Heal Your Heart | BBH - COMPL...

By Hunstuff

272K 36.4K 1.9K

{COMPLETE STORY} Someone will heal your heart. Revisi - (21 September 2018 - 10 February 2019) More

Prolog & Cast
1 - Bukan apa-apa
2 - Tolong
3 - Rahasianya
4 - Seperti permainan
5 - Fakta
6 - Lebih dekat (Jin Sihyeon)
7 - Kebodohan
8 - Takdirnya
9 - Untuk melindungimu
10 - Apa itu cinta?
11 - Trauma
12 - Hari pernikahan
13 - Jin Saera
Spesial Chapter A
Spesial Chapter B
14 - Hidup baru
15 - That XX
16 - Save Me
17 - Zhang Yixing
18 - Perasaan asing
19 - Dari neraka
20 - Aku akan ada disini + Promot
21 - Baekhyun di masalalu
22 - Drugs
23 - Gift
24 - A Tragedy
25 - Secret?
26 - Pieces of Past
27 - Ain't Story
28 - Fell Down
29 - Let You Go
30 - Breath
31 - Farewell
32 - Terrible day ever
33 - Let Me Save You
35 - Apology
36 - Done
37 - Rise
38 - Distance
39 - Byun Baekhyun
40a - We Broke Up, Again.
40b - Missing Girl (end)
Epilog
Heal Your Heart Gallery's

34 - Forsaken

4.3K 637 100
By Hunstuff

P.s ini flashback kejadian kenapa Baek sama Sihyeon bisa koma.

****

True Love Has a Habit of Coming Back.

🌸🌸🌸🌸

"Aku menunggu Byun Baekhyun-ssi." Suara Yuri dibelakangnya membuat Baekhyun kembali kehilangan konsentrasi.

Baekhyun memejamkan matanya erat. Dia memang pria brengsek dan mencintai wanita yang salah. Tapi... Memangnya kenapa? Kenapa semua ini menjadi suatu masalah?

Yang harus Baekhyun lakukan sekarang hanyalah percaya. Dia hanya harus percaya pada Sihyeon.

Mauata Baekhyun kembali terbuka.

Baekhyun memutar tubuhnya menjadi menghadap Yuri. Pria itu tersenyum tipis. "Tidak semudah itu Moon Yuri-ssi, memangnya kau pikir aku akan dengan mudah menurutimu?"

Sebuah ide melintas dipikiran Baekhyun. Membuat pria itu menodongkan pistolnya pada sosok Moon Yuri. Pria itu berjalan pelan kearah Jung Jaehyun yang tersungkur tidak jauh darinya.

Sieun memelototinya seolah Baekhyun orang jahat. Tapi pria itu tidak merasa terganggu sama sekali. Baekhyun meraih pistol Jaehyun dengan cepat dan kembali menatap ke arah Moon Yuri.

"Apa yang kau lakukan HAH?!" bentak Yuri.

Baekhyun tersenyum sinis. Pria itu lalu mengarahkan senjata yang dia ambil dari Jaehyun pada Sihyeon.

Mata Baekhyun berkaca-kaca ketika menatap sosok Sihyeon yang terbaring lemah. Pria itu lalu menghela napasnya pelan.

Ini adalah keputusannya. Dia harus percaya jika Sihyeon akan mempercayainya.

Dor! Dor! Dor!

DOR!

Moon Yuri ambruk di hadapannya. Wanita itu memegangi perutnya yang memuncratkan banyak darah. Namun...

Wanita itu tersenyum.

Matanya menatap Baekhyun tajam. "Bodoh."

Mata Baekhyun membulat. Pria itu terbatuk keras. Baekhyun menundukkan kepalanya dan mendapati cairan berwarna merah pekat merembes pada kaos biru yang dia gunakan.

Baekhyun merosot jatuh, pria itu terbatuk-batuk parah. Darah keluar dari bagian perutnya, mulutnya yang terbatuk-batuk juga turut serta mengeluarkan darah.

