LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJ...

By Rsha-Kim

15.2K 1.5K 761

[COMPLETE] "Pengantinku kabur saat malam pertama. Tidak ada lagi yang terasa lebih hina dari perlakuanmu itu... More

Part 1 - Who Are You?
Part 2 - She's Falling In Love
Part 3 - Reason
Part 4 - Two Choices
Part 5 - Keep Status
Part 6 - Always Wrong
Part 7 - Today is Your Day
Part 8 - Protect You
Part 9 - Love Me Right?
Part 10 - Offer
Part 11 - The Man Who Can't Be Moved
Part 12 - Because She's Mine
Part 13 - Your My Baby
Part 14 - Memori Weakened
Part 15 - Try To Make Peace
Part 16 - Ignominy
Part 17 - Promise of the past
Part 18 - Warning
Part 19 - Tears and Laughter
Part 20 - The Annoying Mastery
Part 21 - Post-Wedding
Part 22 - Lost
Part 23 - Demand From Mr. Arrogant
Part 24 - Decision
Part 25 - I Love You
Part 26 - Let Me Have It
Part 27 - Just Go Away
Part 28 - Uncovered
Part 29 - What is Wrong?
Part 30 - Forgive or Not
Part 32 - Treasure

Part 31 - Wedding Ceremony

347 41 37
By Rsha-Kim

Happy Reading, chingu 😁

Love Me Right
Part 31

♡♡♡

Di depan restoran Oishi pagi hari, Yongjae yang biasanya datang lebih dulu itu tampak bingung melihat pintu kaca jalur masuk masih dikunci dan tag close masih terpampang. Biasanya bosnya yang juga menjadikan restoran sebagai tempat tinggal itu sudah membukanya.

"Kenapa nih?" Yongjae mencoba memastikan lagi kalau pintu benar terkunci. "Bos, bos," panggilnya sambil menggedor pintu kaca itu.

"Apa dia sakit? Atau gak pulang? Kenapa sih ini?" Yongjae terus menggebuk pintu kaca.

"Yongjae, ada apa, kenapa kau belum masuk?" tanya Jihyun bingung. "Entahlah, sepertinya bos belum bangun deh," Yongjae menempelkan wajahnya ke pintu kaca, memicingkan matanya, memastikan ruangan resto benar kosong.

Yongjae dan Jihyun akhirnya duduk di bangku luar sambil menunggu pintu dibuka sampai rekan-rekan lainnya pun akhirnya berdatangan dan mereka mengatakan Yuta belum membuka pintu.

Tak lama Yuta akhirnya datang bersama GM yang merangkap asistennya. Membuat semua karyawan menghampirinya. "Bos, kenapa nih, kok ditutup, kami tidak bisa kerja dong," ujar Yongjae.

Yuta terdiam, pikirannya sedang tidak pada tempatnya. Ia seharusnya memang tidak mencaritahu lagi tentang kematian Maki karena memang salah sepupunya sendiri. Yang memulai niat menyakiti adalah Maki sendiri dan kasus fiktif yang dibuat oleh ayahnya Taehyung justru menjadikan Maki sebagai korban yang innocent dan patut dikasihani oleh masyarakat karena kematiannya dikarenakan diperkosa dan dibunuh pemabuk, padahal kenyataannya Maki adalah gadis yang memulai niat membunuh orang lain.

Kepala polisi Nam malah menawarkan, jika Yuta ingin kasus fiktif itu dicabut, lalu mengungkapkan kasus yang sebenarnya ke media dan masyarakat, berarti juga siap menerima caci dan makian terhadap mendiang Maki. Sebab masyarakat sekarang sudah cukup cerdas untuk mencerna berita.

Yuta jelas tidak menginginkannya sebab citra sepupunya sebagai gadis tak bersalah hingga patut dikasihani bisa berbalik menjadi dibenci. Fans berat sepupunya pasti akan menyesal menangisi kematian gadis itu. Yuta memilih agar kasus fiktif tidak dicabut.

