Heal Your Heart | BBH - COMPL...

By Hunstuff

272K 36.4K 1.9K

{COMPLETE STORY} Someone will heal your heart. Revisi - (21 September 2018 - 10 February 2019) More

Prolog & Cast
1 - Bukan apa-apa
2 - Tolong
3 - Rahasianya
4 - Seperti permainan
5 - Fakta
6 - Lebih dekat (Jin Sihyeon)
7 - Kebodohan
8 - Takdirnya
9 - Untuk melindungimu
10 - Apa itu cinta?
11 - Trauma
12 - Hari pernikahan
13 - Jin Saera
Spesial Chapter A
Spesial Chapter B
14 - Hidup baru
15 - That XX
16 - Save Me
17 - Zhang Yixing
18 - Perasaan asing
19 - Dari neraka
20 - Aku akan ada disini + Promot
21 - Baekhyun di masalalu
22 - Drugs
23 - Gift
24 - A Tragedy
25 - Secret?
26 - Pieces of Past
27 - Ain't Story
28 - Fell Down
29 - Let You Go
30 - Breath
31 - Farewell
32 - Terrible day ever
33 - Let Me Save You
34 - Forsaken
35 - Apology
36 - Done
37 - Rise
39 - Byun Baekhyun
40a - We Broke Up, Again.
40b - Missing Girl (end)
Epilog
Heal Your Heart Gallery's

38 - Distance

3.3K 532 48
By Hunstuff

I will make sure to keep my distance.

🌸🌸🌸🌸

Yixing melangkahkan kakinya cepat menyusuri lorong Rumah Sakit. Dalam hati dia terus saja memaki-maki Baekhyun dengan serentetan makian kasar.

Sialan!!

Pria itu lalu membuka pintu kamar rawat dengan tidak sabaran. Sosok Sihyeon yang tertidur pulas di atas ranjang menimbulkan sedikit dejavu bagi Yixing.

Dia lalu duduk di sisi ranjang Sihyeon dan menatap sosok itu dengan sendu. Teringat dengan kata-kata terakhir yang Sihyeon bisikan waktu itu.

Bawa aku jika Baekhyun menyakitiku lagi.

Saat itu Yixing tersenyum. Bukan senyum bahagia melainkan sebuah senyuman prihatin. Apakah Sihyeon sudah menduga jika hal seperti ini akan terjadi?

"Kau sedang apa?"

Suara dingin dari arah belakang membuat Yixing menoleh dan menatap sosok pria lain yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan dingin.

"Kau menyakitinya lagi," Ucap Yixing.

Pria itu—Byun Baekhyun— berdecak pelan. "Kau tidak tahu apa-apa."

"Ya, aku memang tidak tahu apa-apa. Tapi dimana kau ketika Sihyeon membutuhkanmu? Kenapa kau tidak ada disaat-saat genting seperti ini?" tuntut Yixing.

Baekhyun melangkah maju dan menarik Yixing menjauh dari ranjang Sihyeon. "Memangnya kau ada disana ketika Sihyeon membutuhkan pertolongan?"

Skakmat.

Yixing menghela napasnya pelan. "Aku akan membawa Sihyeon ke Jepang."

"Tidak." tegas Baekhyun.

"Apa kau tidak sadar jika trauma dan depresi yang dialami Sihyeon kali ini lebih parah dari pada sebelumnya?"

"Jangan ceramahi aku."

"Baekhyun-ssi, jadi kau akan membiarkannya demi keegoisan dirimu?"

Baekhyun terdiam. Dia tidak bisa hidup berjauhan dengan Sihyeon. Meninggalkan wanita itu di rumah Haeri saja sudah terasa sangat berat, apalagi Jepang.

"Kita tidak tahu kapan halusinasi Sihyeon akan kembali lagi, kan?"

****

Soojung menghela napasnya pelan ketika mendapati Baekhyun duduk termenung di ruang kerjanya. Sekarang pasiennya bukan hanya Sihyeon, Baekhyun juga nampak sama seperti pasien yang sedang depresi di matanya.

"Kau sedang apa disini?" tanyanya.

Baekhyun menoleh dan menghela napas pelan. "Bagaimana keadaan Sihyeon?"

"Bukankah kau sendiri sudah melihatnya?"

"Dia tidak mau bertemu denganku."

Kini giliran Soojung yang menghela napasnya. "Kau ingin tahu kejadian yang sebenarnya bukan?"