Air mata kembali mengalir melalui pipi Baekhyun saat mengalihkan matanya pada Sihyeon. Posisi wanita itu masih sama, berbaring disana. Bedanya, kini darah menggenang di sekitar tubuhnya.

Tamatlah sudah kau Byun Baekhyun.

****

"Ayo kita bicara," ujar Baekhyun.

Nabi, Taehyung dan Minhyun langsung saling bertukar tatapan bingung, tapi detik berikutnya mereka sadar bahwa ini, pasti berkaitan dengan Sihyeon. Jadi, "Kalian ingin kami menunggu diluar?" tanya Nabi memastikan.

Baekhyun menganggukkan kepalanya pelan. "Sebentar saja," katanya.

Sieun segera mendudukan dirinya pada sofa yang semula diduduki oleh Nabi dan mengetuk-ngetukkan jarinya gugup.

Baekhyun yang duduk di atas ranjangnya menatap Sieun ragu. "Aku ingin kau tidak menceritakan hal ini pada Sihyeon," ujarnya pelan.

"Apa?"

"Kumohon Sieun-ssi, aku tidak mau melihat Sihyeon menderita."

Sieun mendengus kecil. "Bukankah kau tahu jika merahasiakannya, sama saja seperti kau sedang menyelamatkan dirimu sendiri?"

"Bukan itu maksudku," sergah Baekhyun lirih.

"Kau mungkin tidak mengerti apa yang akan terjadi nanti jika Sihyeon tahu. Dia bisa saja depresi lagi... Kau tidak ingin itu terjadi bukan?"

"Lalu sekarang apa maumu? Kau ingin aku merahasiakan bahwa kaulah orang yang telah menembaknya hingga koma, begitu?"

Baekhyun menganggukkan kepalanya pelan. "Aku menembaknya bukan karena tanpa alasan. Yuri mungkin tidak hanya puas dengan melihatku menembak Sihyeon, dia bisa saja membunuh kita semua, aku tidak punya pilihan lain dengan menembak Sihyeon dan Yuri secara bersamaan," jelasnya.

Sieun menghela napasnya pelan. "Jujur saja, aku tidak terlalu mengerti dengan jalan pikiranmu. Tapi jika menurutmu seperti itu, maka aku tidak bisa melakukan hal lain."

"Sieun-ssi... Jika Sihyeon sadar nanti, berjanjilah padaku untuk tetap merahasiakannya, dan... Katakan padanya bahwa aku percaya dengan apa yang Sihyeon katakan."

****

1 Month later~

"Kau tidak mau bertemu dengan Baekhyun?" tanya Johnny pada seorang wanita.

Wanita itu hanya meliriknya sekilas sebelum kembali mengalihkan tatapan matanya pada jendela di hadapannya. Pemandangan diluar lebih baik dari pada wajah Johnny yang jelek. Begitu pikirnya.

Johnny mendengus pelan. "Mau sampai kapan kalian main kucing-kucingan hah?"

Wanita itu-Sihyeon mendengus kecil. "Bisa tidak kau tutup mulutmu dan keluar dari ruang rawatku?!"

"Baiklah aku keluar! Awas saja kau kalau mencariku nanti!" bentak Johnny.

Seperginya Johnny, Sihyeon menghela napasnya pelan dan merangkak naik ke atas ranjangnya. Uh, dia rindu ranjang empuk nan besar di rumahnya. Ranjang Rumah Sakit terlalu kecil dan keras. Sihyeon benci itu.

Dia benci tempat ini!

Sihyeon menarik selimutnya hingga dagu dan termenung menatap langit-langit kamarnya. Apa yang sedang Baekhyun lakukan sekarang?

Dan... Kenapa dia bisa koma hingga hampir tiga bulan lamanya? Uhh, Sihyeon tidak ingat kenapa dia bisa koma selama itu.

