Karena sedang liburan panjang semester ini, kondisi kostan setiap malam jadi sepi. Setiap malamnya gua malah sering di temani oleh Gondel yang saban hari nongkrongin kamar gua. Mungkin lebih tepatnya Gondel sering datang ke kostan dengan membawa kekasihnya yang langsung di selundupkan ke dalam kamar. Dan mereka asik bermesraan di sana tanpa mempedulikan perasaan pemilik kamarnya yang sedang jomblo dan kesepian ini.
Lagi-lagi gua duduk melamun sendirian di balai bambu depan kostan. Asap rokok terus mengepul-ngepul di mulut ini. Gua membiarkan gitar bolong tergeletak di sudut balai bambu tanpa ada keinginan untuk memainkannya.
Ah, sial! Adakah seorang penjudi atau pemabuk yang bersedia melewati keheningan malam bersama gua?
Memang perjalanan seorang jomblo itu tidak mudah. Jalannya keras dan berliku. Penuh dengan kerikil-kerikil tajam di setiap langkah kakinya. Inilah nasib seorang jomblo yang serba pas-pasan. Penampilan pas-pasan, kantong pas-pasan, tampang pun pas-pasan. Pernah suka dengan seorang wanita tapi gaya hidup kami jauh berbeda. Lalu suka dengan sahabat sendiri yang sudah sangat cocok satu sama lainnya, tapi sudah punya kekasih.
Ah...
Tidak ada yang bisa di harapkan dari seorang lelaki suram semacam ini. Hidupnya sepi, langkahnya sunyi, semangatnya pergi, hari-hari ke depannya di penuhi dengan lorong panjang gelap yang tak berujung.
"Mija, kita cari makan yuk?"
Suara seorang gadis yang berdiri di ambang pintu gerbang itu membuyarkan semua lamunan kesepian ini.
Gua menatap gadis cantik berparas chinese yang kadang kala selalu mengisi hari liburan gua dengan kebawelannya, curhatannya, bahkan canda dan tawanya. Dia adalah Viola Sagita satu-satunya sahabat setia yang selalu menemani kesepian gua saat ini.
Mungkin karena status kita sama. Yaitu sama-sama Jomblo sejati. Tapi bedanya dia berjenis kelamin perempuan. Apalagi dia cantik, baik, dan kaya raya, tentu saja mudah untuk mendapatkan pasangan kapan saja dia mau.
Beda dengan gua yang....
Ah, sudahlah tidak usah di bahas. Semua orang juga sudah tahu kok akan kegantengan gua yang melegenda ini..terkadang ketika melihat diri sendiri di depan cermin rasanya sampai mau muntah darah.
"Mau makan apa?"
"Gado-gado. Lagi pingin nih.."
Gua terdiam sesaat sambil melihat jam di layar ponsel.
"Lu udah gila ya? Jam segini mana ada orang jual gado-gado,"
"Ya di cari dulu lah..masa Jakarta seluas ini gak ada yang jual gado-gado sih! Gue lagi ngidam banget nih, gara-gara nonton wisata kuliner, pembawa acaranya makan gado-gado kayanya enak banget.."
"Lagian tukang gado-gado gila mana sih yang jualan sampe tengah malem begini? Elu lagi ngidam apa emang mau nyusahin orang sih?"
Gadis itu langsung pasang tampang cemberut. "Yaudah kalau begitu cari ketoprak aja deh! Kan hampir mirip tuh kaya gado-gado.." usulnya memutuskan.
"Nah, kalo itu masuk akal. Yaudah gua ngeluarin motor dulu,"
Gua akhirnya masuk ke kostan menujuh kamar yang di dalamnya sudah ada Gondel dan Kekasihnya sedang nyarang berduaan. Entah mereka sedang melakukan aktivitas apa di dalam, yang jelas suasananya begitu hening dan sepi.
Tok..tok..tok..
"Del, permisi..Del..." Gua berhenti di depan pintu sambil mengetuknya dengan sopan dan menggunakan kata permisi yang halus.
Kalian lihatlah...
Menyedihkan sekalikan menjadi seorang Jomblo?
Masuk ke kamar sendiri saja harus mengetuk pintu dan pakai permisi. Sungguh harga dirinya sangat rendah. Martabatnya jatuh lalu hancur berantakan.