Baekhyun mengangguk. "Kau psikiaternya, dia pasti bercerita padamu, beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi di rumah Haeri."

"Baiklah, tapi sebaiknya pikirkan baik-baik setelah mendengarnya."

Baekhyun tersenyum miring. Tangannya terangkat ke atas, mengarahkan sebuah benda yang dapat membunuh Sihyeon.

Mata Sihyeon membulat takut begitu mendapati benda itu terarah padanya. "Baekhyun..., hentikan," lirihnya.

Tidak ada jawaban. Pelukan Sihyeon pada Linyun yang berada di gendongannya semakin mengerat. Membuat balita kecil di dalam gendongannya hampir kehabisan oksigen.

"Matilah."

DORR!!

"Eonni!!!!"

Sihyeon mengerjapkan matanya. Suara jeritan seseorang menyadarkan dirinya jika hal tadi hanyalah halusinasinya.

Haeri berlari menghampiri Sihyeon dengan wajah panik. Wanita itu lalu merebut Linyun dari gendongan Sihyeon dengan tidak sabaran.

Mata Sihyeon menatap kosong Linyun yang nampak tidak sadarkan diri. Dunia di sekitarnya lambat laun menjadi buram. Sosok Baekhyun yang semula Sihyeon lihat di sana, kini malah tergantikan oleh Haeri.

Sadar dengan apa yang telah dia lakukan. Sihyeon lantas berjalan pelan menghampiri Haeri yang berlinang air mata dengan Linyun di gendongannya.

"Berhenti disana!!" jerit Haeri.

Sihyeon tertegun. Dia berhenti melangkah dengan tangan yang gemetar hebat.

Ap-apa yang telah dia lakukan?

"Linyun mungkin tidak apa-apa, tapi kau lihat bukan jika setiap kali Sihyeon sadarkan diri dia menjerit ketakutan?" ujar Soojung setelah menyelesaikan kisah Sihyeon.

Baekhyun menundukkan kepalanya. "Dia bahkan menjerit ketakutan ketika melihatku," sambungnya lirih.

Soojung mengangguk pelan. "Jadi apa keputusanmu setelah ini?"

"Menurutmu aku harus melakukan apa?"

Sambil tersenyum tipis. "Bukankah kau harus meninggalkannya? Baekhyun, Sihyeon takut padamu."

****

Sihyeon menghela napasnya pelan. Seminggu ini dia habiskan waktunya di Rumah Sakit, lagi.

Soojung memberitahunya bahwa semua hal yang terjadi sebelumnya hanyalah halusinasi Sihyeon semata. Baekhyun tidak ada disana, dia tidak menodongkan pistolnya atau bahkan menembak wanita itu.

Semuanya hanya halusinasi.

"Kau ingin tahu kenapa kau berhalusinasi seperti itu?" tanya Soojung.

Sihyeon mengangguk pelan.

"Itu karena kau takut padanya Sihyeon," Ucap Soojung selembut mungkin.

Mata Sihyeon mengerjap pelan. Dia tidak takut pada Baekhyun. Dia mencintai Baekhyun. Jika benar kejadian kemarin hanyalah halusinasi semata, Sihyeon sama sekali tidak keberatan, yang penting itu bukanlah kejadian sesungguhnya.

"Berhentilah berpikir jika kau tidak takut padanya Sihyeon-ah, itu hal yang bagus tentu saja. Tapi bukankah jika kau terus berpikiran seperti itu malah akan berakhir  menyakitimu?"

Soojung lalu menarik tangan Sihyeon dan menggenggamnya lembut. Wanita itu tersenyum tipis sebelum berkata, "buatlah pilihan, pergilah untuk menenangkan dirimu atau tetap bersama Baekhyun, dengan ketakutan terbesarmu."

***

Sihyeon tidak mau memilih. Dia hanya ingin bersama Baekhyun tanpa merasa ketakutan sedikit, pun.

Tapi masalahnya melihat sosok Baekhyun sedetik saja kenapa rasanya sangat berat dan menyesakan? Dia bahkan pernah menjerit ketakutan ketika Baekhyun datang menjenguk dan menatapnya lembut.

Namun pada hari itu, Sihyeon menahan dirinya untuk tidak takut pada Baekhyun. Melihat sosok pria itu berjalan masuk ke dalam ruang rawat dengan wajah yang pucat, membuat perasaan Sihyeon sakit.

