IMPOSSIBLE [Completed]

By FauziahZizi5

45.1K 1.9K 397

"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
CAST
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Pemilihan Cover
31
32 (Terbongkarnya Rahasia)
33- Oh jadi Alwan itu ( Semua terbongkar mulai dari sini)
Hai
34 - IMPOSSIBLE (End)
Baca Dulu, Penting

18

965 54 10
By FauziahZizi5


Happy reading😘

"Puas?" tanya Aery menepuk bahu Alwan.

Mendengar nada suara ketus yang keluar dari mulut Aery membuat Alwan semakin iseng untuk mengerjainya. Mendadak saja kecepatan motor bertambah sehingga Aery spontan memeluk dan memejamkan mata karena takut serta menyandarkan kepala pada punggung pria yang bersamanya kini.

Alwan berusaha menahan tawanya saat Aery tampak cemas seperti itu, ia semakin iseng dengan terus saja menambah kecepatan motor. Udara  kian terasa, melawan arah motor mereka.

Aery cemas, ia mencubit pinggang Alwan berharap pria itu akan menghentikan aksi gilanya yang melaju bak kilat di jalan raya tapi berujung sia-sia karena Alwan tidak mendengarkannya sama sekali.

"Lo tau kita mau kemana?" tanya Alwan.

Ia melambatkan kecepatan motor di bawah rata-rata agar Aery tidak mencubitnya terus-terusan.

"Gak," jawab Aery ketus.

"Ya padahal gue mau bilang kalau kita mau ke kuburan, tapi lo gak mau tau ya udah."

Deg.

Seketika Aery kaget mendengar pernyataan Alwan barusan, ia kembali mengingat kejadian buruk kala itu yang hampir merenggut nyawanya sendiri. Ya waktu itu ia memang bodoh karena bertingkah sok berani tapi hati nuraninya terus saja memaksa untuk membantu Tono walaupun percuma saja.

Merasa Aery hanya diam saja, Alwan tertawa,"Ya ampun gue cuma bercanda aja kali, gak mungkin gue bawa lo ke kuburan mending langsung gue bawa ke KUA aja."

Aery hanya mencibir,"Gak lucu."

Motornya berbelok ke sebelah kanan persimpangan, tapi ini bukan jalan ke rumah Aery lalu mereka mau kemana? Entahlah semoga bukan ke kuburan.

Gadis itu semakin panik, ia sesekali memelintir bajunya sendiri karena takut jika memang benar Alwan akan membawanya ke kuburan lalu pergi begitu saja atau pria itu akan membawanya ke KUA, tapi rasanya tidak mungkin karena itu mustahil.

Mereka sampai di sebuah tempat yang terlihat seperti rumah yang berpagar tembok hanya berwarna semen serta palang yang bertuliskan,"Old School Resto Padang."

Aery menghembuskan napas lega, dugaannya ternyata salah. Melihat nama dari palang itu, membuat cacing-cacing di perut kian melonjak kegirangan selain itu makanan di sini terkenal enak apalagi di buat oleh chef yang berpengalaman.

Tak jauh dari pintu masuk tampak sebuah mobil putih mengkilat dan mobil berwarna hitam terparkir di sana. Alwan menghentikan laju motornya tepat di depan palang, ia berbalik badan menatap Aery. Alwan memarkir motornya di samping mobil putih, lalu menarik tangan Aery untuk masuk ke dalam sana.

Saat masuk tampak sebuah meja kasir yang lumayan besar dengan konsep rumah klasik. Miniaturnya terbuat dari kayu dan rotan lalu dicat dengan warna cokelat mengkilat. Di sana ada beberapa orang dengan pakaian yang sama tengah duduk sambil mengobrol.

Mereka belok ke arah kanan dari tempat masuk tadi, dan langsung menemukan meja dan bangku taman dengan konsep outdoor yang cukup luas serta di bagian sudut di sekitar pintu masuk terdapat minibar untuk sekedar minum jus, atau yang lainnya.

(Ini saat di siang hari, dan kebetulan mereka pergi ke sana saat di siang hari.)

(Ini kalau di malam hari, ada lampu taman yang menghiasi.)

Di sekitar kursi dan meja taman terdapat sebuah taman kecil dengan kolam yang ada air mancurnya yang berukuran mungil pas untuk memberikan nuansa alam. Alwan mengajak Aery untuk duduk di salah satu kursi taman dari sekian banyaknya kursi dan meja yang ada.

Seorang lelaki bertubuh jangkung, wajah agak ke bule-bulean, kulit putih bersih lengkap dengan seragamnya yang berwarna putih hitam. Ia memberikan menu, lalu menunggu mereka untuk memesan makanan serta minuman yang dijamin enak.

"Nasi ayam batokok hijau satu, lo?" tanya Alwan pada Aery yang masih memilih.