Ingatannya terakhir kali hanya sampai di sekap di dalam lemari di gedung tua itu, selebihnya Sihyeon tidak ingat.

Ngomong-ngomong soal lemari, Sihyeon jadi teringat kembali akan sosok Sooyeon yang masih anak-anak. Rasa bersalah kembali menjalari perasaan Sihyeon, membuat wanita itu kembali menghela napas.

Sooyeon mungkin saat ini sedang mentertawakannya di surga sana. Tak apa, Sihyeon akan menganggap kejadian kemarin sebagai karma. Dia tidak keberatan sama sekali.

Soal Baekhyun, Sihyeon kesal karena pria itu tidak datang menyelamatkannya saat itu. Padahal harapan Sihyeon satu-satunya adalah dia.

Untung saja ada Jaehyun dan Sieun yang menyelamatkannya. Yah meskipun saat ini Jaehyun menghilang entah kemana, Sihyeon bersyukur karena pria itu masih mempunyai hati nurani. Seperti yang Sieun bilang, Baekhyun hanya datang ke Rumah Sakit saat tahu jika Sihyeon sudah tidur.

Sihyeon berguling ke arah samping dan memejamkan matanya. Andai saja dia ingat apa yang terjadi selanjutnya, dia mungkin tidak akan merasa kebingungan seperti sekarang.

Tapi mengenai kejadian itu. Sihyeon sadar jika kejadian itu mungkin ulah Jin Wooyoung. Nampaknya pria tua itu tidak akan pernah membiarkannya hidup dalam damai. Wooyoung mungkin akan memburu Sihyeon hingga wanita itu binasa.

Sekarang rasanya Sihyeon tidak punya lagi tempat berlindung. Jika Baekhyun benar-benar akan menghilang seperti sekarang, Sihyeon akan benar-benar sendirian.

****

Byun Nabi mengerutkan keningnya bingung begitu mendapati pintu apartemennya terbuka setengah. Apakah Johnny datang? Tapi seingatnya kekasihnya itu sedang di Rumah Sakit menjaga Sihyeon. Jadi siapakah yang ada di apartemennya?

Wanita itu masuk ke dalam apartemennya dan mulai mencari keberadaan seseorang disana. Saat menemukan lampu dapurnya menyala, Nabi buru-buru bersembunyi dan mengintip siapa yang ada disana.

Tidak ada siapa-siapa.

Na Bi mendengus kecil. Pasti Johnny sempat datang kesini dan lupa menutup pintunya. Dasar raksasa pelupa. Pikir Na Bi.

"Sedang apa kau disitu?"

Nabi meloncat kearah samping dan menjerit kaget. Byun Baekhyun sedang menatapnya aneh.

"YA! Kau mengagetkanku!" bentak Nabi.

Baekhyun mengedikkan bahunya acuh. "Kau yang membuatku kaget dengan berdiri di tempat gelap dan mengawasi dapur, sudah seperti pencuri saja," katanya sambil berlalu pergi ke dapur.

Nabi mengekorinya dan duduk di kursi pantry, sementara Baekhyun menyalakan kompor dan mulai memasak. "Kau membuat apa?" tanya Na Bi.

"Bubur abalon."

"Untuk Sihyeon eonni?"

"Hmm."

"Kau mau menemuinya?"

"Tidak."

"Wae?"

"Kau tahu kenapa."

"Hhh, Sihyeon eonni terlihat baik-baik saja. Dia tidak terlihat marah padamu."

"Belum."

Nabi mendengus. "Ada apa sih dengan kalian?!" tanyanya dengan nada sebal.

Wanita itu lantas menghampiri Baekhyun dan mendorong pelan tubuh kakaknya. Nabi lalu meraih sebuah sendok dan mulai mencoba bubur abalon buatan Baekhyun.

"Tidak buruk sih," komentarnya.

"Antarkan bubur ini pada Sihyeon. Bilang saja kau membelinya di restoran," ujar Baekhyun sambil melepaskan apronnya dan memberikan sebuah kotak bekal pada Na Bi.

