IMPOSSIBLE [Completed]

By FauziahZizi5

45.1K 1.9K 397

"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
CAST
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
Pemilihan Cover
31
32 (Terbongkarnya Rahasia)
33- Oh jadi Alwan itu ( Semua terbongkar mulai dari sini)
Hai
34 - IMPOSSIBLE (End)
Baca Dulu, Penting

28

970 52 11
By FauziahZizi5

"Lo cari apaan?" berdiri di depan Reno dengan tangan yang memegang gelas berisi jus lemon.

Karena kedatangan Alwan yang mendadak saja, tidak ada aba-aba atau peringatan lebih dulu membuat Reno kaget setengah mati. Ia hanya menegakkan kepala sambil menatap temannya yang tampak penasaran sedangkan ponsel itu perlahan di sembunyikan di bawah bantal.
Alwan menyelidiki mata Reno dalam-dalam, mencari kebohongan yang mungkin terselubung jauh di dalam. Bukankah banyak yang mengatakan jika mata adalah cerminan dari perasaan, lantas dengan alasan yang sama Alwan mencari jawaban atas apa yang tampak berbeda dengan Reno saat tiba-tiba ia bertanya.

Biasanya jika Alwan mendadak bertanya, temannya itu langsung menjawab, tidak ada reaksi berlebihan. Namun berbeda dengan kali ini, ada sesuatu yang tengah di sembunyikan oleh Reno. Suasana menegang, hening, bahkan suara angin bisa terdengar meski samar-samar.

Alwan menyodorkan gelas yang berisi jus lemon buatannya sendiri, lengkap dengan ekspresi bahagia karena ia tahu temannya itu kini berusaha untuk tidak bernapas, seperti biasa yang sering terjadi jika seseorang merasa terkejut setengah mati.

Dingin yang di timbulkan oleh es batu di dalam gelas membuat Reno bernapas seketika, ia menggapai jus tersebut, meneguknya hingga ludes. Alwan duduk di samping temannya, menepuk pundak Reno sehingga lelaki itu terbatuk berkali-kali.

Untuk mencairkan suasana, salah seorang dari mereka terpaksa harus memulai pembicaraan terlebih dahulu, menceritakan hal-hal lucu yang mereka dapat saat di sekolah tadi. Terutama masalah Hadis yang bisa dikatakan selalu melakukan kegiatan konyol yang mampu membuat orang tertawa terbahak-bahak.

Hadis bukan seorang comedian handal tapi dia suka bercanda jika kebanyakan dari teman sekelasnya sedang fokus, sedang asyik-asyiknya mengamati pelajaran yang di berikan. Terkadang tidak semua guru bisa memaafkan perbuatannya sehingga dengan berat hati, mau tidak mau, suka tidak suka ia harus di ceramahi oleh bapak atau ibu guru yang mengajar.

Waktu untuk bercanda dengan serius itu pasti ada namun salahnya Hadis tidak mampu membedakan mana waktu yang tepat untuk bercanda dan mana waktu untuk serius. Alwan dan Reno sangat nyaman, senang, suka berteman dengan Hadis, ya meskipun orang itu terkadang menjengkelkan.

Mereka bertiga adalah teman dekat, tapi Alwan dengan Renolah yang sering bersama sedangkan momen berkumpul dengan Hadis hanya di sekolah saja.

"Gue pulang aja ya, takut di culik tante-tante buat jadi menantunya kalau pulang malam-malam."

Baru saja Alwan ingin menceritakan pengalamannya selama di Payukumbuah, ternyata Reno lebih dulu angkat bicara sehingga niatnya itu terpaksa di urungkan. Menepuk pundak temannya itu, "Njirr! Pusing perut gue denger omongan lo."

Reno berdiri, memberikan gelas bekas jus lemon tadi ke tangan Alwan. "Sekalian aja kepala lo mual dengerin ucapan gue, sampe Albert Einsten hidup lagi gak bakalan perut lo itu bisa pusing bego!"

Alwan juga berdiri sehingga sekarang posisi mereka sejajar, "Ya udah pergi sana! Lagian siapa juga yang nyuruh lo datang ke sini? Gak ada kan." Reno hanya bisa mengelus dada.

***

Rinda saat ini sedang berkeliaran di sekitar sekolah padahal bel istirahat belum berbunyi. Ia sengaja permisi keluar kepada guru yang mengajar dengan alasan ingin pergi ke toilet padahal sebenarnya tidak. Hari ini rasanya begitu malas untuk belajar, menurutnya.

