IMPOSSIBLE [Completed]

By FauziahZizi5

45.1K 1.9K 397

"Tuhan itu nggak adil, kenapa Tuhan jadiin hidup gue sehancur ini." -Aerylin Fradella Agatha- "Gue suka sama... More

Prolog
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
CAST
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Pemilihan Cover
31
32 (Terbongkarnya Rahasia)
33- Oh jadi Alwan itu ( Semua terbongkar mulai dari sini)
Hai
34 - IMPOSSIBLE (End)
Baca Dulu, Penting

4

1.4K 76 10
By FauziahZizi5

F
Happy reading😘

"Hanya minuman yang akan menyelesaikan semua ini," ucap Aery dengan amarah.

Aery segera masuk ke Bar, hari ini pengunjung Bar lebih ramai dari hari kemarin sehingga ia merasa sedikit canggung. Namun dengan langkah pasti Aery duduk ditempat kemarin, pada kursi yang sama dan kebetulan kursi itu lagi kosong.

"Bang, kasih gue minuman yang kemaren," pesan Aery sambil menjentikkan jarinya memanggil bartender.

Tidak lama, bartender memberikan Aery minuman yang sama persis seperti yang ia minum kemarin. Karena Aery sudah tahu cara meminumnya seperti apa, sehingga tidak perlu bantuan bartender lagi.

Aery memegang tangkai gelas sambil memutarnya agar minuman itu dapat dinikmati kata si bartender, ia masih ingat betul akan hal itu. Hasrat Aery ingin sekali menghabiskan minuman itu dengan satu tegukan sekaligus dan memesan lagi, lagi dan lagi.

Belum sampai bibir Aery menyentuh pinggir gelas, seseorang sengaja menahan tangannya dan mengambil paksa gelas yang ada ditangan Aery. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Aery memutar tubuhnya melihat siapa yang berani mengganggu waktunya saat ini.

"Lo mau mabuk lagi?" tanya Alwan yang kini tengah berada dihadapan Aery.

Aery hanya diam, ia berusaha menarik tangannya yang terasa sakit digenggam oleh Alwan. Hingga akhirnya minuman Aery tumpah hingga ia benar-benar marah.

Aery menarik paksa tangannya lalu memesan lagi, bahkan keberadaan Alwan baginya tidak penting sama sekali, hanya pengganggu saja. Kali ini Alwan menepis tangan Aery hingga gelas yang ada digenggamannya terlempar dan jatuh ke lantai.

Semua orang kaget dan memusatkan perhatian pada Aery dan Alwan. Merasa gelisah dengan tatapan liar para pengunjung, Alwan segera menarik tangan Aery dan membawa gadis itu keluar dari Bar.

Aery melawan namun tenaganya tidak berarti apa-apa bagi Alwan. Saat Alwan melepaskan pegangannya, Aery melangkah maju untuk memasuki Bar kembali namun langkahnya terhenti ketika Alwan kembali menahan tangan Aery.

"Lepasin, gue mau masuk," berontak Aery.

"Nggak mau," bantah Alwan yang masih mencengkram lengan Aery.

"Lepasin atau gue teriak maling."

"Oke, oke," Alwan melepaskan cengkramannya dan mengangkat kedua tangannya.

Aery mendecah kesal lalu berjalan ke arah pintu Bar.

"Minuman nggak akan nyelesain masalah lo justru itu bakal memperumit," teriak Alwan sehingga langkah Aery terhenti karena mendengar kalimat Alwan.

Aery merasakan nyeri dikeningnya yang perlahan masih mengeluarkan darah, ia menangis karena menyadari bahwa ini bukanlah Aery yang sebenarnya, Aery tidak akan pernah melakukan hal sebodoh ini.

Alwan mendekati Aery yang masih berdiam diri di depan pintu Bar, ia berdiri tepat di hadapan Aery yang sedang menangis.

"Gue harus apa? gue gak sanggup lagi," ucap Aery disela tangisannya.

"Ikut gue," menarik tangan Aery ke tempat dimana Alwan memarkir mobilnya yang berada tak jauh dari Bar.

Aery hanya diam saja didepan mobil sedangkan Alwan lebih dulu masuk lalu keluar lagi karena Aery hanya berdiri mematung diluar saja.

"Lo tenang aja gue bukan orang jahat, dan nggak bakalan nyakitin lo apalagi bertindak macam-macam. Percaya sama gue," bujuk Alwan yang melihat kekhawatiran Aery.

Aery masuk ke dalam mobil, sepertinya Alwan memang orang baik-baik. Alwan memacu mobilnya dijalan raya, saat lampu merah ia menatap Aery yang memalingkan wajahnya keluar jendela.

