.

Yerim merasakan tangan merangkulnya. Ia menoleh, mendapati Miyoung yang tersenyum padanya.

"Jungkook berada ditangan yang tepat. Kau harus percaya pada Eunha. Dia pengacara hebat," ucap Miyoung menenangkan Yerim.

Yerim mengangguk pelan lalu menghapus air matanya. Tidak hanya Miyoung yang menemaninya. Ada Yoorim, Seungwan, dan Yoongi yang ikut menemaninya menunggu sidang pertama Jungkook. Sementara itu, Eunwoo ikut hadir dalam sidang Jungkook untuk memberi dukungan pada sahabatnya itu.

Yerim menatap Yoorim, Seungwan dan Yoongi yang sedang menyimak televisi dengan serius.

"Eomma, apa menurutmu Jungkook akan dipenjara sepuluh tahun lagi?," tanya Yerim tiba-tiba.

Miyoung tampak berpikir lama sebelum kembali menatap Yerim. Mengeratkan rangkulannya.

"Eomma tidak tahu Yerim. Tapi Jungkook adalah orang yang baik. Eomma yakin kebaikan tidak akan pernah jauh darinya"

×××

Jungkook kini duduk dihadapan hakim yang sedang bersiap untuk mengajukan pertanyaan padanya. Jungkook menggigit bibirnya gugup. Berada ditengah-tengah ruangan seperti ini membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Saudara Jeon Jungkook, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan. Saya minta anda jujur dalam menjawab karena jika anda terbukti berbohong, anda akan dikenakan hukuman lain karena memberikan kesaksian palsu"

Jungkook menatap sang hakim dengan yakin lalu mengangguk mantap.

"Apakah benar anda membunuh CEO Han?"

"Ya. Saya benar membunuh CEO Han"

Jungkook dapat mendengar bisik-bisik dari pengunjung sidang. Ia juga dapat mendengar suara keyboard laptop dari para wartawan yang berlomba-lomba menuliskan live report.

"Apa dasar yang membuat anda membunuh CEO Han?," tanya sang hakim.

"Seperti yang semuanya ketahui saya sempat bekerja di Jade Corp dan tergabung dalam Jade Community. Saya bekerja sebagai hacker dan pembunuh bayaran untuk mendiang Nichkhun," Jungkook menjeda ucapannya. Ia mengambil napas lalu membuangnya perlahan untuk menyingkirkan gugupnya.

"Perusahaan Han dan Jade Corp adalah dua dari perusahaan besar di Korea. Tentunya mereka bersaing dengan ketat. Sampai akhirnya CEO Han bermain curang dan mencuri file pribadi milik mendiang Nichkhun. Ia ingin menyebarluaskan isi file tersebut untuk mencoreng nama Jade Corp"

"Disinilah saya ditugaskan untuk mengambil kembali file tersebut. Akan tetapi saya mendapatkan perlawanan hingga akhirnya saya terpaksa menembak CEO Han dan membuatnya terbunuh"

Sang hakim mengangguk-ngangguk. Terlihat puas dengan jawaban mendetail Jungkook. Tiba-tiba keheningan dalam ruang sidang tersebut pecah karena teriakan seseorang.

"Dasar pembunuh! Tidak cukupkah kau membunuh CEO Kim sepuluh tahun yang lalu? Kenapa sekarang harus suamiku? Manusia biadab!"

Jungkook menoleh kebelakang, ia menatap seorang wanita paruh baya tengah menangis dan berteriak histeris. Seakan sudah kebal dengan kata-kata kasar, Jungkook hanya terdiam melihatnya.

Wanita tersebut yang merupakan istri dari CEO Han berlari kearah Jungkook lalu menarik kerah baju pria itu.

"Manusia kejam! Biadab! Apakah membunuh membuatmu senang? Siapa lagi sekarang yang kau incar hah? Siapa lagi yang mau kau bunuh! Makhluk rendahan!"

Jungkook hanya diam, membiarkan wanita tersebut meluapkan amarah padanya. Ia tak melawan. Lagipula benar ia membunuh CEO Han. Sesungguhnya ia hendak protes saat wanita itu mengatakan bahwa ia yang membunuh ayah Yerim, tetapi ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat.