Entah mengapa, semenjak kelas tiga Rinda semakin malas masuk saat jam pelajaran di mulai. Lebih sering izin keluar daripada menyimak materi, suka duduk di kantin daripada duduk di kursi kelas. Mungkin memang sudah penyakitnya untuk anak SMA di kelas tiga, padahal seharusnya mereka lebih meningkatkan cara belajar karena sebentar lagi akan melaksanakan UN.

Kebetulan suasana di kantin bisa di katakan sepi pembeli, Rinda memutuskan untuk duduk sebentar di sana sambil menunggu salah satu guru piket membunyikan bel untuk istirahat pertama. Dengan santai tanpa adanya rasa takut, ia berjalan masuk ke dalam kantin. Di sana hanya ada penjaga kantin, dan seorang siswa yang sedang menyantap jajanan yang berjejer di dalam ruang persegi itu.

Kantin ini bersebelahan dengan perpustakaan sekolah, jadi suasana antara keduanya saat jam istirahat saling bertolak belakang. Semua pelajar saling mengantri bahkan ada yang saling berdesak-desakan, dorong-dorongan hanya untuk membeli jajanan yang di tawarkan oleh pihak kantin.

Berbeda dengan perpustakaan yang sering sepi pengunjung, sunyi, dan buku-buku yang ada di rak-rak itu hanya di biarkan berdebu. Memang di negara ini kebiasaan literasi sangat minim sekali, sudah menjadi penyakitnya untuk malas membaca lembaran-lembaran jendela dunia yang sengaja di siapkan untuk generasi muda saat ini.

Tak lama bel istirahat menggema di penjuru sekolah, asal suaranya dari ruang TU. Rinda yang sedari tadi memainkan permainan Helix Jump segera berlari menjauh dari sana, sekarang ia menuju kelas Reno. Seperti kesepakatan yang mereka buat kemarin, bahwa Reno akan membantunya untuk memberikan Aery sedikit pelajaran tapi bukan tentang rumus Fisika ataupun Kimia.

Tangan yang masih menggenggam ponsel sesekali mengayun ke udara, begitu juga dengan kedua kaki Rinda saling bergantian menginjak lantai. Masing-masing penghuni kelas berhamburan keluar secara tidak beraturan, saling mendahului dan mendorong namun masih ada juga yang tidak ingin ikut dalam kerumunan. Sehingga sebagian mereka yang berpikir hanya diam menunggu hilangnya gerombolan manusia, dan setelah itu mereka dengan santai, aman, nyaman keluar dari kelas.

Sesekali Rinda sengaja menabrak siswi maupun siswa terutama yang masih berada di jenjang kelas 10 maupun 11 jika mereka menghambat langkahnya. Tidak peduli jika berbagai macam umpatan berhasil meleset dari mulut mereka yang tertuju kepadanya.

Langkahnya terhenti sebelum sampai di kelas 12 Ipa 1. Ia ingin menelpon seseorang karena tidak ingin bertemu secara langsung, takut ada yang curiga terutama Alwan. Belum sempat jari-jarinya menyentuh layar ponsel, sesuatu terlintas di benaknya.

Reno pasti sedang bersama Alwan saat ini, toh mereka seperti anak dan ibu yang sulit di pisahkan. Jika ia menelpon lelaki itu maka secara otomatis Alwan akan curiga atau malahan bisa tahu juga soal rencananya mengerjai Aery. Ah sudahlah, Rinda tidak ingin ambil resiko dengan langkah yang berat ia memutar haluan.

Tak jauh dari sana, ada Amanda yang sedang mengobrol dengan salah seorang adik kelas yang akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan. Karena ketampanannya yang mampu membuat hati kaum para Hawa berlabuh kepadanya.

Rinda melihat Amanda yang sok jaim, bermuka manis di depan lelaki itu padahal kenyataannya dia adalah gadis yang tampil sembarangan. Rinda diam, ia berpikir sejenak bahwa temannya itu bisa menjadi rekan untuk melancarkan rencananya. Setidaknya jika ketahuan oleh pihak sekolah ia tidak di hukum sendirian, masih ada Amanda.