Agak lama juga Gondel membuka pintu kamar. Hanya terdengar grasak-grusuk yang sangat ramai di dalam.
Gua tidak tahu apa penyebab suara grasak-grusuk di dalam. Prasangka gua hanya bisa menduga-duga.
Mungkin mereka masih sibuk memakai baju....
Mungkin juga celana dalam atau tali kutang sedang hilang karena di lempar sembarangan.....
Atau mungkin sedang membersikan sisa bercak-bercak...
Mungkin ya.....
Gondel membuka pintu. Mukanya pura-pura di lecek-lecekin dan matanya pura-pura di kucek-kucek, lalu mulutnya pura-pura menguap...
"Sorry bro gua ketiduran..." kata Gondel seraya membuka pintu lebar-lebar.
Gua tidak meresponnya. Karena kalau gua merespon, hati ini akan tambah sakit dan teringat lagi kalau gua itu seorang Jomblo!!
Gua langsung masuk dan mengambil double jacket yang tersangkut di samping lemari.
Dada gua langsung ketar-ketir begitu melihat tubuh kekasihnya Gondel yang tergeletak tanpa daya di atas kasur gua.. dengan menggunakan selimut gua..lalu memakai bantal dan guling gua...
Mendadak hati ini langsung hancur lebur!!!
Gondel saja yang tingkat kegantengannya masih jauuuuuuhhhh di bawah gua bisa punya cewek! Terus giliraaan gua kapaaaaaannnn??????????
Ketika kembali ke balai bambu dan sekaligus mengeluarkan motor dari halaman kost Viola sudah menunggu di sana dengan senyumnya itu.
"Pake tuh," gua melempar salah satu jacket ke Viola yang mengenakan pakaian serba minim.
Gadis itu menerimanya dengan tampang curiga.
"Apaan nih?" Tanyanya terlihat heran.
"Sejauh pengetahuan gua, namanya sih masih jacket,"
"Gua juga tahu namanya jacket! Maksud gue kenapa lo ngasih jacket ke gue? Tumben banget baik sama gue,"
"Gua mah emang selalu baek sama elo..."
Viola memincingkan matanya dengan curiga. "Ada maksud apa lo sama gue? Pasti minta di bayarin lagi ya makannya?" Lagi-lagi gadis itu menembak masalah materi gua yang memang selalu cekak.
Wajah gua langsung memerah karena memang malu di tembak seperti itu. Soalnya gua juga sering banget nebeng makan sama doi. Itu juga terpaksa, karena duit gua lagi cekak-cekaknya sehabis kalah judi.
"Sembarangan lo kalo ngomong! Entar elu yang gue traktir!" Protes gua kesal bercampur malu.
"Ye, abisnya gue kan curiga..biasanya duit lo kan abis mulu! Makanya lo sering banget nebeng makan sama gue.."
Gua jadi tambah malu di bilang seperti itu.
"Lagian elu malem-malem begini mau naik motor pakaiannya serba ke buka begitu. Baju minim, celana minim, nanti kalo pantat lu masuk angin gimana? Bisa kentut mulu loh! Ganti celana panjang dulu sana, baru kita berangkat!" Perintah gua dengan tegas.
Sesaat gadis itu menatap gua dengan tajam, lalu mulai tersenyum sembari mengangguk.
"Tumben banget lo perhatian sama gue. Sampai pantat gue elu pikirin segala. Yaudah gue pake celana panjang dulu deh.."
Dia masuk ke dalam dan beberapa saat kemudian keluar dengan setelan celana jeans panjang yang di dengkul dan pahanya robek-robek, di tambah dengan jacket basis yang gua berikan dia kenakan.
"Nah, gitu dong. Kalo kaya gitu kan cantik..yaudah naik!" Puji gua dengan tulus.
Dewi mabok itu langsung naik di belakang. Lalu memegang pundak gua.
"Tuh kan! Kaya naek ojek..pegangnya pinggang dong biar mesra!" Protes gua.
"Ih..ogah gue..keenakan di elo, rugi di gue.."
"Yee..ini buat safety tau..nanti kalo gua ngetrek, terus badan lo melayang gimana? Mau lo nyungsep di aspal?! Udah nurut aja apa! Udah bagus gua kasih gratisan megang-megang pinggang gua. Kalo cewek yang laen mah bayar tau!"
