Heal Your Heart | BBH - COMPL...

By Hunstuff

272K 36.4K 1.9K

{COMPLETE STORY} Someone will heal your heart. Revisi - (21 September 2018 - 10 February 2019) More

Prolog & Cast
1 - Bukan apa-apa
2 - Tolong
3 - Rahasianya
4 - Seperti permainan
5 - Fakta
6 - Lebih dekat (Jin Sihyeon)
7 - Kebodohan
8 - Takdirnya
9 - Untuk melindungimu
10 - Apa itu cinta?
11 - Trauma
12 - Hari pernikahan
13 - Jin Saera
Spesial Chapter A
Spesial Chapter B
14 - Hidup baru
15 - That XX
16 - Save Me
17 - Zhang Yixing
18 - Perasaan asing
19 - Dari neraka
20 - Aku akan ada disini + Promot
21 - Baekhyun di masalalu
22 - Drugs
23 - Gift
24 - A Tragedy
25 - Secret?
26 - Pieces of Past
27 - Ain't Story
28 - Fell Down
29 - Let You Go
30 - Breath
31 - Farewell
33 - Let Me Save You
34 - Forsaken
35 - Apology
36 - Done
37 - Rise
38 - Distance
39 - Byun Baekhyun
40a - We Broke Up, Again.
40b - Missing Girl (end)
Epilog
Heal Your Heart Gallery's

32 - Terrible day ever

3.8K 654 40
By Hunstuff

How could human hate human?

🌸🌸🌸🌸

Sihyeon menatap orang-orang yang berlalu lalang di depannya dengan tatapan kosong. Sudah seminggu berlalu sejak kematian Saera. Namun, entah mengapa Sihyeon masih tidak bisa merelakan wanita itu pergi.

Tangisannya selama Saera dikuburkan serasa sia-sia saja. Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh air mata? Memperbaiki kesalahanmu? Tidak bukan?

Sosok Baekhyun yang menyebrangi jalanan dengan dua cup kopi di kedua tangannya, sedikit membuat Sihyeon menyunggingkan senyumnya.

Kini yang benar-benar tersisa di dunia ini untuknya hanyalah Byun Baekhyun.

"Kopimu my queen," ujar Baekhyun sambil menyodorkan cup kopi itu pada Sihyeon dan duduk di samping wanita itu.

Sihyeon lantas menyeruputnya sekali sebelum menyenderkan kepalanya pada bahu Baekhyun. "Aku masih sedih."

"Jangan terlalu dipikirkan, itu hanya akan membuatmu semakin bersedih."

"Kau benar..."

Baekhyun tersenyum. "Kau masih akan disini atau ikut pulang denganku?"

Ah iya Sihyeon lupa jika sekarang ini mereka masih berada di Jepang. "Pulang denganmu," katanya dengan nada manja.

Baekhyun menatap Sihyeon gemas, pria itu lalu mencubit kedua pipi Sihyeon sambil berbisik,"kyeopta~"

****

6 months later~

Waktu terus berjalan. Orang-orang datang dan pergi dengan seenaknya. Tidak ada yang bisa Sihyeon harapkan lagi untuk tinggal disisinya kecuali Byun Baekhyun.

Yixing memutuskan untuk mengasingkan dirinya di Jepang sepeninggalnya Saera. Hansol memilih meneruskan perusahaan demi menghormati usaha Saera yang selama hidupnya selalu berusaha menyelamatkan perusahaan. Nyatanya Baekhyun sama sekali tidak mau menerima perusahaan Yixing begitu saja. Jadilah Hansol yang menangani perusahaan mau tidak mau.

Sihyeon? Seperti biasa, dia hanya berdiam diri di dalam apartemen sambil menonton drama atau menunggu Baekhyun pulang dari pekerjaan bahayanya.

Selama ini semuanya berjalan dengan baik. Tidak ada lagi Jung Jaehyun yang menganggunya atau drama lain yang sering menghampiri Sihyeon.

Sampai...

Tingtong!

Tingtong!

Sihyeon mendengus kecil begitu acara menontonnya diganggu oleh suara bel yang keras. Wanita itu meletakkan mangkuk popcorn-nya dan beranjak membukakan pintu.

"Ada paket untukmu nona." Seorang pria tua yang Sihyeon tahu sebagai penjaga pos di halaman apartemennya berdiri di depan pintu sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang pada Sihyeon.