"Bos Yuta, jadi anda mau kembali ke Jepang?" pertanyaan Yongjae mengejutkan Yuta yang melamun. "Waeyo?" tanya Yongjae usai menerima penjelasan asisten Yuta bahwa restoran Oishi bakal ditutup selamanya.

"Gimana dengan kami? Bakal banyak yang nganggur dong," kata Jihyun. Yang lain setuju dengan ucapan Yujin.

"Kau tidak harus mengorbankan mereka hanya karena insiden kemarin," kata Jungkook yang berdiri disamping mobilnya. Ia memperhatikan mereka sejak Yuta dihampiri semua karyawannya. Ia melihat sekilas ke arah Jihyun yang menatap bingung. Ia memang tidak menceritakan asal luka pukul lengan kanan disebabkan oleh Yuta.

"Seperti kata dia, lupakan, jadi dia pun akan melupakan. Setidaknya disini kau adalah pengusaha sukses yang bisa beri lapangan pekerjaan untuk mereka. Jangan korbankan karyawanmu, aku mohon," ucap Jungkook.

Yuta menatap ke lengan kanan Jungkook yang masih diperban. Pasti sakit sekali yang diterima Jungkook karena ia memang menghantamnya keras dengan balok. Jika tidak kepala Taehyung bisa bocor semalam. Jika Jungkook mau, seharusnya Jungkook bisa membalasnya, tapi namja itu tidak melakukannya.

Yuta menghela napasnya. Lelah. Ia memang sudah kerasan di kota Busan ini, jadi sebenarnya berat untuk meninggalkannya. "Baiklah, kalian kembali kerja," ujarnya sambil menatap 10 karyawannya.

"Yeahh!!" Seluruh karyawannya bersorak.

"Ah, tapi Yuta-san," sela Jungkook yang tidak lagi memanggil hyung. "Karena aku sudah sangat baik padamu, aku pinjam satu karyawanmu itu," tunjuk Jungkook pada Jihyun. Tentu saja wajah gadis itu memerah padam. Malu.

"Ambil saja, perannya juga tidak terlalu penting kok," kata Yuta yang segera mengambil kunci pintu restorannya di saku celananya.

"Ambil saja Jungkooksii, dijadikan istri kedua juga tidak apa," iseng Yongjae yang menbuat Jihyun ingin memukulnya.

"Oh, soal itu," kata Jungkook sebelum menarik Jihyun. "Aku dan Soeun sudah lama bercerai, jadi Jihyun bukan pelakor seperti yang kau gossipkan, Yongjae,"

Jungkook langsung menarik Jihyun ke arah mobilnya dan menyuruh gadis itu masuk. Membiarkan Yongjae menganga karena kaget lalu menyesal telah membully Jihyun selama ini.

"Oppa mau bawa aku kemana? Walau aku tidak penting bagi bosku, aku harus tanggung jawab sama pekerjaanku," ujar gadis itu. Matanya menghindari mata Jungkook, terutama bibir Jungkook yang sudah dirasakannya kemarin.

"Kalau tidak mau, tidak apa juga, aku bukan tipe yang suka membujuk," ucap Jungkook dingin.

"Memang bukan, tapi tipe penekan, aku ikut," dumel Jihyun. Berharap dibujuk Jungkook sepertinya hal yang sia-sia untuk ditunggu.

"Cakep," Jungkook menjentikkan jarinya, tanda setuju sambil tersenyum manis. Jihyun terpana. "Tolong biarkan jantungku sehat selalu Tuhan, jika bersamanya," doanya dalam hati.

♡♡♡

Soeun yang berada di atas kasur itu duduk sambil mendengarkan Kim Taehyung menjelaskan lagi apa yang ingin didengarnya. Ia juga ingin mengeluarkan semua rahasia yang ditahan Taehyung selama ini darinya, pasti berat sekali untuk Taehyung menahannya terlalu lama tapi namja itu tetap bertahan hanya karena memikirkan dirinya.