"Idih! Sampingan lo itu gigolo kali yak? Pake di bayar segala.."
"Hahahaha.."
Tapi akhirnya Viola menurut dan mau memegang pinggang gua dengan sikap sedikit malu-malu. Motor pun meluncur pelan di atas aspal pada malam hari yang dingin ini.
"Emangnya kalau penampilan guenyang tadi menurut lo gak cantik gitu?" Tiba-tiba gadis itu bertanya mengenai penampilannya tadi.
"Cantik juga sih. Tapi sayang-sayang..."
"Sayang-sayang kenapa?"
"Sayang-sayang di kasih liat laki-laki asing secara gratis. Mending di kasih liatnya sama suami lu aja nanti. Lagi pula kan gak enak di liat sama orang lain kalau penampilannya begitu,"
Viola terdiam sesaat. Mungkin dia memikirkan kata-kata gua.
"Walaupun penampilan gue kaya gini, tapi gue kan cewek baik-baik. Gue gak pernah berbuat macam-macam sama cowok, gue gak pernah menyakiti hati orang. Kenapa juga gue harus peduli sama ucapan orang lain yang gak gue kenal? Mereka tahu apa sih tentang gue.."
Waduh, jadi sensi nih die..
"Iya gua tahu lo itu cewek baik-baik, dan gua sangat percaya karena sudah membuktikannya sendiri. Menurut gua lo itu punya wajah yang cukup oke, makanya harus selalu hati-hati sama kecantikan dan penampilan elu yang serba ke buka, karena bisa mengundang laki-laki tidak bertanggung jawab untuk berbuat sesuatu yang tidak baik sama elu,"
Gua sedang sedikit waras malam ini. Jadinya agak menasehati gadis itu.
"Dan lagi takutnya, masyarakat sekitar yang melihat penampilan lu seperti itu bisa salah paham dan berpendapat lain, lalu dengan mudah mereka menghujat atau memfitnah. Elu sih bisa aja bilang, mereka tahu apa sih tentang gue.. tapi bagaimana kalau orang tua lu yang mendengar kalau anaknya di bicarakan orang dengan kata-kata yang tidak baik? Pasti sakit banget tuh.."
Gadis itu terdiam tidak menjawab. Entah reaksi wajahnya seperti apa. Yang jelas motor ini terus meluncur menembus dinginnya malam.
"Sok bijak lo!" Ujarnya tiba-tiba.
"Ye..! Ini bocah di kasih tahunya malah nyolot! Gua sungsrukin juga nih motor ke puhun!" Kesal gua mendapat jawaban seperti itu.
"Ha..ha..ha..ha.." Viola tertawa ngakak melihat gua yang kesal. "Tapi makasih deh, Ja.." tiba-tiba gadis itu berterima kasih.
"Terima kasih buat apa?" Tanya gua bingung.
"Terima kasih buat ngingetin penampilan gue yang berlebihan. Omongan lo emang ada benarnya juga sih... gue bakal merubah penampilan gue deh..." ucapnya pelan.
Gua hanya tersenyum tipis melihat keluguan gadis galak yang sedang gua bonceng ini. "Yeah, sama-sama. Kita saling menegur aja kalau ada sesuatu kurang baik sama diri kita. Hehehehe.." balas gua malu-malu plus merasa bangga karena nasehat gua di dengarnya.
Untuk sesaat Viola kembali terdiam.
Sekarang hanya terdengar suara mesin motor GL 100 antik milik gua yang terus melaju pelan menembus kegelapan malam.
"Terima kasih lagi deh.." lanjutnya kembali mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih buat apaan lagi? Dari tadi terima kasih mulu.." Tanya gua tambah bingung.
"Terima kasih udah mau mikirin kesehatan pantat gue.." jawabnya lempeng. "Tapi tenang aja pantat gue gak bakalan masuk angin kok, jadi gak akan kentut sembarangan seperti yang elo bilang tadi.."
Sesaat gua bengong mendengar kata-katanya.
Lalu ngakak sejadi-jadinya.
Et dah! Ngebanyol aje nih cewek malem-malem kaya gini.
