Red Thread • [ jjk × kyr ]

By yrrookie2

473K 46.2K 2.7K

[COMPLETED] Sejauh apapun kau pergi, aku akan menemukanmu. Karena pada akhirnya, kita terhubung dalam seutas... More

Opening
Cast
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Epilog

21

8.2K 1K 31
By yrrookie2

"Ini teh mu eomma," ucap Yoorim lalu meletakan secangkir teh dihadapan Miyoung. Wanita itu memijit kepalanya yang pening. Ia baru saja dibuat terkejut setengah mati oleh Yerim dan Jungkook.

"Eomma sudah baik-baik saja?," tanya Yerim yang duduk dihadapan Miyoung. Mereka kini berada diruang makan untuk meluruskan situasi.

"Tentu saja eomma tidak baik-baik saja. Eomma melihatmu bersama dengan seorang pria asing didalam kamarmu. Tidur berdua pula. Apa-apaan Yerim?," ucap Miyoung dengan nada suara yang tinggi dan tegas. Matanya menatap Yerim dan Jungkook dihadapannya bergantian.

"Pelan-pelan eomma," bisik Yoorim yang duduk disebelah Miyoung. Ia tidak mau ibunya kambuh lagi.

Yerim menggigit bibirnya gugup. Ia tahu ia tidak melakukan apapun dengan Jungkook. Mereka hanya tidur bersama saja. Tetapi berada dibawah introgasi ibunya membuat dirinya ciut.

Jungkook melirik Yerim yang diam. Ia menatap Miyoung lalu berdiri dari duduknya. Ia berjalan kesamping Miyoung lalu membungkuk sembilan puluh derajat dihadapan Miyoung.

"Maafkan aku. Aku tahu kami salah tidur berdua dalam satu kamar, tapi aku bersumpah kami tidak melakukan apapun diluar batas. Maaf sudah membuatmu khawatir akan putrimu," ucap Jungkook masih dengan posisi membungkuk membuat Yerim terdiam menatap pria itu.

"Apa hubunganmu dengan Yerim. Pacar?," tanya Miyoung lagi. Walaupun ia sudah tenang, hatinya masih risau menatap Jungkook. Ia khawatir jika Jungkook bukan orang yang baik.

Jungkook sedikit terkesiap mendengar pertanyaan Miyoung. Ia menegakan tubuhnya perlahan lalu melirik Yerim sesaat.

"Iya uhm-," Jungkook melirik Yerim. Bingung ingin memanggil Miyoung dengan sebutan apa.

"Ada apa?," tanya Miyoung dengan suara yang masih terdengar dingin.

"Eomma," tegur Yerim merasakan sikap dingin Miyoung yang terlalu berlebihan pada Jungkook. Yerim menyadari bahwa Jungkook sedikit tidak nyaman dengan itu.

"Jadi benar kalian pacaran?," tanya Miyoung kini pada Yerim yang dibalas anggukan Yerim.

"Iya eomma. Jadi bisakah sedikit lembut pada pacarku?," pinta Yerim yang membuat Jungkook menahan senyumnya mendengar Yerim menyebutnya demikian.

Miyong menghela napasnya lalu menggeleng menatap Yerim. "Jadi sekarang kau lebih membela pacarmu daripada eomma ya?"

Yoorim menutup mulutnya terkikik kecil. Ia sudah mengetahui sebenarnya semua akan terjadi. Bahwa sang kakak pasti akan dekat dengan Jeon Jungkook. Akan tetapi, cara hubungan mereka terekspos tidak diduga Yoorim. Dan ia berpikir itu sangat tidak elit mengingat kisah cinta sang kakak yang melibatkan pistol, pembunuhan, dan dendam.

Yerim berdecak kecil menatap Yoorim sebelum kembali menatap ibunya. "Buka begitu eomma," ucap Yerim yang sebenarnya sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan Miyoung.

Miyoung kembali menatap Jungkook. "Sejak kapan kalian pacaran?"

"Sekitar dua minggu yang lalu," jawab Jungkook yang masih memikirkan bagaimana memanggil Miyoung.

"Tidak disuruh duduk, eomma?," celetuk Yoorim tiba-tiba membuat Miyoung menoleh padanya.

"Duduklah..., uhm siapa namamu?," tanya Miyoung.

