Red Thread • [ jjk × kyr ]

By yrrookie2

473K 46.2K 2.7K

[COMPLETED] Sejauh apapun kau pergi, aku akan menemukanmu. Karena pada akhirnya, kita terhubung dalam seutas... More

Opening
Cast
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
34
Epilog

27

7.6K 918 46
By yrrookie2

Jungkook keluar dari lift apartemennya dengan keadaan yang kacau. Lukanya yang masih belum kering terasa sangat sakit hingga membuatnya harus berhenti sejenak untuk bersandar didinding. Ia mengatur napasnya yang tak beraturan setelah berlari kencang sembari menahan sakit ditubuhnya.

Jungkook berjalan dengan sedikit terseok menuju pintu apartemennya. Ia memasukan password lalu masuk kedalam. Ia langsung berlari menuju kamarnya untuk mencari sebuah benda yang diperlukannya.

Ia mengernyit ketika mendapati kamarnya yang rapi. Terakhir ia tinggalkan kamarnya masih berantakan. Jungkook hanya menggedikan bahunya tak peduli. Ia segera membuka lemari pakaiannya lalu mengeluarkan sebuah kotak. Ia membuka kotak tersebut dan mengeluarkan pistol dari dalamnya.

Jungkook sedikit terkejut ketika ponsel Yerim tiba-tiba berdering. Nomor yang sama seperti sebelumnya.

"Halo Jeon Jungkook?"

"Apa lagi Nichkhun?"

Jungkook tidak tahu bahwa sang lawan bicara tengah tersenyum sinis. Pria itu memain-mainkan sebuah pisau lipat ditangannya.

"Sudah dua jam lewat. Aku hanya ingin tahu apa saja yang sudah kau lakukan"

"Aku belum melakukan apa-apa," ucap Jungkook datar. Ia mengambil sebuah kain panjang dari dalam lemarinya lalu membalut kain tersebut melingkari perutnya, membebat lukanya. Ia mengikat kain itu kencang hingga ia tak sadar ringis kesakitan lolos dari mulutnya.

Nichkhun tertawa mendengarnya, membuat Jungkook mengernyit. Suara tawa pria itu berbeda dari sebelumnya. Suara tawanya terdengar sumbang, bahkan sedikit serak. Seperti habis menangis.

"Ah ini semakin menarik," ucap Nichkhun masih dengan sisa-sisa tawanya. "Kau sedang terluka dan gerakanmu akan melambat. Kurasa 48 jam terlalu singkat untukmu hm?"

Jungkook hanya diam. Ia masih bersusah payah membalut perutnya dengan satu tangan. Ia berdecak frusrasi lalu meletakan ponsel Yerim dilantai. Ia menekan tombol loud speaker lalu kembali berfokus membalut perutnya.

"Diam berarti iya? Kalau begitu benar 48 jam terlalu singkat untukmu. Bagaimana jika 24 jam?"

Jungkook membulatkan matanya. "24 jam? Kau gila? Brengsek kau Nichkhun!," pekik Jungkook marah.

"Kau mengataiku? Kau benar-benar ingin bermain rupanya," ucap Nichkhun dari seberang. "Lihat layarmu"

Jungkook meraih ponsel Yerim untuk melihat layarnya. Nichkhun mengubah panggilan menjadi mode video call. Seketika jantung Jungkook berdebar menatap layar yang sedang loading.

Jungkook sedikit merinding ketika layar menampilkan tubuh Victoria yang terbaring kaku diatas sebuah meja. Goresan panjang yang sebelumnya ia lihat ada disana. Melihatnya membuat Jungkook sakit. Nichkhun benar-benar dengan ucapannya saat mengatakan akan merusak jasad Victoria jika ia tidak mengantarkan Miyoung padanya.

"Perhatikan baik-baik"

Nichkhun mendekatkan ponselnya pada wajah Victoria. Tangannya terangkat, menunjukan pisau lipat tersebut pada Jungkook.

"Apa yang akan kau lakukan?," tanya Jungkook dengan suara tercekat.

"Tidak! Nichkhun jangan!," pekik Jungkook ketika pria itu menggoreskan pisau pada pipi Victoria. Merusak wajah wanita itu.

Nichkhun tertawa keras mendengar reaksi Jungkook. Ia terus menggoreskan pisau tersebut ke sisi wajah Victoria yang lain, membuat Jungkook menjerit tertahan.

"Hentikan Nichkhun!"

"Tidak!"