Soeun menitikkan airmatanya dari mulai cerita Taehyung yang menemukan mayat Maki yang telah dibunuh Jinwoo. Dari sana Taehyung mengaku mentalnya mulai down akibat Jinwoo menekannya dengan mengatakan Taehyung tidak harus kehilangan Soeun karena Maki. Pikiran Taehyung menjadi kelam dan tidak jernih lagi dikarenakan tekanan dan kepanikan hingga memutuskan untuk membantu Jinwoo.

"Jinwoo Oppa, aku ingin sekali memukulnya, dia sudah membuat nampyeonku menderita," ucap Soeun sambil mengusapi wajah sembab Taehyung. Taehyung juga melakukan hal yang sama. "Tapi mianhae nampyeon, dia pun juga terserang panik karena ketidaksengjaannya itu,"

Taehyung terkejut lalu melepaskan tangannya dari wajah Soeun. "Jangan mengasihi orang jahat itu yeobo, dia jahat, dia sudah membuatku menderita, aku sudah menganggapnya mati dihatiku,"

"Dia hanya tahu kau untuk diminta tolong,"

Taehyung menggaruk keningnya, tatapannya menjadi kesal. "Udah Sso, kalau kita lanjutkan, malah kita yang bertengkar karena dia lagi,"

"Nee, mianhae,"

Taehyung segera membaringkan kepalanya ke paha Soeun. "Jangan minta aku melakukan sesuatu yang tidak akan kulakukan Sso, sampai matipun, aku tidak akan memaafkan Jinwoo,"

Soeun tidak mengangguk tapi tangannya mengusapi kepala Taehyung dengan lembut. "Jangan bicarakan kematian, nampyeon, saat aku kehilanganmu pun, aku sudah merasakan apa itu mati suri, yah mungkin seperti itu kondisiku saat itu,"

Taehyung menatap wajah Soeun dari bawah dan tangannya menjangkau wajah Soeun untuk memegangnya. Soeun langsung menyentuh punggung tangan Taehyung lalu menbiarkan tapak tangan Taehyung mengusapi pipinya. Dipejamkannya matanya untuk merasakan hangatnya tapak tangan itu dipipinya yang terasa dingin.

"Nampyeon, kau tidak perlu lagi berusaha keras untuk menyakinkanku bahwa kau benar-benar mencintaiku. Kenyataannya, kau sungguh-sungguh mencintaiku, semua pengorbananmu selama ini adalah buktinya, gomawo, kau masih memberikan cinta tulusmu itu untukku,"

"Nee, kau juga tidak perlu lagi menyakinkan aku kalau kau sungguh mencintaiku yeobo, pintu maafmu yang terbuka lebar dan tetap menerima orang bodoh sepertiku adalah bukti kau sungguh mencintaiku, kamsamhanida, atas semua kesabaranmu menghadapi keanehanku yang tak pernah memberikan jawaban untukmu,"

Mereka kemudian terhening, meresapi semua kata-kata yang terucap dari mulut masing-masing untuk diingat seumur hidup oleh mereka.

"Sso, usap lagi kepalaku, aku benar-benar ingin tidur pulas sekarang, rasanya kali ini tidurku tidak bakal lagi dihantui mimpi buruk,"

"Nee, akan kuusir si mimpi buruk yang sudah menganggumu nampyeon, dia harus berhadapan denganku jika ingin menganggumu,"

"Aku suka kegombalanmu itu," Taehyung tersenyum sambil memejamkan matanya.

Soeun juga tersenyum sambil mengusapi kepala Taehyung dengan lembut. Andai ia bisa bernyanyi, ia ingin sekali meninabobokan suaminya itu dengan suara nyanyian. Tapi ia tahu diri dengan suara sumbangnya jika harus menyanyi. Bisa-bisa mimpi buruk malah mendatangi Taehyung lagi.