"Nyonya Han anda sebaiknya tenangkan diri anda," ucap salah seorang pria yang Jungkook yakini adalah ajudan wanita itu.

"Maaf Nyonya Han tetapi keberadaan anda mengganggu sidang. Anda sebaiknya keluar," ucap sang hakim lalu menginstruksikan petugas untuk membawa Nyonya Han keluar.

Nyonya Han memberontak emosi saat ia ditarik keluar oleh petugas. Matanya tak lepas dari Jungkook. Menatap pria itu tajam.

"Maafkan aku," ucap Jungkook lirih. Ia menatap Nyonya Han sampai wanita tersebut hilang dari balik pintu.

Sang hakim menghela napasnya melihat situasi ruangan yang kacau dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan sidang.

"Kita istirahat empat puluh lima menit," ucap sang hakim lalu mengetuk palu digenggamannya.

×××

"Sepertinya akan sulit untuk mendapatkan keringanan hukuman. Pihak korban tampak sangat berusaha keras untuk menjebloskanmu ke penjara," ucap Eunha disela-sela makannya. Jungkook yang mendengarnya hanya menghela napas lalu meletakan sumpit yang dipegangnya.

Sejujurnya ia tidak masalah dengan hukuman yang akan dijatuhkan padanya, tetapi yang membuatnya khawatir adalah Yerim. Pertanyaan yang sebelumnya pernah ia tanyakan pada gadis itu lewat rekaman suara kemarin kembali terngiang dikepalanya.

Apakah Yerim akan menunggunya jika memang ia harus mendekam dipenjara selama sepuluh tahun lagi? Sepuluh tahun bukanlah waktu yang sebentar.

Itu sangat lama. Jungkook sudah pernah merasakannya. Ia takut apa yang ada diantara dirinya dan Yerim akan berubah.

Ia merasa egois meminta Yerim untuk menunggunya. Walaupun ia benar-benar berharap agar gadis itu melakukannya, ia tidak bisa memaksa. Jika Yerim memutuskan untuk pergi darinya karena terlalu lama menunggu, ia tak akan mencegahnya.

Disisi lain hatinya Jungkook tidak bisa. Ia tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya jika Yerim benar-benar meninggalkannya. Bisa dikatakan Kim Yerim kini adalah satu-satunya yang ia punya. Ia tidak ingin melepaskan Yerim. Sama sekali tidak ingin Yerim pergi darinya.

"Jungkook kau menangis?"

Jungkook menoleh terkejut pada Eunha. Tangannya terulur memegang pipinya yang sudah basah dengan air mata. Dengan cepat Jungkook mengusap matanya sebelum kembali menatap Eunha.

"Tidak," ucap Jungkook gelagapan. Ia tak sadar dirinya sampai menangis hanya karena memikirkan Yerim. Ia tersenyum miris. Hal itu menunjukan bahwa Yerim benar-benar berharga baginya.

Eunha menatap Jungkook iba. Ia meletakan sumpitnya lalu meneguk segelas air sampai habis. Ia berdeham sebentar lalu kembali menatap Jungkook.

"Kau kenapa? Apa kau khawatir dengan hasil sidangnya?"

Jungkook tampak menunduk. "Bisa dibilang seperti itu," jawab Jungkook seadanya.

Eunha menghela napas panjang. Memang sulit untuk memenangkan persidangan ini. Jungkook yang merupakan terdakwa sudah mengaku kalau ia benar melakukan pembunuhan tersebut. Bukti-bukti pun sudah mengarah padanya. Tak ada alasan bagi pihak jaksa untuk tidak menuntutnya kembali dengan hukuman sepuluh tahun penjara.

Lagi-lagi, Eunha merasa semuanya tidak adil bagi Jungkook.

"Pengacara Jung, sidangnya akan dimulai lima belas menit lagi," ucap seorang petugas yang menghampiri mereka. Bersiap untuk mengawal Jungkook kembali kedalam ruang sidang.