"Restoran pantatku! Mana ada bubur rasa pas-pas'an seperti ini dari restoran?!"

Baekhyun menghentikan langkahnya dan kembali menatap Nabi. "Lakukan saja perintahku jika kau tidak mau uang jajanmu kupotong," katanya sebelum berlalu pergi.

Pria itu menutup pintu apartemen Nabi dan masuk ke dalam apartemennya sendiri. Matanya menatap kosong ke arah sofa tempat biasanya Sihyeon menonton tv.

Dia merindukan wanita itu. Tapi Baekhyun takut jika Sihyeon akan membenci dirinya, jika tahu dialah yang telah menembak Sihyeon hingga koma selama hampir setengah tahun.

Mungkin sekarang Sihyeon tidak tahu. Tapi cepat atau lambat wanita itu akan tahu. Baekhyun tidak sanggup membayangkan jika hal itu terjadi.

Pria itu berjalan pelan menuju sofa dan berbaring disana. Bau tubuh Sihyeon yang menempel di sofa membuat air mata yang sudah Baekhyun tahan sejak lama mengalir dengan deras.

B

aekhyun rindu Sihyeon.

****

"Bukannya kau sudah baik-baik saja?"

"Aku masih sakit!"

"Dimana? Luka tembakan dan operasi diperutmu bahkan sudah mulai mengering! Sekarang tunjukkan padaku mana yang masih sakit?!"

Sihyeon terdiam. Percuma saja dia bicara pada wanita macam Jin Sieun! Mana tahu dia sakit yang Sihyeon maksud!

"Kalian kenapa?"

"Ah! Byun Nabi!" Seru Sihyeon begitu melihay sosok Nabi muncul dengan sebuah kotak ditangannya.

"Anyeong!" sapa gadis itu dengan wajah ceria.

Nabi lalu menyapa Sieun dan mengajak Sihyeon untuk duduk di sofa. "Aku membelikanmu bubur abalon," katanya sambil membuka kotak tadi yang ternyata adalah sebuah kotak bekal.

Sieun berseru kecil. "Aku juga mau!"

"Aish! Ini untuk Sihyeon eonni!" ujar Nabi sambil memukul kecil tangan Sieun yang sudah memegang sendok.

Nabi lantas merebut sendok tersebut dari tangan Sieun dan memberikannya pada Sihyeon. "Kuharap kau tidak kecewa dengan rasanya. Aku membeli ini di restoran pinggir jalan."

Sihyeon menerima sendok yang Nabi berikan dan mulai makan. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang benar begitu, Sihyeon rasa dia tahu kotak bekal yang Nabi gunakan.

Wanita itu memakan buburnya dalam diam sambil sesekali mengamati kotak bekalnya. Rasanya Sihyeon mempunyai kotak bekal yang sama persis di rumah.

"Tidak enak ya?" tanya Na Bi.

Sihyeon tertawa kecil. "Rasanya sedikit hambar," komentarnya.

Nabi menganggukkan kepalanya setuju. "Sudah kuduga! Dia itu tidak punya bakat memasak sama sekali!"

Kening Sihyeon berkerut bingung. "Dia?"

"Siapa yang kau maksud?" tanya Sieun.

Nabi terdiam, dia keceplosan! Ya Tuhan!!! Gadis itu buru-buru tertawa kecil. "Sejujurnya Johnny yang memasak itu untukmu! Dia membuka sebuah restoran! Iya! Seperti itu..."

"Aku pulang dulu! Nikmati makananmu eonni! Anyeong!"

Sihyeon menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis. Sekarang dia mengerti kenapa kotak bekal yang Nabi gunakan terlihat familier.

Sieun yang sadar dengan tingkah laku aneh Nabi segera duduk di samping Sihyeon. "Eonni... Itu buatan Baekhyun bukan?"

Sihyeon mengedikkan bahunya acuh. "Aku tidak tahu."