Soeun kemudian menatapi jendela kamar, yang belum ia tutup gordennya. Soeun menyadari satu hal, bahwa Taehyung tidak mungkin harus benar-benar membenci Jinwoo seumur hidupnya. Tapi membuat Taehyung bisa memaafkan Jinwoo, bagaimana caranya?

♡♡♡

Soeun yang menganggur lagi dilarang Taehyung untuk cari kerjaan baru. Kali ini Soeun dipaksa fokus untuk mengurus Taeso saja.

"Sso, jasnya,"

"Ini Papa," Taeso mengambilkan jas yang diberikan oleh ibunya dari kamar. Taehyung menatap Taeso yang kemarin sedikit diabaikannya karena masalahnya sendiri. "Tae-ah, kau sayang papa?" tanya Taehyung dengan bersimpuh agar bisa sejajar dengan putranya itu.

"Nee, papa, Tae sayang papa,"

"Sebesar apa?"

"Sebesar ini," Taeso membentangkan tangannya lebar-lebar. "Woah besar sekali, papa pasti papa paling beruntung di dunia ini, nee?"

"Yee," jawab Taeso sambil tersenyum. Taehyung terpana menatapnya. Wajah Taeso memang mirip dengannya saat kecil tapi, sifat yang dimiliki anak itu, 100 persen mirip Soeun, polos, tulus dan membuatnya ingin terus memeluk, dan ia berterima kasih pada Tuhan, sifat Taeso tidak seperti dirinya yang sulit memaafkan kakaknya sementara ia sendiri sudah mendapatkannya dari Soeun. Taehyung benar-benar tidak ingin bertemu Jinwoo lagi seumur hidupnya.

"Papa, Tae sayang Papa," Taeso memegangi wajah ayahnya.

"Dan Papa juga sayang banget sama kamu Tae-ah,"

Taehyung memeluk erat anak itu. "Lalu mama sayang kalian," Soeun ikut memeluk mereka. Tangan Taehyung berbalik mendekap Soeun dan Taeso masuk dalam pelukannya.

"Aku mencintai kalian," Taehyung mengecup kepala Soeun dan Taeso bergantian. "Harta-hartaku yang berharga dan tak akan pernah, kubiarkan lepas dariku lagi," lanjutnya dalam hati.

♡♡♡

Keheningan di ruang tamu itu terasa mencekam. Usai Jungkook pada akhirnya mengatakan pada ibunya soal ia dan Soeun telah bercerai dan ia buktikan dengan bukti surat perceraian miliknya.

Hyeso menghela napasnya. "Pada akhirnya kalian memang tidak pernah cocok," keluhnya.

"Eomma gak kaget?" Jungkook terpana.

"Ibu mertuamu......akh, maksud eomma, mantan ibu mertuamu, sudah beritahu soal itu di telepon, memang mengejutkan tapi eomma pasrah sebagai ibu, itu sudah keputusan kalian untuk mengakhirinya. Lagipula kasihan Soeun kalau dari pihak Taehyung pun tidak mau menceraikannya,"

"Cih, dia bakalan pertahanin Soeun sampai dia mati, kurasa,"

"Ah, seperti prinsip Appa," kata ayah Jungkook bangga. Membuat Hyeso memutar matanya, bosan dengan kegombalan suaminya. Kemarin saja hampir terayu gadis muda, dan untungnya Jungkook tidak tahu.

"Lalu, ada gadis yang sedang kau sukai? Perkenalkan dengan eomma," Hyeso tersenyum pada putra tersayangnya itu.

"Nee, eomma, aku akan membawanya,"

Jungkook memberikan senyum terbaiknya.

♡♡♡

Sebulan kemudian......

Daegu

Di depan loby ballroom megah itu tampak berbagai mobil silih bergantian muncul dan keluar tamu-tamu pesta yang kemudian disambut among tamu. Repsesi pernikahan akan berlangsung dalam ballroom yang telah disediakan kursi yang sesuai dengan jumlah tamu yang diundang.

Disamping dua pintu lebar yang terbuka tampak berjejeran photo post-wedding Taehyung dan Soeun yang pernah diambil di Nami Island.