"Namaku Jeon Jungkook. Panggil saja Jungkook," ucap Jungkook sambil tersenyum. Perlahan ia duduk kembali disebelah Yerim.

"Kau bisa memanggil ibu kami dengan eomma juga," Yoorim kembali menyeletuk membuat Miyoung menepuk bokongnya, membuat gadis itu mengaduh sementara Yerim menahan tawanya.

"Panggil ahjumma saja," ucap Miyoung pelan. Ia meminum tehnya sebelum kembali mencondongkan tubuhnya pada Yerim dan Jungkook.

"Bagaimana kalian bisa bertemu? Kenapa kau bisa menyukai anakku? Apa pekerjaanmu? Apa Yerim sudah kenal dengan orang tuamu Jungkook?," tanya Miyoung dengan beruntun membuat Jungkook sedikit memundurkan tubuhnya.

"Eomma pelan-pelan ish," Yerim mengerucutkan bibirnya saat menatap Miyoung.

"Tidak apa Yerim," ucap Jungkook tersenyum. "Wajar seorang ibu ingin tahu banyak tentang orang yang dekat dengan anaknya"

Yerim meniup poninya kesal lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi. Bukannya apa, ia tahu akan sulit bagi Jungkook untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Mengingat semua jawabannya bisa-bisa membuat Miyoung kambuh lagi.

"Aku bertemu dengan Yerim dirumah sakit, waktu itu aku adalah salah satu pasiennya. Aku menyukai Yerim karena berkatnya aku memiliki tujuan lain untuk melanjutkan hidup," ucap Jungkook tak sadar kepalanya perlahan menunduk.

Jungkook menoleh pada Yerim. Sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Miyoung selanjutnya. Yerim juga sebenarnya ragu. Ia sedikit takut akan reaksi Miyoung, tapi gadis itu justru tersenyum dan menggenggam tangan Jungkook. Meyakinkan pria itu.

Jungkook berdeham pelan sebelum memulai menjawab pertanyaan Miyoung. Ia menghela napasnya kasar.

"Saat ini aku tidak punya pekerjaan tetap. Aku berhenti dari pekerjaan utamaku, maaf aku tidak dapat memberitahumu. Tapi, aku punya pekerjaan sampingan. Hacker yang bekerja untuk situs permainan online dan untuk perusahaan-perusahaan kecil"

"Dan Yerim...tidak pernah bertemu orang tuaku. Ibuku sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu.  Ayahku...aku tidak tahu siapa," ujar Jungkook dengan suara yang sedikit tercekat.

Yerim mengeratkan genggamannya pada Jungkook lalu menatap ibunya. Ia menghembuskan napas lega ketika Miyoung tidak menunjukan reaksi-reaksi cemas seperti biasanya.

Miyoung mengangguk mengerti lalu tersenyum hangat pada Jungkook. "Semua yang pergi pasti ada maksudnya Jungkook. Kepergian mereka bukan kesalahan, tapi sebuah takdir yang memang nyatanya menyakitkan," ujar Miyoung.

Wanita itu merasakan sengatan kecil dihatinya saat mengatakan hal itu. Membuatnya mengingat mendiang sang suami dan janin dalam kandungannya yang pergi secara bersamaan. Meninggalkan luka besar yang menurutnya tidak akan pernah bisa sembuh.

Jungkook tersenyum pahit mendengar perkataan Miyoung. Memang mungkin Tuhan hanya mengizinkan ibunya untuk hidup hanya sampai sepuluh tahun yang lalu. Itu sudah takdir. Tetapi cara ibunya meninggalkan dunia adalah bagian yang amat menyakitkan.

Miyoung berdeham melihat perubahan ekspresi Jungkook. Ia berusaha mencari topik pembicaraan lain.

"Pekerjaan sampinganmu hacker? Aku tidak menyangkanya. Itu merupakan pekerjaan yang menyeramkan Jungkook," ucap Miyoung membuat pria itu mengelus tengkuknya salah tingkah. Jika saja Miyoung tahu pekerjaan utamanya adalah pembunuh bayaran maka wanita itu akan pingsan saat itu juga.

"Itu artinya kau pandai dalam bidang IT kan? Apa pekerjaan utamamu juga dalam bidang itu?," tanya Yoorim penasaran membuat Jungkook dan Yerim seketika menoleh padanya.