"Ini hapus tuh darah dikening lo," memberikan tissue pada Aery.

Lampu hijau menyala, Alwan kembali memacu mobilnya. Selama di dalam mobil Aery hanya diam saja sehingga Alwan mati kata harus memulai percakapan darimana.

Selang beberapa menit saja, akhirnya sampai dirumah Alwan yang lumayan besar dan terlihat megah.

Mereka turun, Alwan memasuki rumahnya dan Aery masih berdiri disamping mobil.

"Lo tunggu bentar ya, gue panggil Ama dulu," ucap Alwan meninggalkan Aery.

Alwan memanggil Amanya berulang kali, namun masih belum ada sahutan.

"Ada apa sih Wan?" tanya Ama yang datang mendadak mengejutkan Alwan.

"Ada yang butuh bantuan Ama, orangnya ada diluar."

Alwan menarik tangan Ama menuju pintu rumah karena Aery ada diluar. Sebelum itu Aery mendapat telfon dari bi Supiak bahwa Amanya kini sedang berada di rumah sakit.

Dengan rasa cemas, Aery meninggalkan rumah Alwan dan menyusul Ama dirumah sakit yang kebetulan tak jauh dari sana.

Alwan menunjuk ke arah mobil, namun kaget karena tidak melihat keberadaan Aery.

"Mana Awan orangnya?" tanya Ama sambil memangku tangan.

"Tadi dia ada di sana Ama" menunjuk ke arah mobil.

"Ya sudah mungkin dia sudah pulang, memangnya dia kenapa sampai-sampai butuh bantuan Ama segala?" tanya Ama pada Alwan yang masih mencari sosok Aery.

"Awan kasian sama dia Ama, dia itu seumuran Awan tapi kayaknya dia ada gangguan jiwa gitu," jelas Alwan .

"Maksud kamu dia nggak waras?"

"Bukan gitu Ama, dia waras kok tapi agak rada gila," ucap Alwan sehingga Ama berpikir keras mencerna ucapan anaknya.

"Kalau gila bawa ke rumah sakit jiwa aja, kenapa bawanya ke sini?" berjalan meninggalkan Alwan.

"Mungkin Ama bisa bantu, karena Ama kan seorang psikolog," menyamai langkahnya dengan Ama.

"Dia cewek yang Awan tolong kemaren Ama," ucap Alwan namun sepertinya tidak didengar oleh sang ibu.

------------++++

"Kamar nomor 12," jawab salah satu suster rumah sakit.

Aery segera mencari kamar yang telah suster tunjukkan tadi, tempat Amanya sedang dirawat saat ini. Setiap langkah kakinya, Aery terus saja menitikkan air mata karena takut jika sesuatu yang buruk menimpa Ama.

Aery mendapatkan kamar dengan angka 12, ia memasuki kamar itu dan bi Supiak, pak Buyuang, dan Abak sudah berada di kamar itu.

Aery menatap tajam Abak dengan penuh kebencian, ia berlalu begitu saja didepan Abak lalu menghampiri Ama yang masih berbaring tidak sadarkan diri. Aery mencium tangan Ama dan berharap agar Ama cepat siuman.

Abak menghampiri Aery, mengusap punggung Aery karena melihat kondisi anaknya sekarang.

Aery menepis tangan Abak, ia terlalu marah dan kesal pada Abak yang selalu saja bertengkar sama Ama akhir-akhir ini.

Bi Supiak dan Pak Buyuang pamit untuk pulang ke rumah, mereka tadi lupa mengunci pintu rumah saat mengantar Ama ke rumah sakit. Sedangkan Aery duduk di samping Ama sambil menciumi telapak tangan ibunya.

Cukup lama menunggu di rumah sakit, haripun juga mulai malam dan langit perlahan berubah gelap. Aery masih setia menunggu Ama siuman serta Abak duduk disalah satu sofa yang ada dikamar ini.

Aery merasakan jari telunjuk Ama bergerak-gerak dalam genggamannya, ia mengelus rambut Ama dengan lembut dan menaruh harapan pada sang Kuasa agar Ama segera siuman.

"Abak, panggil dokter," teriak Aery.

Abak tergesa-gesa berjalan keluar mencari keberadaan Dokter. Kebetulan tidak jauh darisana ada seorang Dokter yang tengah berbincang-bincang dengan beberapa suster rumah sakit.

Abak memanggil dokter itu dan membawanya menuju kamar dimana istrinya tengah dirawat.