"Kau takut padaku?" tanya Baekhyun begitu tiba di sisi ranjang Sihyeon.

Wanita itu menggelengkan kepalanya ragu. "Aku tidak takut padamu," Katanya dengan nada yang tegas.

Baekhyun tersenyum kecil. Dia tahu pasti jika dibalik perkataan tegas Sihyeon, masih ada keraguan yang besar.

"Bagaimana jika aku pergi?"

"Tidak."

"Aku takut hal buruk terjadi lagi padamu."

"Lebih baik hal buruk terjadi padaku, dari pada harus berjauhan denganmu."

Helaan nafas pelan Baekhyun membuat Sihyeon menatap pria itu. Kemudian mereka saling bertukar tatapan. "Jika kau menginginkannya, aku akan tetap bersamamu."

Sihyeon tersenyum. "Terima kasih."

Tidak ada banyak hal yang Baekhyun harapkan dari Sihyeon. Sejujurnya dia bahkan sama sekali tidak terlalu percaya dengan perkataan Sihyeon tadi.

Melihat Sihyeon tidak menjerit ketakutan lagi saja sudah cukup membuat Baekhyun tenang. Baekhyun tidak mau meminta banyak hal lagi pada Sihyeon.

Sejujurnya, Baekhyun lebih suka jika Sihyeon pergi dari kehidupannya. Wanita itu sudah terlalu banyak menderita karena berada di sisinya. Baekhyun hanya tidak mau jika hal buruk lainnya kembali terjadi pada Sihyeon.

Baekhyun bukannya melarikan diri dari kesalahan yang telah dia perbuat. Tapi bukankah Soojung juga bilang jika lebih baik baginya untuk meninggalkan Sihyeon?

Memang benar jika Baekhyun menginginkan Sihyeon pergi dari hidupnya. Tapi, Baekhyun tidak akan meninggalkan wanita itu, dia tidak mau Sihyeon terluka karenanya.

Baekhyun lebih suka jika Sihyeon sendirilah yang meninggalkannya. Hal itu mungkin hanya melukai dirinya, tapi tidak dengan Sihyeon. Itulah yang Baekhyun inginkan.

Pria itu tersenyum tipis ketika mendapati sosok Sihyeon yang tengah terlelap di sampingnya. Baekhyun janji dengan sisa waktunya yang sedikit, dia akan memperlakukan Sihyeon sebaik mungkin.

****

"Kau mau mengajakku kemana?" tanya Sihyeon.

Baekhyun hanya meliriknya sekilas sambil tersenyum tipis sebelum kembali fokus pada jalanan.

Pasalnya saat ini Sihyeon merasa sedang di culik. Pagi-pagi sekali Baekhyun sudah membangunkannya dan menyuruhnya untuk segera bersiap.

Sihyeon menurut saja dengan perintah Baekhyun. Tapi kini sudah dua jam perjalanan, Baekhyun sama sekali tidak memberitahu Sihyeon kemana tepatnya mereka akan pergi.

"Tenang saja, aku akan membawamu untuk kencan."

"Kencan?" sahut Sihyeon cepat.

Baekhyun mengangguk. "Eoh, kita tidak pernah benar-benar berkencan dari dulu."

Entahlah, Sihyeon merasa ada rasa sedih ketika Baekhyun berkata seperti itu. Sihyeon tersenyum tipis. "Kau benar..., baiklah Baekhyun-ssi, bawalah aku ke tempat kencan yang bagus," kata Sihyeon.

Baekhyun tertawa kecil. "Ne Ahgassi..."

Setengah jam kemudian, pemandangan langit cerah dengan air yang jernih membuat Sihyeon menatap Baekhyun tidak percaya. "Sungai Han?" serunya tidak yakin.

"Hmm, kita belum pernah berkencan disana bukan?"

Sihyeon menoleh dan tertawa. "Kau pikir kita ini masih remaja?"

"Jadi kau tidak suka aku mengajakmu kesini?"

"Aku suka."

Baekhyun mendengus. Pria itu lebih memilih turun dari dalam mobilnya dan duduk di atas kap.

"Apa ini diluar ekspetasimu?" tanyanya begitu mendapati Sihyeon menyusulnya keluar dan duduk di sampingnya.