Hanseo dan Jihee menyalami semua tamu yang dikenalnya. Misun dan keluarganya juga melakukan hal yang sama. Di ruang rias, tampak seorang namja, menatap dirinya yang dipantulkan oleh cermin. Ia memakai setelan jas hitam dengan kemeja polkadot di dalamnya. Yah, pria tampan yang punya selera sendiri dalam berpakaian itu adalah Kim Taehyung.

"Woah, aku beneran tampan ternyata, Soeun benar-benar beruntung mendapatkanku," ucapnya penuh percaya diri sambil merapikan rambut depannya.

"Cih, kau yang beruntung mendapatkannya," gerutu Minjae.

"Oh, kau benar," Taehyung tersenyum.

Pesta pernikahan untuknya dan Soeun ini adalah hadiah dari ayahnya sendiri walaupun ia sudah menolaknya sebab ia ingin memakai uangnya sendiri tapi Hanseo, ayahnya, berkata bahwa setiap ayah wajib memberikan pesta pernikahan untuk anaknya. Pesta pernikahan ini diadakan sebagai bentuk simbolis bahwa ia dan Kim Soeun menikah secara formal dengan adanya pesta pernikahan bukan lagi hanya dibuktikan dengan selembar application pernyataan mereka telah menikah.

Memang banyak tamu dari dua keluarga bahkan rekan-rekan yang tidak tahu mereka sudah menikah bahkan sudah memiliki anak. Itu sebabnya pesta pernikahan ini wajib diadakan. "Gwenchana Taehyungie?" tanya Minjae memegangi pundak Taehyung. Tadi Taehyung sempat terhuyung.

"Jangan bilang kau gugup?" tanya Minjae.

"Gugup? tentu saja, pesta ini harusnya ada disaat aku resmi menikah dengan Soeun setelah surat itu dibuat, tapi,"

"Taehyung, jangan ingat ke belakang, kau bisa bikin suasana hatimu sendiri gak nyaman,"

Taehyung mengangguk.

"Oii, jangan ngobrol aja, pastornya udah datang," Seungyoon melongok dari batas pintu dan kemudian keluar lagi. "Oh ya," kata Minjae sebelum keluar dari ruang rias. "Aku sudah ceritakan soal kematian Maki pada Seungyoon,"

Taehyung melotot kaget dan siap marah. "Tenang dulu," sela Minjae. "Awalnya dia memang marah tapi setelah tahu yang salah adalah Maki sendiri, dia cuek, lagipula dia sudah move-on kok setelah beberapa hari Maki dikabarkan tewas,"

Taehyung menghela napas lega. "Yak Kim Taehyung, setelah semua yang sudah kau lewati, kau harus menjadikannya pengalaman. Pengalaman adalah guru terbaik. Mulai berhati-hatilah dalam bertindak, tidak lagi membuat gusar Soeun dengan sikap diammu yang menjengkelkan itu. Dia adalah satu-satunya tempatmu untuk berbagi cerita, seberat apapun itu untukmu atau berat pula untuk diterimanya. Jangan buat dia menangis lagi hanya karena tindakan cerobohmu."

"Nee, gomawo nasihatnya,"

"Yak, kau memang sudah banyak berubah Taehyungie," Minjae merangkul bahu Taehyung sambil tertawa. "Kau biasanya pantang diberi nasihat,"

"Karena kali ini kau benar,"

"Sial, jadi yang sebelumnya gak pernah benar,"

"Eoh, waktu kau menyuruhku melepaskan Soeun,"

"Yak!! Sudah kubilang jangan bahas itu lagi," omel Minjae. Taehyung tertawa dan berjalan lebih dulu.

♡♡♡

"Waah, Sso, senyummu cantik sekali," puji Sooyoung setelah memotret Soeun dan memperhatikan kamera potraitnya.

"Kamsamhamnida, oh Taeso mana?"