"Nichkhun, kumohon jangan"

Nichkhun berhenti ketika mendengar suara memohon Jungkook. Seperti tersadar akan sesuatu, pisau tersebut jatuh begitu saja dari tangannya. Disusul suara tangis dari mulut Nichkhun.

"Apa kau baru saja memohon padaku?," tanya Nichkhun dengan suara bergetar khas menangis. Jungkook dapat melihat Nichkhun berjongkok untuk mengambil pisau yang ia jatuhkan.

"Iya. Aku mohon jangan sakiti dia. Dia sudah meninggal, tak sepantasnya diperlakukan seperti itu. Aku mohon," ucap Jungkook lirih. Matanya memanas, tak kuat melihat kondisi wajah Victoria yang penuh luka goresan yang masih ditunjukan Nichkhun dilayar.

Mendengar perkataan Jungkook, suara tangis Nichkhun hilang. Digantikan seringaian mengerikan. Ia mencengkram pisau tersebut lalu menusukannya kedada Victoria.

"Nichkhun! Hentikan kau gila!"

Suara tawa Nichkhun terdengar menggelegar. Membuat Jungkook bingung. Apa pria itu sudah benar-benar gila sekarang?

"Tak pantas diperlakukan seperti ini katamu?," ucap Nichkhun lalu memberi jeda pada kalimatnya dengan kembali tertawa, membuat Jungkook semakin bingung.

"Ia membawa pergi Miyoung dariku Jungkook. Ia melakukan itu karena ia menyukaiku. Ia tidak ingin aku dan Tiffany bersama. Bukankah dia egois? Dia pantas diperlakukan seperti ini"

Jungkook benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Nichkhun. Pria tersebut benar-benar sinting.

"Bawa Tiffany padaku. Aku berada dirumah persembunyian. Tanyakan pada Tiffany letaknya. Aku hanya beri 24 jam. Ingat itu"

Jungkook menatap layar ponsel yang menunjukan panggilan telah diakhiri. Ia kalut. Bingung harus melakukan apa.

"Aaargh," Jungkook menggeram frustasi. Ia mengacak rambutnya kasar. Perlahan ia bangkit lalu berjalan menuju pintu.

"Ahjumma? Yoorim?," Jungkook terkejut mendapati Miyoung dan Yoorim yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Ia tak menyangka kalau keduanya berada di apartemennya.

"Jadi Victoria ahjumma sudah meninggal?," tanya Yoorim dengan matanya yang sudah berair. Kedua tangannya memegangi Miyoung yang terdiam setelah mendengar percakapan antara Nichkhun dan Jungkook.

Jungkook menghela napasnya kasar kemudian mengangguk. Tangannya terangkat untuk mengusap matanya, menyadari jika matanya juga basah setelah melihat kondisi Victoria.

"Jadi kau akan membawaku?," tanya Miyoung tiba-tiba membuat Jungkook dan Yoorim menoleh kearahnya bersamaan.

"Tidak ahjumma. Aku tidak akan membawamu pada Nichkhun. Ia sudah tidak waras. Ia bisa menyakitimu," ucap Jungkook lalu berjalan menuju sofa dan duduk diatasnya. Ia mengusap wajahnya, berpikir keras.

Hening. Miyoung dan Yoorim membiarkan Jungkook berpikir untuk memutuskan jalan keluar. Semua pilihan memiliki konsekuensi yang besar dan berbahaya. Tidak memungkinkan untuk Jungkook pilih.

Tak ada jalan lain. Ia harus menemui Nichkhun sendiri. Ia akan menghabisi pria itu lalu membawa jasad Victoria pergi.

Jungkook meraba pistol yang sudah ia masukan disakunya kemudian berjalan menghampiri Miyoung.

"Apa ahjumma tahu tentang rumah persembunyian?," tanya Jungkook langsung. Ia dapat melihat Miyoung yang tengah mengingat-ingat.

"Aku tahu. Rumah persembunyian merupakan bangunan kecil disamping sekolahku. Dulu kami sering bermain bersama disana," ucap Miyoung pelan. Bayangan akan sosok Nichkhun yang dulu ramah dan periang melintas dipikirannya, membuatnya sedih. Kini sosok tersebut tinggal bayangan. Digantikan dengan sosok pria psikopat yang dingin dan tidak punya hati.

Jungkook mengangguk begitu mendapat informasi dari Miyoung. Ia bergegas menuju pintu keluar.

"Aku ikut Jungkook," pinta Miyoung. Ia berjalan menghampiri Jungkook yang menatapnya bingung.

"Tidak ahjumma. Ini berbahaya," ucap Jungkook tegas. Ia tak mau sesuatu terjadi pada Miyoung.