Pita suaranya bergetar saat menyerukan nama Amanda, tangannya melambai-lambai melawan arus udara agar temannya itu segera datang ke tempat ia berdiri saat ini. Amanda mendengar seseorang memanggil namanya, ia mencari ke segala arah dan mendapati Rinda yang sedang mematung seorang diri. Aish, kenapa harus ada orang ketiga di antara mereka? Padahal Amanda baru saja mendapatkan kesempatan agar bisa mengobrol secara langsung dengan adik kelas yang sudah lama di taksirnya. Kenapa Rinda datang di saaat yang tidak tepat? Hati Amanda bergejolak, ingin rasanya menendang temannya itu ke atas langit bahkan jika bisa sampai ke luar angkasa juga tidak apa-apa.

Semakin lama Amanda berdiam diri maka semakin keras suara Rinda berteriak memanggilnya. Cukup sampai di sini kesenangan yang ia rasakan, karena adik kelas itu pergi begitu saja karena merasa tidak nyaman jika harus berlama-lama di sana. Decahan kekesalan keluar begitu saja di mulutnya, tidak ada alasan untuk Amanda berdiam diri. Dengan langkah yang sengaja di hentakkan karena kekesalan masih memenuhi batinnya, ia menyusul Rinda yang tersenyum meledek.

Pelukan hangat menyambut Amanda yang baru sampai. "Parah lo, masa adik kelas masih lu embat juga?"

Rinda meringis saat lengannya di cubit secara kasar, ia melepaskan pangkuannya dan balik membalas. Mereka saling tatap tapi hanya sebentar, setelah itu mereka berjalan beriringan tanpa tujuan yang belum pasti mau kemana.

"Lo liat cewek PHO itu gak?"

Amanda mencoba berpikir, "Gak, kenapa emangnya?"

"Gue mau kasih dia pelajaran, gue masih sakit hati sama dia," jelas Rinda.

Amanda hanya ber-oh panjang, sambil membalas chat dari adik kelas yang tadi, ia berucap, "Tunggu aja di ujung koridor! Pasti ada."

Setelah mengucapkan kalimat itu, mereka berdua langsung pergi dan menunggu di ujung koridor yang panjang. Amanda dengan tangan yang setia memegang ponsel bersender ke dinding sedangkan Rinda berdiri memangku tangan menunggu kedatangan Aery.

"Rin, lo gak kreatif banget sih."

"Maksud lo?" tanya Rinda kebingungan.

Amanda mengirim sebuah pesan lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku. "Lo mau kita masuk ruang BK? Saran gue mending lo suruh orang lain aja buat ngerjain tuh cewek supaya lo gak ketahuan. Rin, dia itu punya mulut sama otak kali. Ya dengan mudahnya dia bisa laporin kita ke BK, emangnya lo mau nambah daftar di buku kasus?"

Rinda berpikir, apa yang di katakan oleh temannya memang benar. Tapi siapa yang harus menjadi kambing hitamnya? Ia mencoba melihat ke semua sudut, ke segala arah untuk mencari seseorang yang mau menjalankan tugas darinya.

Seorang lelaki dengan pakaian biru yang menjinjing sebuah ember kecil lewat di hadapan mereka. Sebuah ide terlintas di benak Amanda, ia menahan lengan lelaki itu sehingga Rinda terheran melihatnya.

"Uda, kunci gudang sama uda kan?" menatapnya dengan penuh arti.

Lelaki itu hanya mengangguk. "Kunci gudangnya tolong di kasih ke cewek itu aja ya. Sekalian buk Titin tadi minta dia buat ngambil berkas lama yang ada di sudut pintu masuk gudang."

Amanda menunjuk ke arah Aery yang sedang berjalan ke arah mereka, sedangkan Rinda hanya senyum-senyum sendiri karena ide temannya yang berlian. Sesuai dengan perintah, lelaki tadi mendekati Aery sambil mengacak saku celananya untuk mencari kunci gudang.

Kedua gadis itu saling bertepuk tangan, bersorak lambat penuh kemenangan. Kemudian tergesa-gesa pergi menjauh agar tidak ada yang curiga, namun saat berbalik badan mereka langsung berhadapan dengan Tono. Rinda dan Amanda terkesiap melihatnya, mereka mencoba untuk bersikap biasa saja ketika mata Tono menatap tajam seperti silet.

Salah satu dari gadis itu maju, "Apa lo liat-liat?"

Tono menunduk dan menggeleng. "Tidak ada."

Di ujung matanya, Tono menatap kepergian mereka yang perlahan menghilang.