Setelah mengucapkan terima kasih dan menutup pintu, Sihyeon segera kembali ke sofa dan mulai menatap bingung kotak di hadapannya.

Tidak ada nama pengirim atau bahkan alamatnya. Sebelum membukanya, Sihyeon memastikan terlebih dahulu jika kotak itu bukanlah benda berbahaya dengan cara menguncangnya.

Sihyeon menganggukkan kepalanya yakin dan mulai membuka kotak itu. Isinya adalah sebuah pakaian yang nampaknya sudah lusuh dan tidak pernah di cuci.

Bingung, Sihyeon kembali mengamati kotak itu dan mendapati sepucuk surat. Sepucuk surat yang tidak Sihyeon sadari akan menjadi awal mula hancurnya dia dan Baekhyun.

Baju lusuh yang semula berada dalam genggaman Sihyeon kini merosot jatuh ke lantai bersamaan surat tadi.

Mata Sihyeon bergetar menahan air mata ketika ingat baju siapakah itu. Tubuhnya bergetar hebat karena terlalu shock. Sihyeon menghela napasnya yang terasa berat dan bergegas meraih ponsel dan jaketnya.

Dia harus pergi.

****

Suara gelak tawa yang menggelegar di ruangan itu membuat seorang wanita yang duduk disana mengerutkan keningnya tidak suka.

Sosok Jin Wooyoung yang sedang duduk di kursi kebesarannya sambil tertawa lebar menatap Jihoo yang sedari tadi diam.

"Kau tidak senang hah?"

Jihoo mengadahkan kepalanya dan menatap sinis Kakeknya. "Apa aku harus?"

Decakan kesal dari Wooyoung sedikit membuat Jihoo menyudutkan dirinya sendiri pada sofa yang ia duduki.

"Wanita pembunuh itu akan mati sebentar lagi Jihoo-ah, kau tidak perlu cemas. Kakek akan mengurusnya untukmu," ujar Wooyoung dengan nada angkuhnya.

Jihoo terdiam tidak berniat menjawab bualan Kakeknya tentang Sihyeon. Masalahnya sekarang Jihoo sedang kesal bukan main pada sosok lainnya yang tengah berdiri kaku di samping Kakeknya.

Jung Jaehyun.

"Lebih baik aku pulang," kata Jihoo sebelum beranjak pergi dari ruangan itu.

Jihoo menghentikkan langkahnya sejenak sebelum kembali melangkahkan kakinya lagi. Sosok Jaehyun yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Jihoo bukan lagi hal aneh.

"Kuantar," ujar Jaehyun singkat.

"Tidak perlu."

"Jihoo-ah..." lirih Jaehyun sambil mencekal pergelangan tangan Jihoo.

"Lepaskan!"

"Tidak."

"Apa maumu?!"

"Aku hanya ingin mengantarmu pulang."

"Tidak perlu, aku bersama Minhyun."

"Jauhi dia."

Jihoo berdecak kesal. "Memangnya kau siapa menyuruhku untuk menjauhi Minhyun HAH?!"

"Aku masih Kakakmu jika kau lupa."

"Sejak kapan? Kau tidak pernah menjadi Kakakku brengsek!"

Jaehyun hanya terdiam mendengarkan ocehan kemarahan Jihoo. Dia memang brengsek tapi dia masih peduli pada Jihoo, jadi kenapa wanita ini tidak membiarkannya mengantar pulang?

"Kau... Dimataku kau hanyalah seorang pembunuh berdarah dingin Jaehyun-ssi," tutup Jihoo.

Wanita itu meninggalkan Jaehyun. Kali ini benar-benar meninggalkannya. Jihoo berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah kembali lagi pada Jaehyun.

"Kakekmu bagaimana?" tanya Minhyun begitu Jihoo mendudukan dirinya di dalam mobil.

"Dia jahat seperti biasa."

"Kau bertemu dengan Jaehyun?"

"Tentu saja, dia anjing kakekku."

"Kuharap dia baik-baik saja," ujar Minhyun sambil menyalakan mesin mobilnya.

Jihoo pikir kenapa pria sempurna semacam Jung Jaehyun masih mau menjadi anjing peliharaan Jin Wooyoung, padahal ada banyak orang yang peduli padanya seperti Minhyun.