"Eomma, lebih baik dengar kata Jungkook oppa. Nichkhun sangat berbahaya eomma. Ia ingin mengambilmu dari aku dan eonni," ucap Yoorim berusaha meyakinkan Miyoung.

"Yoorim, bagaimana aku bisa diam saja ketika tahu kedua anakku dalam bahaya? Aku tahu ia ingin membunuh kalian. Mungkin ia dapat mengerti jika aku yang mengatakan sendiri padanya untuk berhenti," ucap Miyoung sambil menatap Yoorim. Ia menoleh, kembali menatap Jungkook yang sudah siap pergi.

"Jungkook, biarkan aku ikut. Kumohon," ucap Miyoung menggenggam tangan Jungkook.

Jungkook kembali menggeleng. Ia melepaskan tangan Miyoung perlahan lalu menatap wanita itu.

"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan apapun terjadi pada kalian. Maaf ahjumma, aku tidak bisa mengijinkanmu ikut bersamaku"

Jungkook kini mengalihkan tatapannya pada Yoorim. "Jaga ibumu. Jangan buka pintu untuk siapaun itu dan satu lagi. Jangan bilang pada Yerim jika aku pergi menemui Nichkhun," ucap Jungkook dengan nada serius pada Yoorim.

"Aku pergi," ucap Jungkook sebelum menghilang dari balik pintu.

×××

Yerim keluar dari bilik pemeriksaan sambil melepaskan sarung tangan. Ia berjalan menuju wastafel lalu mencuci tangannya.

"Yerim! Kau lupa membawa ponselmu? Yoorim menelpon," seru Seungwan sambil berjalan menuju Yerim. Tangannya terulur menyerahkan ponselnya pada Yerim.

Yerim menaikan alisnya lalu meraba-raba sakunya. Benar, ponselnya tertinggal. Yerim menghela napasnya lalu mengambil ponsel Seungwan.

"Halo Yoorim?"

"Eonni bisa pulang? Aku terkunci didalam kamar Jungkook oppa. Aku khawatir eomma yang melakukannya," ucap Yoorim dengan nada panik membuat Yerim menegakan tubuhnya.

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?," tanya Yerim bingung.

"Tadi..., ah nanti saja. Ini gawat eonni pulanglah cepat!," ucap Yoorim.

Mendengar Yoorim yang panik membuat Yerim menjadi khawatir. Ia menyerahkan ponsel Seungwan kembali.

"Ada apa Yerim?," tanya Seungwan menatap Yerim yang tiba-tiba kelabakan.

"Aku harus pulang cepat eonni"

"Kau terlihat sangat buru-buru. Pakai mobilku. Kurasa ada yang terjadi pada ibumu," ucap Seungwan lalu mengeluarkan kunci mobil dari saku jasnya.

"Terima kasih eonni!," ucap Yerim. Ia mengambil kunci mobil tersebut lalu berlari menuju parkiran mobil. Apapun yang terjadi sekarang ini membuat perasaan Yerim tidak enak.

×××

"Eomma? Yoorim?," panggil Yerim begitu ia masuk ke apartemen Jungkook. Tidak ada yang menjawab.

"Yoorim apa kau didalam?," panggil Yerim didepan kamar Jungkook. Yerim mencoba membuka pintu tersebut, namun benar terkunci.

"Eonni! Apa eomma ada?," seru Yoorim dari balik pintu.

Yerim mengernyit. Ia melihat sekeliling dan mulai mondar-mandir mencari Miyoung. Namun tidak ditemukannya.

"Tidak ada Yoorim. Bukankah eomma harusnya bersamamu?," tanya Yerim kembali menghampiri kamar Jungkook, masih berusaha membukanya.

Yerim mendesah pelan. Ia mengambil kotak perkakas milik Jungkook dari gudang. Ia mengeluarkan obeng dari kotak tersebut lalu menggunakannya untuk membuka pintu.

"Eomma mana Yoorim?," tanya Yerim begitu ia berhasil membuka pintu.

"Aku tidak tahu eonni. Tadi aku tidur sebentar. Saat aku bangun pintu sudah terkunci. Aku memanggil-manggil eomma tapi tidak ada jawaban," ucap Yoorim cemas.

"Victoria ahjumma?"

Yoorim membeku. Ia tahu jika Victoria sudah meninggal dan Jungkook tengah pergi untuk mengambil jasad Victoria dari Nichkhun. Tapi pria itu berkata untuk tidak memberitahukannya pada Yerim.

"Yoorim jawab aku," ucap Yerim memegang bahu Yoorim. Ia menyadari ada hal yang salah.