Kenapa? Kenapa Baekhyun tidak memberikan bubur ini secara langsung padanya? Apakah Sihyeon telah melakukan sebuah kesalahan hingga membuat Baekhyun marah dan enggan untuk bertemu dengannya?

"Eonni..." panggil Sieun.

Sihyeon menolehkan kepalanya pelan. "Hmm?"

"Ada yang ingin kukatakan padamu," ujar adiknya itu.

"Apa itu?"

Sieun meraih tangan Sihyeon dan menggenggamnya erat, dia sudah tidak tahan lagi melihat ekspresi wajah Sihyeon yang bertanya-tanya kemana perginya Byun Baekhyun selama ini.

Pada akhirnya Sieun putuskan untuk mengingkari janjinya pada Baekhyun untuk merahasiakan hal itu dari Sihyeon. Sieun menceritakan seluruh hal yang terjadi pada hari itu pada Sihyeon. Hanya saja Sieun tidak menceritakan alasan Baekhyun melakukan hal kejam itu pada Sihyeon.

Dia merasa bahwa hal itu tidaklah penting.

Sihyeon terdiam mendengar cerita Sieun. Matanya menatap kosong Sieun, tubuhnya gemetar kecil.

Benarkah Baekhyun melakukan hal itu padanya? Dan benarkah jika nyawa lainnya yang telah mati-matian Sihyeon jaga selama ini telah tiada?

****

"Sudah tiga hari ini Sihyeon mogok makan, dia juga menjadi mudah emosi jika ada orang yang mengajaknya bicara, kau tidak ingin menemuinya?" tanya Nabi.

Baekhyun menghela napasnya pelan. Hal seperti ini sudah dia duga jauh-jauh hari. Tapi Baekhyun tetap tidak siap untuk menghadapi sosok Sihyeon.

"Oppa... Bukankah lebih baik jika kau menemuinya?"

"Aku akan menemuinya sekarang," kata Baekhyun sambil berlalu pergi dari hadapan Nabi.

Pria itu lantas mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit tempat Sihyeon dirawat dengan pikiran yang kacau.

Satu jam kemudian Baekhyun sudah berada di depan ruang rawat Sihyeon. Tapi pria itu hanya terdiam disana. Suara ribut-ribut dari dalam, membuatnya urung untuk masuk.

Baekhyun menundukkan kepalanya dalam ketika suara Johnny yang mencoba menenangakan Sihyeon memenuhi indra pendengarannya.

Di dalam sana Sihyeon terus saja mengamuk. Wanita itu melempar semua barang yang ada di dekatnya ke sembarang arah. Membuat Johnny yang menghadapinya kewalahan.

"JIN SIHYEON! Geumanhae!" bentak Johnny.

Sihyeon menghentikan kegiatannya dan menatap Johnny tajam. Wanita itu lantas beringsut turun dari ranjangnya dan melepas jarum infus dari tangannya dengan paksa. Membuat Johnny yang melihatnya sedikit bergidik ngeri.

"Ya... Kau... Kembali ke tempat tidurmu Sihyeon-ah."

Sihyeon mengacuhkannya dan berjalan menuju pintu."Kau tidak bisa pergi, tidak sekarang," ujar Johnny sambil mencekal tangan Sihyeon.

Sihyeon berdecak pelan. "Memangnya kau siapa? Jangan menghentikan aku."

"Hentikan Sihyeon-ah... Baekhyun akan sedih jika melihatmu seperti ini," lirih Johnny.

"Sedih? Kau pikir orang yang hampir membunuhku itu akan sedih melihatku seperti ini?!!"

Braaak!!!!!

"Hentikan," lirih Baekhyun.

"Hyung!" seru Johnny sesaat setelah pintu kamar rawat Sihyeon dibuka dengan cara yang tidak manusiawi.

Baekhyun menghampiri Sihyeon dan menarik pergelangan tangan wanita itu. "Ayo kita bicara," ujarnya sambil menyeret Sihyeon.