"Ah, itu...," Jungkook gelagapan. Ia memang orang yang blak-blakan. Ia jujur pada semua orang tentang apa yang ada didirinya. Tetapi mengetahui kondisi Miyoung, ia sangat ragu untuk menjawab pertanyaan Yoorim.

"Yoorim, bukankah kita harus mengecat rumah hari ini? Ini sudah masuk pertengahan tahun," ucap Yerim dengan nada suara gugup. Ia tidak mungkin membiarkan ibunya terkena serangan jantung mendengar Jungkook adalah seorang pembunuh bayaran.

Yoorim menepuk dahinya. "Aku lupa! Ayo eonni! Tahun ini rumah kita warna biru ya!," seru Yoorim yang langsung berlari ke gudang, mengambil cat dinding yang beberapa hari lalu mereka beli.

Yerim membulatkan matanya tidak terima. "Tidak Yoorim! Rumah kita sudah biru dua tahun yang lalu! Tahun ini harus pink!," pekik Yerim mengejar adiknya membuat Miyoung menggelengkan kepalanya.

"Mereka memang selalu seperti itu Jungkook," Miyoung terkekeh lalu menatap cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya.

Teringat wajah mendiang sang suami dibenaknya. Mengingat setiap memori indah yang mereka ciptakan bersama sampai hari dimana semua itu terenggut paksa dari mereka.

"Suamiku Jaejoong, ia yang menerapkan hal ini. Mengecat rumah setiap pertengahan tahun. Ia selalu sibuk dan jarang ada waktu dengan anak-anaknya. Karena itu ia membuat tradisi-tradisi kecil dirumah yang membuatnya dapat menghabiskan waktu bersama anak-anaknya ketika ia sedang libur kerja," ucap Miyoung. Air matanya menitik mengingatnya.

Hati Jungkook menghangat sekaligus tertohok disaat yang bersamaan. Keluarga kecil Yerim begitu bahagia. Ia merasakan kesempurnaan dalam keluarga tersebut sampai suatu hari Kim Jaejoong terbunuh.

Hati Jungkook seperti tersengat mengetahui fakta bahwa ia ikut mengambil bagian dalam merenggut kebahagiaan keluarga Yerim. Walaupun secara tidak langsung.

Hal tersebut membuatnya semakin bertekad untuk melindungi keluarga ini. Bertekad untuk tidak membiarkan orang lain mengambil kebahagiaan lagi dari hidupnya.

"Ish Kim Yoorim! Aku sudah mengalah padamu. Setidaknya bantu aku bawa tangganya!," ujar Yerim yang terlihat kesulitan membawa tangga lipat semetara Yoorim dengan santai menenteng ember cat ditangannya.

"Bawa sendiri," ucap Yoorim membuat Miyoung menepuk bokong Yoorim saat gadis itu melewatinya.

Yoorim hanya terkekeh lalu menjulurkan lidahnya pada Yerim sebelum berlari meninggalkan ruang makan.

Jungkook tertawa kecil melihat tingkah kakak beradik itu. Ia tahu mereka sangat saling peduli terhadap masing-masing. Melihat pertengkaran kecil seperti ini membuat hatinya menghangat.

"Aku yang bawakan. Aku tahu kau sangat ingin mengejar adikmu kan?," ucap Jungkook jail yang dibalas cibiran Yerim. Yerim menyerahkan tangga tersebut pada Jungkook dan langsung berlari mengejar Yoorim.

"Ya! Kim Yoorim, aku tetap mau rumah kita pink!," pekik Yerim seraya ia berlari meninggalkan ruang makan, membuat Miyoung menggelengkan kepalanya.

"Ahjumma, aku ingin membantu mereka," ucap Jungkook. Miyoung mengangguk, membuat Jungkook beranjak dari ruang makan dengan tangga lipat ditangannya.

"Jungkook"

Jungkook menoleh, mendapati Miyoung yang berjalan kearahnya. Wanita itu berhenti tepat dihadapannya, terdiam mengamati wajah Jungkook yang terlihat bingung.