Sihyeon mengangguk. "Hmm, kukira kau mau membawaku kencan ke tempat yang romantis, tapi nyatanya hanya sungai Han."

"Gwenchana, asalkan denganmu kemana saja aku akan suka," tambah wanita itu sebelum mendengar helaan nafas kecewa Baekhyun.

Baekhyun tersenyum tipis. Pria itu lalu mengulurkan tangannya untuk menarik Sihyeon ke dalam pelukannya.

"Terima kasih," katanya.

"Untuk apa?" Sahut Sihyeon.

"Untuk semuanya, dan... aku juga minta maaf."

Sihyeon berdecak pelan. Wanita itu lalu melepaskan pelukan Baekhyun untuk menggenggam tangannya. "Selama itukah bagimu untuk meminta maaf dan berterimakasih padaku?"

"Aku menyesal, maafkan aku."

"Berhentilah minta maaf, tidak ada yang salah diantara kita. Anggap saja ini takdir, lagi pula semuanya telah berlalu."

Baekhyun mengangguk. "Aku senang karena kau berpikir seperti itu..."

Sihyeon menghela napas. "Mari kita hidup dengan baik tanpa penyesalan eoh?"

"Hmm, tanpa penyesalan." Baekhyun mengulangi.

Mereka lalu memutuskan untuk kembali menatap kilauan air sungai Han di hadapan mereka.

Baekhyun dengan penyesalannya, dan Sihyeon bersama dilemanya.

Dilemanya yang mungkin tidak pernah bisa Baekhyun mengerti sampai kapan, pun. Dilema yang akan membawa mereka pada sebuah keputusan yang sulit hingga berujung pada perpisahan.

Tapi bukan merekalah yang merencanakan hidup, ada Tuhan yang telah mengatur agar semuanya bisa merasa bahagia.

Tidak ada yang tahu bukan?

***

Sedangkan jauh dari tempat mereka berada, ada Yixing yang tengah berdiri kaku di dekat jendela hotelnya. Matanya menatap jauh menembus jendela besar di hadapannya.

Dia memang egois. Bagusnya, dia juga sangat egois untuk merebut Sihyeon dari Baekhyun. Dan maaf saja jika pria itu terluka, Sihyeon adalah sebuah penyesalan terbesarnya. Tapi perlu diingatkan lagi jika wanita itu juga adalah sebuah kesalahan termanisnya.

"Johnny."

"Ya Sajangnim?" sahut Johnny yang sedari awal berdiri tegak tidak jauh dari Yixing.

"Siapkan tiket ke Jepang, untukku dan Sihyeon."

Tidak ada sahutan. Yixing segera menolehkan kepalanya dan menatap Johnny dengan alis yang terangkat sebelah. "Kau dengar?"

Johnny mengerjap cepat. "Akan ku siapkan," katanya.

Yixing mengangguk puas dan kembali pada posisinya. Dia tersenyum tipis sebelum melipat kedua tangannya dan menghela napas lega. Sebentar lagi semuanya akan kembali seperti semula. Sihyeon akan berada disisinya lagi tanpa ada gangguan, hanya tinggal masalah waktu.

****

"Sieun masih tidak mau makan," ujar Na Bi pelan.

Baekhyun mengangguk. Wanita itu pasti masih merasa kehilangan. Saat ini tidak ada yang bisa Baekhyun lakukan kecuali mengamati Sieun diam-diam. Sihyeon juga belum tahu keadaan Sieun saat ini, karena jika dia tahu, bisa-bisa wanita itu akan ikut sedih. Baekhyun rasa tidak perlu ada lagi kesedihan bagi Sihyeon.

"Aku akan bicara dengannya," kata Baekhyun sambil berlalu masuk ke dalam kamar Sieun.

Jin Sieun nampak duduk di atas ranjangnya dengan ekspresi datar, matanya menatap kosong pada Baekhyun yang baru saja masuk ke dalam kamar.

"Kau tidak makan?"

Tidak ada jawaban. Baekhyun menghela napas. "Sieun-ah?"

Wanita itu mengerjap cepat dan menatap Baekhyun terkejut. Nampaknya dia baru menyadari kehadiran Baekhyun. "Bagaimana keadaan Eonni?"

"Ini bukan tentang Sihyeon, ini tentang keadaanmu. Bagaimana perasaanmu?" Baekhyun lalu duduk di sisi ranjang Sieun dan tersenyum tipis. Merasa prihatin melihat Sieun yang nampak seperti mayat hidup.