*******
Setelah berputar-putar cukup lama akhirnya kami berhenti di daerah Gang Asem. Pinggir jalan di sebelah halte sekolahan ada tukang ketoprak bergerobak sedang mangkal di situ.
"Kita makan di sini aja ya," pinta Ola.
"Yaudah," jawab gua setujuh.
Lalu menoleh ke arah abang ketoprak.
"Beh, pesen dua. Cabenya banyakin. Sama teh botol juga dua,"
Tidak ada protes dari Viola karena selera kami memang sama. Suka pedas dan sama-sama suka teh botol.
Kami duduk bersebelahan menunggu ketoprak yang sedang di buat. Beberapa saat kemudian ketoprak pun datang dan kami mulai menyantapnya dengan lahap. Ketika semua urusan perut sudah terselesaikan, gua mulai angkat bicara untuk sedikit berbasa-basi sebelum kembali pulang ke kostan.
"Kalau gua liat-liat kayanya udah move on nih," ujar gua mencoba menggoda Viola.
"Sok tau lo!"
"Ya tahulah.."
"Tahu darimana?" Tantangnya sambil ngotot.
"Buktinya elu udah gak mabok lagi.."
"Ih..Mijaaaaa...malu tauu inget-inget kejadian yang itu!!"
"Maboknya rusuh!"
"Udah deh! Jangan di bahas lagi!" Anak itu langsung cemberut dan pasang wajah ngambek.
"Ha..ha..ha..ha.."
"Terus gimana tuh si Roy?"
Viola mulai tersenyum tipis.
"Gue udah mulai kontak-kontakan sama dia lagi kok.."
Sedikit terkejut gua mendengarnya.
"Yang bener lu? Terus mau balikan lagi gitu?"
"Emang gue pernah bilang pengen balikan lagi?" gadis itu malah bertanya balik.
Gua menggeleng pelan.
"Kita itu cuma saling bertegur sapa aja kok. Sekalian saling maaf memaafkan gitu,"
"Oh gitu...emangnya elu gak mau memperbaiki hubungan sama dia?"
"Maksud lo balikan gitu?"
"Ya bisa di bilang kaya gitu.."
"Untuk saat ini nggak dulu deh. Gue mau intropeksi diri dulu. Lagian saat ini gue sangat menikmati kesendirian ini. Ternyata jadi Jomblo itu bukan hal yang buruk juga, pantesan elo betah jadi jomblo ya," ledek gadis itu dengan gaya konyol.
"Maksud loo???"
"Ha..ha..ha..ha.."
"Dia emang sering kasar kaya gitu ya ke elu?"
Agak terlihat murung wajahnya ketika gua bertanya seperti itu.
"Jujur aja gua jadi gak respect sama doi, sejak tahu kelakuannya seperti itu ke elu. Kok selama ini elu bisa tahan ya sama dia? Jangan-jangan elu juga pernah di pukul sama doi.."
"Ih..nggak Mija..dia itu sebenernya baik lagi..cuma..." balas Viola seperti masih membela mantan kekasihnya.
"Cuma apa? Cuma khilaf!" Lanjut gua lempeng.
"Ih! Bukan itu tahu! Cuma mungkin dia lagi stres sama pekerjaannya. Jadi dia berubah kaya gitu. Lagian waktu itu gue juga merasa terlalu keras sama dia, makanya dia jadi semakin emosi. Gue yakin suatu saat nanti dia bakal berubah.."
Gua melihat di sinar matanya dan gaya bahasanya gadis itu masih memiliki rasa cinta yang teramat besar pada mantannya itu. Yah maklum sih, soalnya hubungan merekakan baru saja berakhir, jadi gak semudah itu melupakannya. Soalnya dulu gua juga begitu...
"Eh, ngomong-ngomong elo sendiri gimana udah sukses dapetin...eng...siapa namanya tuh? Yang kata lo cewek rohis itu.." tiba-tiba dia bertanya seperti itu. Sepertinya Viola berusaha mengalihkan topik pembicaraan tentang mantan kekasihnya.
"Aeyza.." jawab gua singkat.
"Iya Aeyza.."
"Gue gak deketin dia lagi,"
"Loh kenapa?" Sedikit terkejut gadis itu.
"Gua udah gak suka lagi,"
"Kok bisa begitu?"