Eunha mengangguk pelan. Ia menatap Jungkook yang sedang menghabiskan minumannya. Pria itu tak tampak bernafsu untuk menghabiskan makanannya.

"Jungkook," panggil Eunha, membuat pria itu menatapnya.

"Apa?"

"Kau harus semangat," ucap Eunha lalu berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Jungkook yang hanya mengangguk pelan.

×××

Sidang berlangsung cukup alot. Perdebatan antara Eunha dengan pihak jaksa tidak menemukan titik temu untuk sang hakim.

"Semua bukti sudah dikeluarkan dan terdakwa sudah mengaku sendiri atas perbuatannya. Atas dasar itu, kami pihak jaksa menuntut terdakwa dengan hukuman sepuluh tahun penjara. Sekian," ucap sang jaksa lalu kembali duduk dikursinya.

Eunha menelan ludahnya. Ia benar-benar tak bisa melawan lagi. Senjata satu-satunya belum ia keluarkan. Rasanya ia belum menemukan waktu yang tepat.

Ia menoleh pada Jungkook yang sedari tadi hanya diam dengan tatapan kosong. Ia tak akan bicara jika tak ditanya oleh hakim. Eunha tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Jungkook.

"Baiklah, saya akan membacakan keputusan yang sudah saya ambil," ucap sang hakim membuat suasana ruangan yang sudah tegang menjadi semakin tegang.

Jungkook menatap sang hakim yang memegang sebuah kertas. Kertas tersebut berisi keputusan yang akan menentukan nasibnya. Jantung Jungkook berdegup cepat. Ia meremas tangannya, berusaha mengusir rasa gugupnya.

"Terdakwa dimohon untuk maju kedepan"

Jungkook berdiri dari duduknya lalu berjalan dengan langkah berat ke hadapan hakim. Ia sudah siap dengan apapun keputusannya.

×××

Yerim memeluk kedua lututnya sambil menyimak televisi. Keputusan akhir hakim disiarkan secara langsung. Media dibiarkan menyorot situasi ruangan sidang. Yerim dapat melihat Jungkook yang memunggunginya menghadap hakim.

Melihat pria itu semakin membuat Yerim merindukannya.

Gadis itu menggigit bibirnya. Ia takut dengan keputusan yang akan disampaikan hakim.

"Apapun hasilnya kita harus bisa menerimanya," ucap Seungwan lalu mengusap punggung Yerim pelan. Yerim hanya mengangguk. Ia masih berfokus pada televisi dihadapannya.

"....berdasarkan pasal tersebut, saudara Jeon Jungkook diputuskan bersalah dan dijatuhi hukuman yaitu  kurungan selama sepuluh tahun penjara"

Air mata Yerim mengalir begitu saja saat ia menatap sang hakim mengetuk palunya.

"Tidak.. Jungkook," lirih Yerim disela-sela isakannya. Yerim membenamkan wajahnya pada kedua lututnya. Membiarkan dirinya menangis disana.

Miyoung ikut menangis melihat putrinya yang terlihat begitu hancur. Ia memeluk Yerim dari samping. Yoorim juga ikut memeluk Yerim. Berharap hal tersebut dapat menenangkan Yerim dan memberi gadis itu kekuatan.

"Lihat!," seru Yoongi sambil menunjuk televisi, membuat semua pandangan kembali pada benda persegi panjang tersebut.

Mereka dapat melihat Eunha yang berdiri disana, menghadap sang hakim. Membuat semua orang yang berada disana menatapnya bingung.

"Ada yang ingin saya sampaikan"

×××

"Ada yang ingin saya sampaikan," ucap Eunha pada sang hakim.

Hakim tersebut mengangguk, mempersilahkan Eunha untuk menyampaikan apa yang harus disampaikannya. Eunha akan mengeluarkan senjatanya yang ia harapkan dapat ampuh untuk membantu Jungkook kali ini.

Eunha mengambil mic dari atas meja lalu meletakannya didepan mulutnya. Ia menggenggam mic tersebut erat.

"Maaf jika saya menginterupsi seperti ini. Ada hal penting yang harus saya sampaikan dan saya sangat berharap anda akan mempertimbangkannya," ucap Eunha dengan suara yang lantang.