Jihoo menyesal karena telah membawa Jaehyun pada hal seperti ini. Matanya melirik sosok Minhyun yang nampak fokus pada jalanan di depannya.

Jihoo harap hal seperti ini tidak pernah bisa menyeret Minhyun ke dalamnya. Pria itu terlalu baik dan polos. Jihoo takut.

****

Baekhyun menghela napasnya pelan begitu sekumpulan pria berjas hitam yang sebenarnya adalah pembelinya telah pergi. Pekerjaannya hari ini sudah selesai, hal pertama yang Baekhyun ingat adalah sosok Sihyeon.

Dia ingat jika pagi tadi dia pergi tanpa pamit pada Sihyeon. Tidak tega rasanya jika harus membangunkan Sihyeon yang tidur seperti bayi.

Baekhyun baru saja membuka ponselnya ketika ada sebuah panggilan masuk dari Sihyeon. Kebetulan sekali, pikirnya.

"Kau sudah makan?" tanya Baekhyun langsung.

"...."

"Kau siapa?"

"...."

"Dimana?" tanya Baekhyun dengan nada dinginnya.

Rahang Baekhyun mengeras. Bunyi bip panjang di ponselnya membuat Baekhyun menatap ponselnya gahar sebelum melempar benda itu sembarang arah.

"BRENGSEK!!" geramnya.

****

Sihyeon mengadahkan kepalanya dan menatap murung gedung di hadapannya. Ini adalah tempat paling terkutuk dalam hidup Sihyeon.

Tangannya meremas kuat baju lusuh tadi. Sihyeon rasa dia tidak sanggup untuk masuk ke dalam sana. Apakah dia harus mundur?

"Jin Sihyeon-ssi?"

Sihyeon menolehkan kepalanya. Matanya membulat sempurna karena terkejut ketika melihat sosok yang tidak diduga muncul.

"Ah! Kau sudah datang? Bagaimana jika kita melihat-lihat tempat ini dan mengenang masa lalu?"

Moon Yuri.

"Kenapa kau disini?" tanya Sihyeon.

Yuri tersenyum tipis sebelum menghampiri Sihyeon. "Kenapa ya? Menyadarkanmu mungkin?"

"Apa maksudmu?"

Wanita bernama Yuri itu hanya mengedikkan bahunya acuh sebelum melangkahkan kakinya melewati Sihyeon. "Ikuti aku," katanya.

Sihyeon terdiam sebentar sebelum melangkahkan kakinya mengikuti sosok Yuri. Yuri membawanya masuk ke dalam gedung tua tanpa berkata apa-apa.

Udara diselitar Sihyeon rasanya mulai menipis. Gawat! Traumanya bisa kambuh jika dia berlama-lama disini.

Dengan terpaksa Sihyeon menghentikan langkahnya. Tangannya terangkat menyentuh dadanya yang mulai sesak. Sosok Yuri yang berjalan jauh di depan sana nampak memudar.

Dan yang paling mengejutkan adalah, ada sosok lain lagi yang sedang menatapnya tajam. Sosok anak kecil yang dulu telah Sihyeon tinggalkan disini bersama dengan pembunuh.

"Tolong aku..."

****

Baekhyun menggeram kesal begitu tidak dapat menemukan Sihyeon dimana-mana. Wanita itu menghilang! Atau lebih tepatnya diculik!

Beberapa saat yang lalu saat Baekhyun menelpon Sihyeon, bukan wanita itu yang menjawab telponnya. Melainkan suara wanita lain yaitu Moon Yuri.

Baekhyun sudah kehabisan akal. Dia tidak bisa mengubungi lagi ponsel Sihyeon dan sekarang entah harus mencari wanita itu kemana lagi. Salahnya menerima pekerjaan yang Ayahnya berikan.

Dan gosip tentang Moon Yuri adalah tangan kanan Jin Wooyoung memanglah benar. Padahal selama ini Baekhyun kira Jung Jaehyun-lah tangan kanan pria tua itu.

Jaehyun?

Benar! Jung Jaehyun pasti tahu keberadaan Sihyeon saat ini. Baekhyun langsung melajukan mobilnya menuju apartemen Jaehyun.

Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai di apartemen Jaehyun. Baekhyun segera turun dari mobilnya dengan ponsel yang menempel di telinganya.