"Soalnya sekarang sukanya sama, Sherly,"
"Sherly...cewek yang mana lagi tuh?" Tanya Viola yang memang tidak mengenal Sherly.
"Temen satu tongkrongan juga. Sering kok main ke kostan kita. Tapi setiap dia ke kost, kalian gak pernah ketemu.."
"Terus udah sukses ngedeketin, Sherly?"
"Udah nembak malahan," jawab gua masih dengan nada datar.
"Terus-terus...?" Tambah antusias gadis itu.
"Di tolak.."
"Yah..kok gitu?" Wajah Viola tampak kecewa.
"Dia udah punya cowok.."
"Shit! Emangnya elo gak cari informasi dulu sebelum nembak dia?"
"Sebelum nembak gua udah tau dia punya cowok,"
"Are you crazy?! Kok masih di tembak juga??" Wajahnya tampak terkejut.
"Gua kira dia bakalan mau sama gua. Dan akan mutusin cowoknya demi gua. Eh, ternyata dia bener-bener mau..."
"Mau..?" Viola semakin bingung.
"Mau muntah!" Lanjut gua kesal.
"Ha..ha..ha..ha..ha.." Viola tertawa senang sekali. "Lagian lo gila banget sih, nembak cewek yang udah punya cowok!"
"Ya gimana lagi? Namanya juga suka.."
"Iya sukanya sama orang yang salah!"
"Hehehehe...iya sih, makanya sekarang gue udah tobat dari naksir pacar orang,"
"Hahahaha..sebaiknya memang begitu. Gak baik ngerusak hubungan orang lain,"
Gua menyulutkan rokok, lalu menghisapnya dalam-dalam.
"Eh, gua perhatiin selama beberapa bulan ini elo itu udah jarang banget pulang ke rumah. Biasanya tiap minggu pulang tuh," ini adalah pertanyaan yang telah lama ingin gua tanyakan sama Ola.
"Gue kan kasian sama elo, Ja...nanti kalo gak ketemu gue sehari aja, elo kangen lagi..makanya gue bela-belain supaya gak balik ke rumah cuma buat elo.." candanya dengan gaya tengilnya itu.
"Baik banget lo..gue jadi terharu nih..yaudah kalau begini ceritanya kita pacaran aja yuk. Walau agak berat hati punya cewek nyebelin kaya elo, tapi gua mampu kok tahan sama kebawelan lu itu.." gua membalas candaannya.
"Ih..gue gak nyebelin dan gak bawel! Elo aja yang ngeselin, makanya gue sering cerewetin elo!" Viola langsung menoyor kepala gua.
"Ha..ha..ha..ha.." kami berdua lantas tertawa.
"Elo gak pulang-pulang emang gak di cariin sama enyak lu?" Tanya gua lagi yang masih penasaran.
Sejenak Ola memandang wajah gua dengan datar, lalu dia malah bertanya balik. "Elo sendiri kenapa gak pulang?"
"Males.." jawab gua singkat.
"Gak di cariin enyak lo?" Tanya dia balik dengan gaya konyol.
"Eh, itukan pertanyaan gua ke elu! Kok jadi nanya balik sih? Kreatif dikit dong bikin pertanyaan! Pake nyontek-nyontek segala!" Protes gua.
"He..he..he..abisnya mau tau banget si lo tentang kehidupan gue. Emang gak punya kerjaan lain apa selain wawancara gue?" Kata gadis itu dengan gaya meledek.
"Yaelah, namanya juga kita berkawan. Gak ada salahnya kan saling mengenal satu sama lain lebih jauh. Sok misterius amat sih pake di tutupin segala.."
"Bukanya sok misterius tau..soalnya gue emang males bahas-bahas masalah pribadi dan gak penting juga kali buat lo tahu.."
Gua cuma diam saja dengan wajah mendongkol di bilang seperti itu.
Tapi hal mengenai dirinya selalu membuat gua semakin penasaran.
Selama berkawan sama dia, gua benar-benar tidak tahu tentang siapa dia sebenarnya. Siapa keluarganya? Dia tinggal di mana? Dia anak keberapa? Viola selalu ngeblock ketika gua mulai masuk membicarakan tentang kehidupan pribadinya.
Selama ini di kepala gua sering bermunculan spekulasi-spekulasi tentang kehidupan pribadi Viola.