Aery sedikit bergeser, memberikan ruang yang cukup agar dokter lebih leluasa memeriksa keadaan Ama yang perlahan membuka kelopak matanya. Setelah mengatakan bahwa Ama sudah mulai membaik Dokter berlalu meninggalkan mereka
.

"Aery, Ama dimana?" tanya Ama yang memijat keningnya.

"Dirumah sakit, Ama kenapa kok bisa sampai kayak gini," tanya balik Aery.

"Dilabrak sama istri selingkuhannya," sambung Abak.

Bersamaan dengan kalimat yang terakhir Abak ucapkan, ia mendadak mendapat sebuah telfon.

"Iya aku sekarang ke sana," jawab Abak di telfonnya.

"Ai, Abak pergi dulu ya ada urusan di kantor," mencium puncak kepala Aery.

Aery merasa Abaknya sudah berubah semenjak kepindahan keluarga mereka, sekarang Abak selalu sibuk diluar rumah, tidak peduli pada keluarga. Aery cemas jika memang benar selama ini Abak
selingkuh dibelakang Ama.

Tanpa ia sadari Aery meneteskan air mata yang sedari tadi ditahannya namun sekarang sudah tidak bisa lagi dibendungnya. Ia mengepal tangannya karena kemarahannya benar-benar sudah berada di atas titik kesabaran.

Ama menyentuh telapak tangan Aery sehingga gadis itu tersentak dan buru-buru menghapus air matanya. Aery hanya tidak ingin menunjukkan kesedihannya pada Ama yang sedang berbaring sakit, saat ini yang harus Aery pikirkan adalah bagaimana cara untuk menghibur Ama.

Ama menarik tangan Aery hingga ia jatuh ke pelukan sang ibu. Aery merasakan kembali sosok Amanya yang akhir-akhir ini telah berubah.

Sebuah pelukan hangat yang sangat ia rindukan, semenjak mereka pindah Aery tidak pernah lagi mendapatkan sebuah ciuman atau pelukan dan perhatian dari Ama dan Abak.

"Aery maafkan Ama," ucap Ama sangat lembut sambil mengelus rambut lurus Aery.

Aery berusaha menahan tangisnya namun tetap saja tidak bisa, suara tangisan Aery terdengar oleh Ama sehingga Ama semakin mempererat pelukannya pada Aery.

Aery melepaskan pelukannya, ia berbalik badan untuk menghapus air mata yang masih saja mengalir tanpa aba-aba. Aery mengambil bubur yang telah disiapkan oleh pihak rumah sakit, ia duduk disamping Ama.

Ama berusaha menyandarkan badannya pada punggung kasur, dan Aery menyuapkan Amanya bubur yang tampak hambar dan kurang enak. Maklum makanan rumah sakit tidak seenak makanan di restaurant.

Ama memaksakan kerongkongannya untuk menelan bubur yang rasanya tidak jelas sama sekali. Suapan Aery begitu tulus sehingga Ama mau memakan bubur itu.

Selesai makan, Aery memegang tangan Ama sehingga tanpa sadar ia tertidur pulas. Sebuah ketukan dipintu membangunkan Ama, ia terus saja memandangi pintu dan menerka-nerka siapa yang mengetuk pintu barusan.

Perlahan tapi pasti, suara decitan pintu terdengar menyeramkan dan ditambah lagi dengan kondisi saat ini adalah tengah malam. Ama mendecah saat melihat kedatangan Abak, kenapa harus Abak yang muncul sehingga suasana hati Ama berubah drastis.

"Mau apa kamu ke sini?, mana selingkuhan kamu kok nggak disuruh masuk," ucap Ama yang tidak mau menatap wajah Apa.

"Ini rumah sakit, jadi nggak usah nyari-nyari masalah," balas Abak sambil membuka jaket kulitnya dan menyelimuti Aery dengan jaket itu yang tampak kedinginan.

"Abak, Ama," ucap Aery mengigau beberapa kali.

Abak dan Ama saling tatap satu sama lain ketika mendengar ucapan Aery, seakan-akan kalimat itu menyayat hati mereka secara dalam. Abak mengelus rambut Aery, menciumi puncak kepala anaknya.

Sedangkan Ama mengalihkan pandangannya dan tanpa disadari setetes demi setetes air mata berhasil keluar dari kelopak mata Ama.

------------+++++

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
5.1M 216K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
5.4K 391 22
[Follow dulu sebelum baca ya kakak-kakak😍😍] HIATUS Andini Amanda Viana, gadis berusia 16 tahun yang dikagumi banyak kaum Adam. Tidak hanya kaum Ada...