"Menurutmu aku baik-baik saja?"

"Maafkan aku."

"Untuk apa kau minta maaf?"

"Aku minta maaf karena tidak bisa mencegah Jaehyun dan membiarkan Kakekmu mati."

Sieun berdecak pelan. "Sesungguhnya aku tidak pernah marah padamu. Jaehyun mungkin tidak punya pilihan lain lagi karena perbuatan Kakekku yang kejam, dan aku sama sekali tidak sedih karena Kakekku mati. Aku sedih karena telah menghina Jaehyun sebelum ajal menjemputnya. "

"Jika memang benar kau sedih karena itu, bukankah seharusnya kau berhenti? Jaehyun tidak akan semang jika kau terus bersedih seperti ini, lagi pula ada Sihyeon yang juga membutuhkanmu saat ini. Sebagai adik dan kakak, kalian harus saling mendukung setelah semua kejadian ini."

Sieun menghela napas pelan. "Eonni... Dia tidak tahu aku seperti ini bukan...?"

"Tidak, aku merahasiakannya."

Sambil tersenyum Sieun berkata, "terima kasih Oppa."

***

"Seharusnya kau bilang padaku jika ingin pergi berlibur," komentar Baekhyun.

Sihyeon yang tengah membereskan pakaiannya ke dalam koper menghela napas pelan. "Aku tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu, belakangan ini perusahaanmu sering terabaikan."

"Tapi tetap saja, katakan padaku jika kau menginginkan sesuatu Sihyeon-ah." Baekhyun lalu menarik Sihyeon yang tengah berdiri memunggunginya untuk menatap matanya.

"Kau... Baik-baik saja bukan?"

Bola mata Sihyeon berputar malas. "Serius Baekhyun aku baik-baik saja. Ada apa denganmu? Kenapa kau sering mencemaskan hal-hal yang tidak perlu hm?"

Baekhyun menundukkan kepalanya. "Aku hanya takut kau pergi. Aku tidak suka ditinggalkan."

Jantung Sihyeon mencelos. Raut wajah Baekhyun yang muram membuat wanita itu melangkah maju dan menenggelamkan wajahnya pada dada Baekhyun. "Kau tahu bukan jika aku tidak akan meninggalkanmu? Aku hanya akan pergi berlibur sebentar bersama Johnny dan Na Bi... Aku akan baik-baik saja, kau tidak perlu cemas." Wanita itu lalu menarik tangan Baekhyun dan menggenggamnya lembut.

"Tidak ada yang akan meninggalkanmu lagi, aku janji."

Baekhyun tersenyum, pria itu meremas lembut tangan Sihyeon sebelum melepaskannya untuk membalas pelukan wanita itu. "Terima kasih."

"Jadi... Kau tidak keberatan bukan?"

"Hmm, selama ada Na Bi aku tidak keberatan."

Sihyeon tersenyum senang, wanita itu mengecup bibir Baekhyun sekilas sebelum melepaskan dirinya untuk kembali mengepak pakaiannya ke dalam koper.

Rencana dadakannya untuk jalan-jalan ke luar negri sejauh ini berjalan lancar. Terima kasih pada Johnny yang sudah berbaik hati mengajak Sihyeon berlibur.

"Berapa lama kau pergi?"

"Seminggu? Aku juga tidak terlalu yakin mengingat Na Bi sangat suka Jepang, mungkin aku akan sedikit lama."

"Aku akan segera menyusulmu."

Sihyeon kembali memghentikan kegiatannya dan menoleh. "Tidak perlu memaksakan diri, selesaikan saja pekerjaanmu."

"Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu."

"Kau boleh menyusul jika pekerjaanmu sudah selesai, ara?"

Meskipun berat, Baekhyun tetap mengganggukkan kepalanya. "Baiklah."

****

"Aku malas jika harus membawa koper besar," kata Na Bi setelah mendudukan dirinya di kursi penumpang pesawat.

Sihyeon yang duduk di sampingnya menghela napas pelan. "Lalu kau mau menggunakan pakaian yang sama untuk seminggu ke depan?"

"Kau bercanda? Tentu saja aku akan membeli pakaian baru."

"Biarkan saja, Na Bi memang gadis yang boros," komentar Johnny yang ternyata duduk di belakang Na Bi.

"Pantas saja jika Baekhyun sering mengomelimu," timpal Sihyeon.