Yoorim menggigit bibirnya. Ia menghela napasnya pelan. Mungkin lebih baik ia memberitahu Yerim agar  Miyoung dapat ditemukan secepatnya.

"Victoria ahjumma sudah meninggal eonni," ucap Yoorim pelan. Yerim membulatkan matanya tak percaya.

"Kau mendengarku benar eonni. Jasadnya ada bersama Nichkhun dan... Jungkook oppa pergi untuk mengambilnya"

"Jungkook?," tanya Yerim tak percaya. Pria itu benar-benar. Ia bahkan belum pulih sama sekali namun sudah nekat seperti itu. Padahal mereka bisa menelpon polisi saja.

"Iya eonni. Dan firasatku mengatakan jika eomma pergi menyusul Jungkook oppa," ucap Yoorim sedikit ragu.

Yerim mengernyit mendengar ucapan Yoorim. "Tidak mungkin Yoorim. Eomma terlalu takut pada Nichkhun"

"Tapi tadi eomma sempat ingin ikut saat Jungkook oppa kesini"

Yerim terdiam. Kalau memang seperti itu berarti Miyoung dalam bahaya. Kepala Yerim juga menjadi pusing memikirkan Jungkook yang belum pulih. Ia harus menghentikan keduanya sebelum mereka bertemu Nichkhun.

"Apa kau tahu kemana Jungkook pergi?"

"Kalau aku tidak salah Jungkook oppa pergi ke bangunan kecil disekitar sekolah eomma dulu," ucap Yoorim.

Yerim mengangguk pelan. "Aku akan mencari eomma. Kau hubungi polisi. Minta Seungwan eonni menemanimu oke?," ucap Yerim yang langsung dibalas anggukan Yoorim.

"Hati-hati eonni!," seru Yoorim pada Yerim yang langsung bergegas keluar dari apartemen Jungkook.

×××

Jungkook turun dari taksi lalu mengamati bangunan kecil dihadapannya. Bangunan tersebut berbentuk seperti rumah tua. Mata Jungkook memicing. Ia dapat melihat anak buah Nichkhun yang sedang berjaga disekeliling rumah tersebut.

Jungkook mengedarkan pandangannya saat mendengar suara ramai. Jam pulang sekolah. Ia dapat melihat para siswa berhamburan keluar dari gerbang sekolah yang tak jauh darinya.

Jungkook mendesah pelan lalu kembali menatap rumah dihadapannya. Ia mengusap lukanya yang berdenyut. Ia menghembuskan napasnya kasar. Nichkhun benar-benar membuatnya repot. Ia harus cepat-cepat menghabisi pria itu agar hidupnya tenang.

Jungkook berjalan menuju pintu perlahan. Beberapa langkah sebelum ia dapat meraih knop pintu, dua anak buah Nichkhun menghalanginya.

Kedua anak buah itu langsung memeriksa tubuh Jungkook. Merogoh seluruh saku dan kantongnya. Jungkook meringis ketika tangan anak buah Nichkhun tak sengaja mengenai lukanya.

"Bisa pelan-pelan tidak?," omel Jungkook kesal. Ia memelototi kedua anak buah Nichkhun geram.

Jungkook berdecak pelan ketika salah satunya berhasil menemukan ponsel Yerim dan pistol yang dibawanya. Ia mengambil semuanya lalu menyimpannya dalam sebuah kantong hitam.

"Aman. Bawa dia masuk," ucap salah satu pada rekannya yang langsung membuka pintu lalu mendorong Jungkook masuk.

Tubuh Jungkook membeku seketika saat melihat jasad Victoria terbaring diatas meja. Wajahnya penuh luka goresan yang mengeluarkan darah. Jungkook juga dapat melihat dada Victoria yang dipenuhi bercak darah. Melihatnya membuat Jungkook sakit.

Jungkook berlari kecil menghampiri Victoria. Sebuah suara menghentikan langkahnya yang hampir sampai pada Victoria.

"Kau sudah datang?"

Jungkook menoleh keasal suara, mendapati Nichkhun yang datang dari ruangan lain. Pria itu terlihat kacau. Wajahnya kusut, matanya bengkak dan berkantung. Baju dan rambutnya acak-acakan. Terlihat frustasi.

"Biarkan aku membawanya dan menguburkannya dengan layak. Setelah itu kita akan bicarakan masalah kita," ucap Jungkook pada Nichkhun yang berjalan menghampirinya.

"Dia layak seperti ini," ucap Nichkhun sambil menatap Victoria yang terbaring tak bernyawa. Sebuah seringaian muncul dibibirnya.