"Saudara Jeon Jungkook merupakan sahabat saya sejak saya SMA. Saya sangat mengetahui sifat dan sikapnya. Ia adalah orang yang baik. Sangat-sangat baik. Sangat disayangkan ia harus hidup didunia yang penuh ketidak adilan seperti ini"

"Seperti yang sudah anda ketahui saudara Jungkook juga mengalami hal yang serupa dalam kasus pembunuhan mendiang CEO Kim Jaejoong sepuluh tahun yang lalu. Ia harus mendekam dalam penjara selama sepuluh tahun atas tuduhan yang melenceng"

"Bukan ia yang membunuh CEO Kim. Ia dijebak oleh pelaku sebenarnya. Pelaku memalsukan bukti dan membuatnya sebagai tersangka. Ia adalah korban. Korban seharusnya diberi perlindungan. Bukannya diabaikan begitu saja karena uang sogokan yang diterima oleh kita penegak keadilan"

"Apakah kalian tahu? Saat saudara Jungkook ditangkap, ibunya sedang sakit. Ibunya mengetahui bahwa ia dipenjara. Karena itulah ibunya mengalami stress dan komplikasi pada penyakitnya sampai akhirnya meninggal. Kehilangan ibu dan harus mengalami pahitnya penjara selama sepuluh tahun, bukankah itu sangat tidak adil bagi seseorang yang merupakan korban?"

Suara Eunha mulai gemetar. Ia berusaha menahan tangisnya. Ia menoleh pada Jungkook yang menundukan kepalanya dalam.

"Saya mengatakan ini bukan karena saya meminta anda untuk mencabut hukumannya. Saya hanya ingin keadilan baginya. Kita, para penegak keadilan yang seharusnya membayar atas kesalahan yang kita lakukan. Secara tidak langsung kita sudah menghancurkan hidup orang akibat kelalaian kita"

"Benar bahwa saudara Jungkook kali ini membunuh CEO Han. Saya tidak mengelaknya sama sekali. Tetapi apa anda menyadarinya bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membayar kesalahan kita? Ia sudah menjalani hukuman yang seharusnya tak diterimanya sepuluh tahun lalu, bukankah itu cukup untuk membayar hukumannya kali ini?"

"Saya tidak meminta pencabutan vonis. Saya hanya meminta keringanan hukuman. Saya akan mengajukan banding. Sekian"

Eunha meletakan mic kembali keatas meja. Ia menghapus air matanya lalu menatap Jungkook yang sudah menangis sambil menatapnya. Ia dapat melihat pergerakan mulut Jungkook yang mengucapkan terima kasih padanya.

Eunha tersenyum kecil lalu mengangguk. Ia melirik kearah bangku barisan pengunjung sidang. Ia dapat melihat hampir semuanya menitikan air mata.

Eunwoo melambaikan tangan kearahnya. Pergerakan mulutnya mengatakan 'kerja bagus' membuat gadis itu kembali tersenyum membalasnya.

Eunha menghela napas lega. Ia merasa ia tidak perlu jadi mengundur pernikahannya. Sahabat tersayangnya dapat dipastikan hadir dalam hari bahagianya itu.

×××

😊😊😊

Do you guys sense happy ending? Cause me too 😆😆

Semoga kalian suka chapter ini ya! Jangan lupa vote dan comment! Kritik dan saran dari kalian akan sangat membantu ❣

Sampai jumpa dichapter selanjutnyaa 💜💜

-yrrookie2💜

Continue Reading

You'll Also Like

148K 22.4K 55
[COMPLETED] Catatan Harian Bae Imjoo. ____________________________________ "Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong."...
91.4K 10.1K 20
Dilihat dari sudut pandang mana pun, Kim Taehyung tetaplah pria gila yang senang menggangguku dengan tingkahnya yang konyol-mirip anak gorila yang mi...
24.2K 1.2K 27
Best Friends nd Love with Line Karya : Anindhiya Agustianing Putri NOTE : Tulisan ini murni milik Anindhiya Agustianing Putri. Tidak ada penambahan...
933K 45.1K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...