"Ya! Bukannya aku boros, aku hanya malas saja jika harus membawa kop—"

"Sihyeon?"

Sihyeon mengadahkan kepalanya bersamaan dengan Na Bi. Sosok Yixing yang berdiri di sebelah kursi Na Bi, membuat Sihyeon menatap pria itu tidak percaya.

"Oppa?"

Pria itu lantas tersenyum tipis dan menolehkan kepalanya, menatap Johnny yang duduk di kursi belakang Na Bi.

"Rupanya kita duduk di tempat yang sama." Yixing lalu duduk di samping Johnny sebelum kembali tersenyum.

Sihyeon dan Na Bi spontan menolehkan kepala mereka ke belakang.

"Kalian juga mau ke Jepang?" tanya pria itu.

"Iya, kami berencana liburan disana selama seminggu," jawab Na Bi.

"Begitu? Baekhyun tidak ikut?"

"Dia sibuk."

"Baiklah, selamat bersenang-senang. Kalian menginap dimana?"

"Kami belum tahu," sahut Johnny.

"Bagaimana jika di rumahku?"

"Setuju!" seru Na Bi.

Sihyeon meliriknya sinis, membuat Na Bi menghela napas. "Apa? Akan lebih nyaman jika kita menginap di rumah orang yang kita kenal."

"Tidak apa-apa jika Sihyeon tidak mau,"  Yixing menyahut.

Merasa tidak enak, Sihyeon menatap Yixing sambil tersenyum tipis. "Aku tidak keberatan."

Perjalanan menuju Jepang menghabiskan waktu selama 8 jam menggunakan pesawat. Johnny yang memimpin liburan,pada akhirnya memutuskan untuk membawa Sihyeon dan Na Bi menginap di rumah Yixing—tentu saja atas persetujuan pria itu.

Dari bandara ke rumah Yixing butuh 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Na Bi menjadi satu-satunya orang yang paling bahagia diantara semuanya. Gadis itu tidak henti-hentinya berseru keras dan mengomentari semua hal yang dilihatnya.

Sesampainya di rumah Yixing, Johnny putuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum memulai liburan mereka besok.

Hari sudah malam ketika Johnny keluar dari dalam kamarnya. Na Bi berada di dalam sana dan sedang tertidur pulas di atas ranjang.

Sambil menghela napas pelan, Johnny melirik pintu kamar di hadapannya. Itu adalah kamar yang Sihyeon tempati.

Sedikit menyesali perbuatannya.

Beberapa waktu lalu, Yixing meminta Johnny untuk membeli dua tiket pesawat. Satu untuk Yixing dan satunya lagi untuk Sihyeon.

Johnny tahu jika membiarkan Sihyeon pergi ke Jepang hanya berdua bersama Yixing bukanlah hal yang bagus, apalagi jika Baekhyun tahu. Maka dari itu Johnny membuat rencana lain agar dirinya bisa ikut serta demi mengawasi Yixing dan Sihyeon. Yah, Sihyeon dan Na Bi menyebutnya liburan dadakan.

"Kau belum tidur?"

Kening Johnny berkerut bingung begitu mendapati suara Sihyeon di ujung lorong. Pria itu memutuskan untuk menghampiri sumber suara itu dengan langkah yang pelan.

Di ujung sana berdirilah sosok Sihyeon bersama Yixing. Johnny tidak bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas, tapi hal berikutnya yang terjadi cukup membuat dirinya mengerti untuk segera beranjak dari sana.

Dalam hati dia bertanya-tanya siapakah yang ada di dalam hati Sihyeon saat ini.

Baekhyun atau Yixing?

🌸🌸🌸🌸


P.s chap berikutnya Baekhyun pov eaa:***

Bye~
Xoxo,

Continue Reading

You'll Also Like

158K 16.1K 63
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
53.9K 5.7K 31
Chanyeol awalnya hanya mengagumi suara Yuju ketika melihatnya menyanyikan sebuah lagu ballad pada suatu acara, tapi seiring berjalannya waktu, dan re...
124K 11.7K 31
Bukan kehidupan seperti ini yang aku inginkan, bukan pula cara seperti ini yang aku perlukan. Tetapi hanya bebas, bebas dan bebas yang aku butuhkan...
17.9K 2.5K 51
if love is beautiful, take me to see that beauty like what you promised me before. -