"Apa maksudmu layak seperti ini? Dia sahabatmu, apakah kau tak punya hati?"

Nichkhun terdiam. Kalimat Jungkook berputar-putar diotaknya, membuat kepalanya sakit. Pria itu menjambak rambutnya sendiri kasar lalu berteriak frustasi. Pria itu menangis.

Jungkook sedikit terkesima dengan pemandangan dihadapannya. Seorang Nichkhun yang tidak punya hati menangis? Bagaimana bisa?

"Jangan kau sebut dia sahabatku!," ucap Nichkhun menunjuk-nunjuk Jungkook marah. Ia mengambil pisau lipat yang ia letakan diatas meja lalu mengarahkannya pada Jungkook.

Jungkook menghindar dengan cepat. Gerakannya yang tiba-tiba membuat lukanya sakit. Jungkook meringis kesakitan. Ia merasakan jahitan lukanya terlepas.

Jungkook melenguh sakit. Ia jatuh terduduk. Tangannya memegangi lukanya yang berdenyut hebat. Ia merasakan tangannya basah, menandakan lukanya berdarah.

"Jungkook!"

Suara seorang gadis membuat Jungkook maupun Nichkhun menoleh kearah pintu masuk. Jungkook membulatkan matanya melihat Yerim berdiri dihadapannya.

"Bos, ada yang menerobos masuk!," seru anak buah Nichkhun dari luar.

Baru saja anak buah Nichkhun hendak menangkap Yerim, gadis itu sudah terlebih dahulu berlari menuju Jungkook. Wajahnya menunjukan kekhawatiran yang besar.

"Jungkook kau baik-baik saja? Mana eomma?," tanya Yerim begitu ia sudah berlutut dihadapan Jungkook. Mata Yerim beredar, mengecek keadaan Jungkook. Tangannya memeluk Jungkook yang tengah kesakitan.

"Yerim, kenapa kau kesini?," Jungkook mencengkram tangan Yerim yang memeluknya, menyalurkan rasa sakitnya. Lukanya terasa sakit berdenyut yang menusuk-nusuk dan kehadiran Yerim membuatnya harus membagi fokus karena harus melindungi gadis itu.

"Kau memutuskan untuk datang juga?," ucap Nichkhun membuat keduanya menoleh. Mereka menatap Nichkhun yang baru saja mengambil sebuah pistol dari tangan anak buahnya.

"Aku tidak akan menunda lagi. Aku akan membunuhmu sekarang juga," ucap Nichkhun sambil berjalan menuju Jungkook dan Yerim. Matanya  mengunci pandangan tajam pada Yerim.

"Yerim, lari sekarang," bisik Jungkook pelan.

Yerim menggeleng. Ia mengeratkan pelukannya pada Jungkook. "Apa eomma kesini?," tanya Yerim tak mempedulikan Nichkhun yang sudah siap dengan pistol dihadapannya.

"Apa maksudmu?," tanya Jungkook tak mengerti. Tangannya melepaskan pelukan Yerim. Bersiap mendorong gadis itu menjauh kapan saja diperlukan.

Nichkhun hendak meletakan pistolnya didepan dahi Yerim sebelum suara anak buahnya menginterupsi kegiatannya.

"Bos, kita kedatangan satu lagi"

Yerim tercekat menatap siapa yang datang. Tubuhnya gemetar ketakutan. Kedatangan orang tersebut hanya mendatangkan firasat buruk pada Yerim.

"Eomma...," lirih Yerim menatap Miyoung yang berdiri diambang pintu. Tangannya dipegangi anak buah Nichkhun. Mata wanita itu menatap tajam Nichkhun yang tersenyum lebar atas kedatangannya.

"Kau datang untukku sayang?"

×××

Gimana chapter ini?? Siap-siap buat chapter selanjutnya ya! 😆😆

Semoga kalian sukaa! Jangan lupa vote dan comment! Kritik dan saran dari kalian akan sangat membantu ❣❣

Sampai jumpa di chapter selanjutnya! 💜💜

-yrrookie2💜

Continue Reading

You'll Also Like

205K 21.9K 42
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
726K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
7.5K 1K 43
[Adult Content🙏] Azka tahu dirinya sudah menang sejak kedua orang tuanya memberitahu jika Ranika sudah menjadi tunangannya, bahkan orang tua Ranika...
38.9K 2.8K 12
by AchernarEve Tegas dan dingin adalah dua kata yang dapat menggambarkan Hermione Granger, wanita dengan karier cemerlang namun selalu terje...