"Jaehyun-ssi aku ada diluar apartemenmu, ada yang ingin kutanyakan," ujarnya langsung tanpa basa-basi.

Jaehyun yang saat itu sedang membuat secangkir kopi, segera beranjak menghampiri Baekhyun.

"Ada apa?" tanya Jaehyun.

Baekhyun menolehkan kepalanya cepat. "Kau tahu dimana Sihyeon?"

Kening Jaehyun berkerut bingung. "Apa maksudmu?"

"Moon Yuri menculiknya."

Jaehyun membulatkan matanya. Secepat inikah? Jin Wooyoung nampaknya sudah tidak percaya lagi pada Jaehyun hingga menyuruh Yuri yang tidak punya perasaan itu untuk melakukan hal ini.

"Aku tidak tahu," kata Jaehyun pelan.

Baekhyun langsung meringsek maju dan memarik kerah Jaehyun. "Jangan berlagak tidak tahu! Aku tahu kau juga terlibat Jung Jaehyun!"

Jaehyun yang saat itu terbawa suasana ikut menarik kerah Baekhyun dan menatap pria itu tajam. "Kenapa kau menyalahkanku?! Sadarlah! Bukankah selama ini kau menelantarkan Sihyeon?!"

Cengkraman Baekhyun pada kerah Jaehyun melonggar. Pria itu nampak menatap kosong lawannya. Jaehyun menghempaskan cengkramannya dan berdecak pelan.

"Selama ini permasalahan sebenarnya bukanlah Jin Wooyoung, kau mungkin tidak tahu jika Sihyeon-lah yang membuat masalah ini."

"Apa maksudmu?"

Jaehyun mengehela napasnya pelan. Percuma saja jika dia menjelaskan hal itu pada Baekhyun. Pria itu pasti tidak akan percaya karena buta oleh cinta.

"Aku akan mengantarmu ke tempat Sihyeon. Namun pertama-tama kita harus menjemput Jung Jihoo terlebih dahulu."

Baekhyun tidak banyak bicara. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan Jaehyun naik ke dalam mobilnya untuk menjemput Jung Jihoo.

"Tunggu disini," ujar Jaehyun.

Setengah jam kemudian, munculah sosok Jihoo yang sudah lama tidak Baekhyun lihat bersama Jaehyun.

Wanita itu masuk ke dalam mobil Baekhyun dan duduk di kursi penumpang dengan wajah jutek. "Sudah kuduga jika kau akan tahu," ujar Jihoo kepada Jaehyun yang terdiam di kursi depan.

Baekhyun berdehem pelan. "Bisakah kita pergi sekarang? Istriku sedang diculik."

Jaehyun langsung mengarahkan kemana Baekhyun harus pergi. Lagi, tempat tujuan mereka adalah Busan.

"Berhenti disini," ujar Jihoo yang sedari tadi terdiam.

Baekhyun menurut. Pria itu segera menepikan mobilnya dan turun bersamaan dengan Jaehyun dan Jihoo.

Jaehyun segera mendekati Jihoo dan menepuk bahu Jihoo. "Tenang saja semuanya akan baik-baik saja."

Kening Baekhyun berkerut bingung. Sihyeon tidak mungkin di culik dan di terlantarkan disini bukan? Bagaimana jika wanita itu disekap disana dan ketakutan?

"Ayo," ujar Jaehyun.

Baekhyun mengikuti langkah Jaehyun dibelakang bersamaan dengan Jihoo. Disaku jaketnya sudah Baekhyun siapkan sebuah pistol untuk berjaga-jaga. Sedangkan Jaehyun dengan terang-terangan menggenggam sebuah pistol di tangannya.

"Kalian datang?" suara seorang wanita yang Baekhyun kenal membuat langkah mereka terhenti dan mencari sumber suara tadi.

Moon Yuri.

"Dimana Jin Sihyeon?" tanya Baekhyun langsung.

Yuri menatap Baekhyun sebentar sebelum meledak dalam tawanya. "Kau bercanda? Dia ada disini tentu saja."

"Dimana?!" seru Jihoo.

"Disana," kata Yuri santai. Tangannya terangkat menunjuk sebuah lemari berukuran sedang yang ada di sudut ruangan.

Baekhyun buru-buru berlari kearah sana dan membuka lemari itu. Lemari yang ternyata terkunci. Mata Baekhyun menatap Yuri tajam. "Berikan aku kuncinya," katanya pelan.