Baekhyun membawa Sihyeon ke rooftop Rumah Sakit dan menatapnya sendu. "Hentikan Sihyeon-ah," lirihnya.

Sihyeon mendengus kecil. "Apa maksudmu?"

"Berhentilah menyakiti dirimu sendiri," terang Baekhyun sambil melirik pergelangan tangan Sihyeon yang dipenuhi oleh luka sayatan.

Sadar akan tatapan Baekhyun pada lukanya, Sihyeon segera menutupi lukanya itu menggunakan lengan switter yang ia gunakan.

"Apa pedulimu?"

"Aku peduli."

"Kau peduli?!"

Baekhyun terdiam. Menyakitkan sekali rasanya ketika melihat wanita yang kau cintai menatapmu dengan penuh kebencian. "Aku selalu peduli padamu."

"Kau peduli padaku, tapi kenapa..." Sihyeon menghentikan ucapannya ketika air matanya jatuh tanpa ampun. "Kenapa kau menembakku... Kau menembakku hingga aku koma selama ini! Kenapa kau lakukan itu? KENAPA?!"

Baekhyun memalingkan wajahnya. "Kau tidak perlu tahu."

Sihyeon mendengus pelan. Dia tidak menyangka jika pria yang dia percayai selama ini adalah orang yang berniat membunuhnya. Sebenarnya apa yang Baekhyun inginkan?

"Ada Moon Yuri dihadapanmu, kenapa kau masih menembakku?" tanya Sihyeon lagi.

"Itu tidak penting!" bentak Baekhyun.

Sihyeon menghampiri Baekhyun dan menarik kerah pria itu dengan kasar. "Hal yang kau sebut tidak penting itu telah membunuh bayimu sendiri!!"

Baekhyun terdiam. Bayi? Apa yang dimaksud Sihyeon?

"Benar... Aku hamil anakmu Byun Baekhyun! Tapi kau malah menembakku di perut! Tepat pada bayimu!" jerit Sihyeon.

Wanita itu berakhir jatuh merosot dan memegangi dadanya yang mulai terasa sesak. Baekhyun menunduk menatap sosok Sihyeon yang menangis tersedu-sedu.

"Awalnya dokter mengatakan padaku jika aku keguguran karena stres. Tapi setelah mendengar cerita Sieun, aku sadar jika bayiku sudah lama mati tertembak olehmu."

"Kau... Tidak berbohong bukan?" Sahut Baekhyun.

Sihyeon mengadahkan kepalanya. "Kau... Bukankah kau sudah tahu jika aku pernah kehilangan bayiku sebelumnya? Kau tahu bukan jika hal itu adalah hal yang paling menyakitkan bagiku... Tapi—kenapa? Kenapa kau melakukan hal itu?"

Air mata Baekhyun menetes. Hatinya terasa sangat sakit. Dia jatuh merosot jatuh di hadapan Sihyeon. "Maafkan aku... Sihyeon-ah... Aku minta maaf..." ujarnya sambil sesegukkan.

Sihyeon menggelengkan kepalanya pelan. "Kemana saja kau selama ini? Aku tidak hanya kehilangan bayiku karenamu... Aku... Ak—"

Baekhyun membulatkan matanya. Tubuh Sihyeon ambruk sebelum menyelesaikan ucapannya.

****

Baekhyun menundukkan kepalanya dalam. Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh pagi. Itu artinya Sihyeon sudah jatuh pingsan hampir dua puluh empat jam lamanya.

"Maafkan aku."

Baekhyun menolehkan kepalanya. Sosok Sieun yang duduk disampingnya membuat Baekhyun mendengus kecil. "Kenapa kau mengingkari janjimu?"

Sieun menghela napasnya pelan. "Aku tidak tega melihat Sihyeon eonni seperti itu. Dia kakakku, sudah sewajarnya dia tahu kebenarannya."