Diam-diam dari arah belakang Amanda dan Rinda mengikuti Aery menuju gudang, jika rasanya akan ketahuan maka mereka segera bersembunyi dan setelah itu kembali mengikuti. Sampai di gudang, Aery memutar kunci dan membuka pintu secara perlahan, ia melihat ke dalam dan sesekali terbatuk karena debu yang memenuhi ruangan itu.

Sesuai ucapan petugas tadi, Aery terpaksa masuk ke dalam untuk mencari berkas itu. Awalnya ia agak ragu akan perkataan petugas karena terasa aneh tapi karena di paksa terus maka Aery mengikut saja.

Rinda menepuk pundak Amanda, mereka berjalan mengendap-endap menuju pintu. Amanda menutup pintu secara perlahan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara. Ia mengunci dan memberikan kunci berwarna kuning itu kepada Rinda.

Aery mendengar suara hentakan kaki, ia yang sedang mengacak isi gudang segera mengecek ke arah pintu. Ia memegang ganggang, mencoba untuk membuka pintu namun tidak bisa.Terasa keras, Aery merasa cemas, ia menarik ganggang dengan tenaga yang lebih besar tapi masih sama saja, tidak berpengaruh.

***

Alwan mencari sosok Aery sejak tadi, ia belum melihat gadis itu bahkan sampai saat ini. Kemana dia? Pertanyaan bertubi-tubi menghantam pikirannya, biasanya setiap istirahat pertama Aery sering berada di taman tapi hari ini tidak ada. Alwan sudah mengecek ke taman, ke sekitar sekolah namun tidak menemukan Aery.

Reno yang sedari tadi menemani Alwan mencari gadis itu juga penasaran, kira-kira kemana dia? Reno juga ikut berpikir.

"Dia udah pulang kali Wan, balik yuk."

Alwan membuang napas frustasi, akhirnya setelah lama di bujuk Alwan mau mendengarkan saran temannya untuk pulang ke rumah.

Reno merasakan sesuatu bergetar di saku celananya, ternyata ada panggilan masuk.

"Hai Ren, coba tebak apa yang udah gue lakuin ke cewek itu!"

"Apa? "

"Gue kunci dia di gudang sejak istirahat pertama tadi, biarin aja dia di sana sampai besok pagi sekalian mampus tuh cewek. Kesel banget gue ama dia."

Deg.

Jantung Reno berhenti seketika, ia hanya ber-ya saja ketika mendengar ucapan Rinda. Sedangkan Alwan sudah lebih dulu pergi dari kawasan sekolah. Reno memutar tubuhnya, ia berlari menuju gudang.

Keadaan saat ini sangat sepi karena semua penghuni sekolah telah berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Napasnya menggebubu ketika sampai di depan pintu gudang, tidak ada kunci lalu bagaimana cara agar bisa masuk ke dalam? Reno mencari ke sekitar, meraba-raba lantai namun tidak di temukannya kunci.

Di balik kaca yang berdebu, tampak Aery di depan sana sedang duduk memangku lututnya sendiri. Reno mengetuk kaca, berteriak memanggil nama gadis itu tapi sepertinya tidak terdengar olehnya. Reno beranjak sedikit dari sana, kembali ke pintu gudang yang berwarna biru polos. Ia mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu secara paksa, bagaimanapun pintu itu harus terbuka.

"Lo gila Rin," gumamnya dalam hati. 

***

Maaf untuk keterlambatan up karena ada gangguan akhir-akhir ini.

Terimakasih banyak untuk yang sudah membaca dan vote.

Terimakasih untuk yang sudah baca tetapi tidak memberikan vote.

Makasih untuk yang sudah memberikan vote tetapi tidak membacanya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 108 28
Nama gadis itu Keysha. Ia sudah memeluk sepi sejak masih mengeja kata. Kematian ayah yang mendadak, hingga menyisakan irisan luka di sebagian hatinya...
192K 20.7K 35
"Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan." Sebuah kisah anak manusia yang mencoba menemukan jati diri dan tujuan mereka hidup di dunia ini.
14.6K 1.3K 40
HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU~ Masa depan itu tidak ada yang tau, sebaiknya kalian percaya bahwa Tuhan tengah mempersiapkan masa depan yang bagus untu...
179K 9.3K 19
#KARYA 5 Riri adalah salah satu dari spesies cewek introvert yang merasa hidup itu sangat membosankan dan waktu terasa bergerak lambat. Sampai suat...