Yuri mengedikan bahunya. "Dari pada meminta kunci lemari itu, ada beberapa hal yang perlu kau ketahui."

Baekhyun menghela napasnya kasar. "Katakan apa maumu Moon Yuri-ssi."

"Mauku? Sederhana saja, kembalilah pada Yeri. Aku tahu kau masih mencintainya."

"Kau salam paham."

"Yahh terlepas dari benar atau tidaknya itu, ada satu hal yang ingin kuceritakan padamu."

Yuri melangkahkan kakinya mendekat pada sosok Baekhyun. Jaehyun yang saat itu berdiri tidak jauh dari Baekhyun langsung mengarahkan pistolnya pada Yuri. Berjaga-jaga jika suatu hal buruk terjadi nantinya. Jihoo juga nampak khawatir dan bersembunyi di belakang tubuh Jaehyun.

"Turunkan senjatamu pengkhianat," Ucap Yuri sambil melirik Jaehyun tajam.

Jaehyun bergeming. Dia sudah tidak peduli lagi Wooyoung atau Yuri. Saat ini nyawa Sihyeon sedang terancam.

Baekhyun mendengus kesal. "Apa? Cepat katakan!"

Sihyeon mungkin bisa saja mati kehabisan udara di dalam lemari sana. Baekhyun harus buru-buru mendapatkan kuncinya apapun yang terjadi nanti.

Yuri tersenyum tipis. "Menurutmu kenapa Jin Wooyoung sangat membenci Sihyeon?"

Baekhyun mendengus. "Karena..."

"Tidak tahu ya?"

"Itu karena Sihyeon sendirilah yang salah," Yuri meneruskan.

Baekhyun terdiam. Jantungnya terasa mencelos jatuh. Benar, selama ini Baekhyun tidak tahu pasti kenapa Wooyoung begitu membenci Sihyeon.

"Itu karena Sihyeon telah membunuh cucu kesayangannya, dia adalah pem—"

"GEUMANHE!" jerit Jihoo memotong ucapan Yuri. Wanita itu nampak menatap sosok Yuri dengan tatapan kesal. (Hentikan.)

Yuri tertawa kecil, jarinya mengarah pada Jihoo dan berpindah pada lemari. "Kau pikir, Jin Sihyeon hanya mempunyai satu adik yaitu Jih—ah! Sieun? Kau salah Byun Baekhyun-ssi."

Kening Baekhyun berkerut bingung. "Apa maksudmu?"

"Sejujurnya, Sihyeon mempunyai adik kecil lagi selain Sieun. Sayangnya, adik kecilnya itu sudah mati," ujar Yuri sambil melirik sosok Jihoo atau Sieun yang nampak sedikit shock. (Dari sini Jihoo namanya ganti jadi Sieun yaa).

"Kenapa kau nampak shock Jin Sieun-ssi? Kau kaget karena aku berani menceritakan ini pada Baekhyun?" tanya Yuri.

Air mata mengalir turun melalui pipi Sieun. "Hentikan, kumohon... Kau hanya akan menghancurkan kebahagiaan Kakakku Yuri-ssi," lirihnya.

"Kebahagiaan?" Seru Yuri.

"Kau pikir apa itu kebahagiaan hah?! Apa kau masih sudi untuk melihat Sihyeon bahagia dikala semua orang menderita karenanya?!"

Sieun terdiam. Dia bukannya membenarkan ucapan Yuri, hanya saja dia tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan pada wanita itu.

"Lagi pula itu bukan urusan kalian berdua. Ini hanya antara aku, Baekhyun dan Sihyeon saja."

"Ceritakan padaku," potong Baekhyun sambil melirik lemari di sudut ruangan dengan sedih.

Yuri tersenyum puas. "Baiklah."

****

"Eonni!!"

Sihyeon menolehkan kepalanya cepat ketika mendengar suara yang terdengar familier di telinganya.

Jin Sooyeon. Si bungsu kesayangannya.

Sihyeon lantas buru-buru berlari menghampiri adik kecilnya itu dengan khawatir. "Ya! Dimana Sieun eoh? Kenapa sendirian saja?"

Sooyeon tersenyum lebar, gadis kecil itu lantas menarik ujung seragam yang Sihyeon gunakan agar  mendekat padanya.