"Aku tahu kau orang baik dan aku sangat ingin menganggapmu seperti itu. Aku ingin mempercayaimu. Tapi aku merasa ada yang menghalangiku. Aku merasakan ada ketakutan besar melihatmu. Hal itu membuatku ragu untuk menaruh kepercayaanku padamu, terlebih mempercayakan Yerim padamu," ujar Miyoung. Matanya menatap mata Jungkook lurus tanpa berkedip. Mencari-cari jawaban yang diinginkannya dari pria itu.

Jungkook tersenyum kecil bersamaan kepalanya yang perlahan menunduk dalam. "Aku mengerti ahjumma. Aku sangat mengerti"

"Apa maksudmu?," tanya Miyoung tak mengerti.

Jungkook menghela napasnya lalu kembali menatap Miyoung.

"Ahjumma, nanti... jika kau merasa siap, bisakah kita bicara berdua?"

×××

Victoria berada dalam mobilnya sambil mengamati pemandangan dihadapannya dengan senyuman dibibirnya.

Matanya menangkap dua orang gadis yang sedang mengecat dinding rumahnya, sementara seorang pria ikut membantu mengecat pagar. Terakhir, seorang wanita yang kini sedang tertawa menatap kedua anak gadisnya yang terus menerus beradu mulut.

Terlihat damai. Terlihat hangat. Terlihat menyejukan.

Terlihat bahagia.

Entah kenapa kini sebulir air mata jatuh mengalir dipipinya. Bagaimana mungkin ia tega mengambil kebahagiaan mereka. Bagaimana mungkin ia akan membiarkan seseorang mengusik damainya hidup mereka?

Victoria menghapus air matanya ketika sebuah panggilan masuk membuat ponselnya berdering. Wanita itu menahan napasnya melihat nama sang penelpon. Yang ia bisa rasakan hanyalah perasaan sakit dan luka yang begitu besar. Dengan tangan gemetar, ia menekan tombol hijau pada layarnya.

"Victoria? Akhirnya kau mengangkat telponku"

Victoria tersenyum pahit. Setelah yang semua pria itu katakan padanya, ia masih bisa seperti ini. Menganggap tidak ada apapun yang terjadi diantara mereka.

"Ada apa Nichkhun?," tanyanya dengan suara yang amat pelan.

"Aku sudah menemukan tempat kerja baru untukmu. Datanglah ke kantorku. Kita harus mendiskusikan kepindahanmu"

Victoria menghela napasnya. Sungguh saat ini ia sangat tidak ingin melihat wajah pria itu. Walaupun ia merindukannya, rasa sakitnya lebih mendominasi kali ini.

"Sekarang?"

"Iya"

Victoria mengangguk walaupun ia tahu pria itu tidak bisa melihatnya. Baru saja ia akan memutuskan sambungan telepon, ia kembali mendengar suara Nichkhun.

"Apa kau baik-baik saja?"

Air mata Victoria kembali mengalir hanya dengan mendengar kalimat tersebut. Bagaimana bisa ia baik-baik saja? Ia sudah terlalu hancur.

"Maafkan aku karena sudah menamparmu kemarin. Aku sungguh minta maaf-"

Terdengar suara helaan napas dari Nichkhun.

"-tapi untuk kata-kataku yang kemarin, aku tidak akan pernah menariknya kembali. Aku tidak bisa menerimamu. Hatiku sudah milik orang lain. Tetapi aku tidak akan pernah bisa berhenti untuk membutuhkanmu disisiku. Karena kau sahabatku Victoria"

Dengan itu, Victoria tak sengaja meloloskan suara isakannya. Membuat Nichkhun mendengarnya dari seberang panggilan dan Victoria tidak peduli.

×××

Jungkook, Yerim, dan Yoorim menghempaskan tubuh mereka yang kelelahan di sofa setelah mengecat rumah seharian. Rumah yang tadinya berwarna krem kini berwarna biru muda.

"Ah, lelah sekali. Aku langsung kekamar ya eonni, oppa," ucap Yoorim lalu beranjak kekamarnya. Yoorim dan Jungkook menjadi dekat setelah banyak mengobrol saat mengecat tadi. Keduanya sama-sama tertarik dengan dunia IT sehingga percakapan mereka berjalan dengan mulus.

"Kau lelah?," tanya Yerim menatap Jungkook yang tengah bersandar disofa. Ia merasa ia akan terlelap kapan saja karena kelelahan.

Jungkook mengangguk lalu menggeser tubuhnya mendekat ke Yerim. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Yerim lalu memejamkan matanya.