"Nasi Garang aja deh."

"Minumnya?" tanya lelaki yang berseragam.

"Jus jeruk, 2."

Dengan secepat kilat lelaki bertubuh jangkung itu pergi meninggalkan mereka. Alwan duduk berseberangan dengan Aery sehingga mereka langsung berhadapan satu sama lain. Tidak ada topik yang harus dibahas atau dibicarakan sehingga membuat mereka pura-pura sibuk dengan ponsel padahal di dalam hati berharap ada yang memulai pembicaraan lebih dulu.

Tak lama akhirnya pelayan yang sama membawakan pesanan mereka tadi yaitu nasi ayam batokok hijau dan nasi garang lengkap dengan jus jeruk yang menyegarkan kerongkongan. Lelaki tadi mengukir seulas senyuman lalu berlalu meninggalkan mereka dan melayani tamu yang lain.

(Nasi ayam batokok hijau.)

(Nasi garang.)

Alwan menjangkau sendok dan garpu, tanpa menunggu waktu lagi ia langsung menyantap nasi ayamnya yang tampak menggiurkan lidah bila menyantapnya.
Begitu juga dengan Aery ia memilih untuk meneguk jus terlebih dahulu karena sedang kehausan, jusnya terasa asam campur manis sehingga mata Aery berulang kali terpejam menahan rasa yang segar itu. Lalu ia perlahan menyantap nasi garang yang telah terhidang.

Suara air mancur yang berada di sudut sana terdengar menenangkan, udara yang lumayan sejuk, tumbuhan yang berwarna hijau dan hembusan sepoi-sepoi angin membuat suasana semakin nyaman dan ingin berlama-lama di sana.

"Gimana habis makan nanti kita langsung ke KUA?" ucap Alwan tiba-tiba.

Aery tersedak mendengarnya, ia meneguk beberapa kali jus jeruk karena merasa kaget akan ucapan Alwan yang mendadak itu. Aery menatapnya penuh keheranan, ia hanya menggeleng lalu kembali menyantap makanan tanpa menggubris ucapan Alwan.

"Santai aja kali, gue cuma bercanda doang kok jadi lo gak perlu kebaperan gitu atau jangan-jangan lo emang mau?" meminum jusnya.

Aery mengangkat alisnya karena pria ini memang benar-benar gila, mana mungkin ia mau dibawa ke tempat seperti itu. Masih banyak yang harus dikejar dan diwujudkan, dan juga Aery tidak akan pernah mau, tidak akan pernah, pernah, pernah mau untuk menikah muda apalagi dengan Alwan, amit-amit.

Memang sih Alwan berparas tampan, kaya, punya segalanya tapi tetap saja Aery tidak mau menikah dengannya dan semoga saja. Alwan menghentikan makannya, ia sedikit membungkuk untuk melihat wajah Aery lebih dekat.

Aery merasa gelisah akan tatapan indah dari mata Alwan yang begitu menghipnotis para gadis dan membuat mereka meleleh seketika. Alwan tertawa, ia kembali pada posisi semula ketika melihat pipi mulus gadis itu memerah entah karena apa, bahkan cuaca tidak panas, sedang-sedang saja.

"Pipi lo kok merah gitu, lo grogi ya kalau ditatap sama gue? Yayaya gue emang tampan tapi maaf gue gak suka sama lo," menyuap kembali nasinya.

Aery hanya tersenyum sinis, baru kali ini ada cowok yang percaya dirinya sangat tinggi layaknya sebuah menara di-, di itu, di itulah pokoknya yang penting kalian tahu tempat yang memiliki menara tertinggi menembus awan.

Tiba-tiba saja ada seorang gadis dengan pakaian putih biru, memakai kacamata dan menyandang sebuah tas mungil berwarna hitam yang terlihat menawan. Gadis itu menepuk bahu Aery, sehingga ia tersedak karena sedang menyantap makanannya.

Aery berbalik badan, tampak seorang gadis tersenyum padanya.

"Kak Aerylin Fradella Agatha?" tanyanya yang tampak semangat sekali.

Aery hanya mengangguk sedangkan Alwan bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di samping gadis itu.

"Hei kak, kenalin aku Ica. Boleh ngobrol bentar gak? Cuma berdua aja, please. Bentar doang kok, hmm cuma lima menit deh," rengek Ica yang meminta waktu Aery sebentar.

Alwan merasa tersinggung karena keberadaannya yang tidak dibutuhkan, ia mendecah lalu kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Aery dan Ica duduk di tempat lain yang lumayan jauh dari Alwan, entah apa yang mereka bicarakan sehingga harus berdua saja.

Ica sangat senang sekali seperti telah menemukan idolanya saja padahal Aery bukanlah seorang artis ataupun penyanyi yang musik dan suaranya dapat mencuri perhatian orang-orang. Ia juga bukan anak Presiden yang istimewa juga bukan komedian yang suka menghibur banyak orang.