"Aku melarikan diri dari Sieun Eonni hehehe," bisiknya pada Sihyeon.

Sihyeon tertawa kecil. Membayangkan wajah khawatir Sieun saat ini adalah sebuah hiburan tersindiri baginya.

"Ayo," ujarnya sambil menuntun tangan kecil Sooyeon untuk pulang.

Jin Sooyeon gadis berumur 8 tahun itu terus saja mengatakan hal-hal yang telah terjadi padanya seharian ini.

Sihyeon yang mendengarnya hanya bisa menanggapinya dengan tertawa kecil. Perjalanan menuju rumahnya dari halte memang sedikit jauh dan memakan waktu lama.

Apalagi ada sebuah gedung kosong yang harus mereka lewati sebelum memasuki jalanan menuju rumah mereka.

"Eonni aku takut," ujar Sooyeon pelan.

Sihyeon tersenyum menenangkan dan menarik adiknya untuk lebih dekat dengannya. "Jangan takut, aku bersamamu."

"Haeksaeng!" seru seseorang di belakang mereka. (Panggilan untuk murid sekolahan).

Kepala Sihyeon menoleh cepat. Seorang paman berdiri tidak jauh dari mereka sambil tersenyum cerah dengan dua buah balon di kedua tangannya.

"Ada yang bisa kubantu Ahjussi?" tanya Sihyeon kala pria itu sudah berdiri di hadapan mereka.

Ahjussi itu lalu mengulurkan dua balon tadi pada Sooyeon dan kembali tersenyum. "Itu hadiah untuk adikmu yang cantik," katanya.

"Terima kasih." Sooyeon tersenyum kecil.

"Kalian suka semangka? Aku punya banyak semangka di rumahku."

Kening Sihyeon berkerut bingung. Ada yang aneh dengan pria ini. "Tidak perlu Ahjussi, kami sudah mau pulang," terang Sihyeon sopan.

Ahjussi itu nampak menatap Sihyeon kesal sebelum melakukan hal yang tidak terduga.

Plakk!!

Pria itu menamparnya!

"Eonni!!" jerit Sooyeon. Balon-balon ditangannya terlepas dan melayang begitu saja.

Sihyeon menarik Sooyeon dan hendak berlari kabur dari sana, mengabaikan pipinya yang berdenyut nyeri. Namun, tangan kecil Sooyeon malah terlepas darinya.

Sooyeon ditarik paksa oleh Ahjussi itu, Sihyeon menjerit panik. Gadis itu lantas mengejar sosok ahjussi itu dengan sekuat tenaga.

Suara jeritan Sooyeon membuat Sihyeon mempercepat larinya. Ahjussi itu membawa Sooyeon masuk ke dalam gedung kosong!

Sihyeon terdiam lama di depan gerbang gedung itu. Ketakutan luar biasa menyerangnya, membuat bulir-bulir keringat dingin mengalir deras melalui pelipisnya.

Gadis itu mendorong pelan gerbang itu sebelum masuk ke dalam dengan perasaan tidak karuan. Sihyeon mungkin takut, tapi Sooyeon pastilah merasa lebih ketakutan dibanding Sihyeon.

Jadi, Sihyeon berlari masuk ke dalam gedung dan berteriak-teriak memanggil Sooyeon. "SOOYEON!"

Hening.

Tidak...

"SOOYEON-AH!!"

"..."

"Sooyeon..."

Sihyeon menghentikan langkahnya. Samar, Sihyeon mendengar suara kecil yang memanggil-manggil namanya.

"Sooyeon-ah! Kau dimana?"

Mata Sihyeon menatap sebuah lemari di ujung ruangan. Perlahan Sihyeon menghampiri lemari itu, dia menarik napasnya dalam sebelum membuka lemari itu dengan pelan...

Namun,

BUG!

🌸🌸🌸🌸

Continue Reading

You'll Also Like

53.9K 5.7K 31
Chanyeol awalnya hanya mengagumi suara Yuju ketika melihatnya menyanyikan sebuah lagu ballad pada suatu acara, tapi seiring berjalannya waktu, dan re...
40.9K 2.6K 49
[Lengkap] Entah sampai kapan kamu akan menjadi sebuah adiksi paling menyakitkan untukku. Written by Asharumi. Start: 08 November 2018 End: 25 Desembe...
161K 16.5K 65
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
774K 47.5K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...