"Dasar manja," ucap Yerim sambil sesekali menggedikan bahunya sehingga kepala Jungkook ikut naik turun mengikuti pergerakan bahunya.

"Dasar pelit," Jungkook menjauhkan duduknya dari Yerim hingga kini ia duduk diujung sofa jauh dari Yerim.

Yerim tertawa lalu mendekat kearah Jungkook. Ia menarik Jungkook agar pria itu tidak duduk terlalu kepinggir. Wajah cemberut Jungkook terlihat sangat lucu membuat Yerim gemas. Ia menangkupkan wajah Jungkook ditangannya lalu mencubiti pipi pria itu.

"Ah, Yerim! Sakit," protes Jungkook dengan tangannya yang berusaha menghentikan cubitan Yerim. Tidak ada senyum diwajah pria itu, hanya cemberut yang Yerim dapatkan disana.

"Astaga, Jungkook! Kau benar-benar membuatku gemas," Yerim terkekeh lalu menggeleng-gelengkan kepala Jungkook kekanan dan kekiri. Membuat pria itu mau tak mau ikut tertawa kecil menerima perlakuan Yerim.

Tangan Jungkook meraih kedua tangan Yerim dipipinya lalu mengarahkan tangan Yerim untuk mengalungi lehernya. Yerim tersenyum lalu bergerak mendekat yang langsung disambut Jungkook dengan pelukan dipinggangnya.

Jungkook menatap lamat Yerim membuat gadis itu tersipu dibawah tatapan Jungkook. Yerim merasakan pipinya yang memanas. Jantungnya berdegup tidak beraturan setiap berada disekitar Jungkook. Walaupun begitu, hatinya selalu terasa hangat.

Yerim berusaha menyingkirkan rasa tersipunya dengan menjulurkan lidahnya pada Jungkook, meledek pria itu. Jungkook hanya terkekeh kecil lalu mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Yerim dengan jarinya.

Jungkook menangkupkan sisi wajah Yerim dengan tangannya lalu mencium lembut bibir Yerim. Ibu jarinya mengusap pipi Yerim dengan gerakan perlahan. Membuat gadis itu nyaman dibawah sentuhannya.

Cara pria itu menyentuhnya dengan lembut, bagaimana pria itu melakukannya dengan kehati-hatian, dan perasaan yang tersalurkan disetiap sentuhan yang pria itu berikan membuat Yerim tidak punya pilihan lain selain semakin jatuh kedalam pelukan seorang Jeon Jungkook.

Jungkook melepaskan ciumannya perlahan lalu menyandarkan keningnya dengan kening Yerim. Membuat hidung keduanya bersentuhan. Keduanya dapat merasakan hembusan napas masing-masing diwajah mereka.

Jungkook tersenyum lalu menjauhkan wajahnya dari Yerim. Ia merasakan ada sosok yang mengawasi mereka dan ia mengetahui siapa.

"Istirahatlah," ucap Jungkook lembut sambil membelai pipi Yerim.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku masih ingin disini. Tak apa kan?"

Yerim mengangguk. Ia mengusap kepala Jungkook sebelum beranjak ke lantai atas. Jungkook memperhatikan gadis itu sampai menghilang kelantai atas.

Begitu Jungkook mendengar suara pintu kamar Yerim yang ditutup ia menoleh ke sosok yang sedari tadi memperhatikannya.

"Apa ahjumma sudah siap bicara denganku?"

×××

Bagaimana chapter ini??? Jungkooknya disidang ama miyoung😅😅😅

Makasi yg udah baca chap ini. Jangan lupa comment dan vote! Kritik dan saran dari kalian akan sangat membantu ❣❣

Sampai ketemu di chapter selanjutnya 💜💜

-yrrookie2💜

Continue Reading

You'll Also Like

726K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
203K 21.8K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
32.5K 7.6K 31
[ vsoo! teenfic! bahasa! lokal! school life! ] ˏˋ🍰°• ༘˚ The way to know : Who is Varren? Aisha Maharani tidak pernah terlibat masalah apapun sebelum...
133K 17.3K 41
Awalnya hanya sepihak, kemudian jadi dua pihak. Kemudian melebar sampai ke mana-mana. Namanya juga takdir, siapa yang bisa menebak? ______ Vange Park...