Baekhyun melirik sosok Sieun dengan tajam. "Tapi kau tahu jika kebenaran inilah yang membuat Sihyeon hancur."

"Kebenaran yang seperti apa maksudmu? Kau tidak lihat akibat dari perbuatanmu? Dia kehilangan bayi dan rahimnya sekaligus!"

Baekhyun terperanjat. "Rahim? Apa maksudmu?!"

Sieun membulatkan matanya. "Rahim Sihyeon eonni sobek oleh peluru yang kau tembakan... Rahimnya diangkat dan sekarang dia tidak bisa hamil lagi..."

"KENAPA KAU BARU MEMBERITAHUKU?!!" bentak Baekhyun. Pria itu mengacak rambutnya kasar.

Dalam kesunyian, Baekhyun dapat mendengar suara langkah kaki yang keras. Tidak lama kemudian Baekhyun menangkap sosok Johnny yang sedang berlari menghampirinya.

"Sihyeon!! Dia... Dia menghilang!"

Baekhyun mendengus kasar. Pria itu langsung berlari mencari sosok Sihyeon. Belum jauh... Wanita itu pasti belum pergi terlalu jauh...

Sihyeon-ah...

Sihyeon-ah...

JIN SIHYEON!!

Tidak ada... Sihyeon tidak ada dimana-mana... Baekhyun sudah mencarinya keseluruh penjuru Rumah Sakit. Namun hasilnya nihil. Dia tidak bisa menemukan sosok Sihyeon dimanapun.

Rooftop... Ya! Baekhyun belum mencarinya kesana. Sihyeon pasti ada disana! Pria itu segera meraih ponselnya dan menelpon Johnny untuk segera menyusulnya ke rooftop.

Baekhyun sampai di rooftop dengan napas yang tersendat-sendat. Disana sudah ada Johnny, Na Bi, dan Sieun yang menatap khawatir Sihyeon.

SIHYEON!

Wanita itu berdiri tepat di ambang rooftop dengan bercucuran air mata. Baekhyun segera berlari menghampiri wanita itu. "Sihyeon-ah... Dengarkan aku... Menjauhlah dari sana..."

Sihyeon menggelengkan kepalanya. Wanita itu manaiki pagar pembatas dan berdiri di belakangnya. Membuat Sieun dan Nabi yang melihatnya menjerit ketakutan.

"Sudah tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini..." lirih Sihyeon.

Baekhyun segera menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak!! Apakah aku tidak cukup bagimu? Aku akan memberikan seluruh hidupku untukmu Sihyeon-ah... Menjauhlah dari sana kumohon..."

Sihyeon tersenyum tipis. "Hidupmu? Kalau begitu maukah kau mati bersamaku?"

"Tidak mau bukan?!! Aku... Percuma saja aku hidup... Cepat atau lambat aku akan mati di tangan kakekku..."

"Aku akan melindungimu!"

"Bagaimana caranya kau melindungiku Baek? Menembakku lagi?"

Baekhyun terdiam karena kehabisan kata-kata. Pria itu berjalan pelan menghampiri Sihyeon dan mengulurkan tangannya. "Pulanglah bersamaku. Kumohon..."

Sihyeon menatap kosong tangan Baekhyun yang terulur. Wanita itu memilih memejamkan matanya erat-erat sebelum melepaskan genggaman tangannya pada pagar pembatas.

Selamat tinggal Baekhyun...

🌸🌸🌸🌸

Continue Reading

You'll Also Like

124K 11.7K 31
Bukan kehidupan seperti ini yang aku inginkan, bukan pula cara seperti ini yang aku perlukan. Tetapi hanya bebas, bebas dan bebas yang aku butuhkan...
1.4M 19.5K 48
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
160K 16.4K 65
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
120K 9.9K 22
Satu kesalahan besar yang pernah dilakukan oleh Sasuke membuatnya dihantui rasa bersalah pada tetangga masa kecilnya. Tetangganya tidak lagi sama sep...