Ica merogoh tas hitamnya, ia mengambil sebuah buku yang lumayan tebal dengan judul,"Soul."

Aery menangkap keberadaan buku yang tengah dipegang Ica, dan langsung tau maksud dari gadis itu.

"Kak boleh minta tanda tangan di sini?" menunjuk halaman pertama dari buku.

Aery hanya diam saja, ia sengaja menatap Ica lama-lama agar gadis itu merasa putus asa karena tidak mendapatkan tanda tangan Aery dibukunya.

"Oh kakak gak mau, ya udah gapapa kok," menutup bukunya.

Namun Aery langsung menggapai buku itu dan mengambil pena yang telah Ica pegang lalu menandatangani halaman pertama dari buku. Ica tersenyum, ia bahkan tidak malu menari-nari sederhana sehingga menjadi pusat perhatian para pelanggan.

Aery berusaha menyembunyikan wajahnya karena merasa malu akan tingkah Ica yang memalukan itu. Dengan sekuat tenaga, Ica memeluk Aery hingga ia merasa kehabisan suplai oksigen di paru-paru.

"Makasih kakak, semua orang di sekolah aku, teman-teman aku yang ada di luar kota udah gak sabar nunggu novel kakak yang selanjutnya. Kapan kak Aery mau nulis novel lagi? Aku harap secepatnya ya kak," melepaskan pelukannya yang mematikan.

"Doain aja secepatnya ya," balas Aery.

Ica menatap jam tangannya, lalu terburu-buru untuk pergi dari sini mungkin takut jika terlambat untuk pulang ke rumah atau udah ada janjian sama si doi.

Aery kembali lagi ke tempat duduknya, ia duduk sambil menunggu Alwan yang tengah menyantap nasi ayam ayamnya sedangkan Aery sendiri tidak bernafsu lagi untuk melanjutkan makannya.

Alwan meneguk jus jeruk, lalu mengambil tisu untuk membersihkan bagian di sekitar mulutnya. Ia mengangguk pertanda untuk segera pulang, mereka bangkit dari tempat duduk meninggalkan tempat itu dan kini menuju kasir yang berada di rumah bernuansa klasik.

Aery memberikan sejumlah uang kepada kasir tapi Alwan bilang," Udah biar gue aja yang bayar, lo tunggu di motor aja ya."

Awalnya Aery menolak tapi Alwan terus saja memaksa sehingga ia terpaksa pergi ke tempat motor yang tengah terparkir dan menyimpan uangnya kembali.

Alwan mengecek sakunya, namun tidak ada uang sepersenpun. Ia menepuk jidat karena ingat, semua uangnya ada di dompet tapi ketinggalan di ruang OSIS.

Wanita dengan lipstick merah itu meliriknya, sehingga Alwan hanya bisa tersenyum.

"Uni, jadi gini uang saya itu ketinggalan jadi--"

"Kalau gak ada uang jangan sok-sok'an makan di sini, saya gak mau tau pokoknya adek harus bayar, gimanapun caranya," ucap wanita itu memotong perkataan Alwan.

Alwan merasa malu jika harus meminjam uang Aery, mau ditaruh dimana wajahnya nanti. Tapi tukang kasir tetap saja mengomel sehingga membuatnya menjadi bahan omongan orang banyak. Ia terpaksa melepaskan arlojinya yang dibelikan oleh uni dari luar negri yang harganya lumayan mahal.

"Ini cukup gak uni?" tanya Alwan sembari menunjukkan arlojinya.

"Cukup, bahkan ada kembaliannya," menyimpan arloji milik Alwan ke dalam laci.

Mendengar ada kembaliannya membuat Alwan mengatakan dengan mudahnya,"Udah ambil aja."

Ia berlari kecil keluar dari sana menuju tempat Aery yang sedang menunggu. Mereka berbaur kembali ke jalan kota untuk segera pulang ke rumah karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB.

Di sepanjang perjalanan Alwan terus saja memikirkan apa respon uni saat tahu kalau ia sudah menggadaikan arlojinya dengan semudah itu.

—————————————°♦°

Hai readers jangan lupa Vote dan Komennya, terimakasih😘

Continue Reading

You'll Also Like

192K 20.7K 35
"Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan." Sebuah kisah anak manusia yang mencoba menemukan jati diri dan tujuan mereka hidup di dunia ini.
5.4K 391 22
[Follow dulu sebelum baca ya kakak-kakak😍😍] HIATUS Andini Amanda Viana, gadis berusia 16 tahun yang dikagumi banyak kaum Adam. Tidak hanya kaum Ada...
14.6K 1.3K 40
HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU~ Masa depan itu tidak ada yang tau, sebaiknya kalian percaya bahwa Tuhan tengah mempersiapkan masa depan yang bagus untu...