"Sama kedua neneknya. Sama seperti Jungkook dan Taehyung, mereka rebutan Taeso untuk masalah dipangku aja, parah,"

Soeun tertawa geli. "Aku bersyukur Taeso banyak diberi cinta,"

Sooyoung memperhatikan sahabatnya itu. "Hmm, Sso, setelah ini berbahagialah dengan Taehyung, jangan terlalu sering berselisih paham dengannya. Aku tahu kalau itu menjadi warna khas dari rumah tangga kalian, tapi kalau....."

"Sooyoung," Soeun memegangi tangan sahabatnya itu. "Gwenchana, namja itu memberikan cintanya yang besar untukku, dia terkadang juga menggodaku, memancing emosiku, untuk sekedar menikmati wajah ngambekku aja, dia menyukai cara itu dan aku akan meladeninya terus. Sooyoung, aku tahu maksudmu, tapi aku juga akan mengendalikan diriku untuk tidak masuk dalam pertengkaran besar. Kami baik-baik saja Sooyoung,"

Sooyoung menghela napas. Lega mendengarnya. "Ya sudahlah Sso, kalau kalian memang menikmatinya. Kalian memang dua orang aneh yang dipertemukan oleh takdir yang juga tidak biasa,"

Soeun mengulum senyumnya. Ah, mendadak ia rindu mendiang ayahnya. Dipejamkannya matanya sejenak, berharap roh ayahnya bisa turut hadir dalam pesta ini. Memberikan ucapan selamat padanya dan Taehyung.

♡♡♡

Di depan pastor berkepala plontos, Taehyung dan Soeun malah tertawa geli bersama. Bukan mentertawakan kepala botak si pastor tetapi mereka ingat kejadian di Gwangalli Beach dimana mereka bikin simulasi situasi seperti ini. Tapi kali ini mereka melakukannya secara resmi. Di depan orang-orang yang mereka kenal, didepan keluarga besarnya.

Pastor memulai doa dalam kitab terlebih dahulu dan kemudian ia bertanya;

"Saudara Kim Taehyung. Apakah anda bersedia untuk tetap setia kepada istri yang sah, selama masa hidup anda berdua? Bersediakah anda?"

Kim Taehyung menjawab. "Saya bersedia"

"Saudari Kim Soeun. Apakah anda bersedia untuk setia dan mengabdikan hidup anda kepada dia sebagai suami yang sah, selama masa hidup anda berdua? Bersediakah anda?

Kim Soeun menjawab. "Saya bersedia."

"Saudara Kim Taehyung, apakah anda memiliki sesuatu yang anda bawa sebagai bukti kasih dan sayang anda untuk diberikan kepada pasangan anda, sebuah tanda bagi perjanjian yang kudus ini?"

Taehyung menjawab. "Ya, saya membawanya."

"Bisa perlihatkan, apa yang kau bawa itu?"

"Sebuah cincin," jawab Taehyung sambil membuka kotak kecil ditangannya. Dua cincin yang sebenarnya selalu mereka pakai tapi terpaksa dilepaskan untuk simbolis pemberian cincin saat ini.

Taehyung membuka kotak itu lalu mengambil dua cicin itu lalu menyematkan satu cincin ke jari manis kiri Soeun. Soeun pun juga menyematkan cincin milik Taehyung ke jari manis kanan namja itu.

Kali ini Soeun tidak menangis seperti saat di gwangalli beach melainkan memberi senyuman bahagia pada suaminya. Taehyung yang menatap senyum indah itu, membalasnya dengan senyum kotak khasnya yang memperlihatkan ia bahagia saat ini.

Sudah banyak yang ia lewati dengan yeoja itu. Bahagia, tawa, tangis, dilema, pertengkaran kecil hingga besar dan kesalahpahaman menjadi warna pernikahan mereka yang ditentukan, oleh takdir tak biasa dimana ia adalah penabrak ayah dari istrinya sendiri.

Takdir buruk yang kemudian membuatnya menghadapi berbagai rintangan untuk mengejar kata bahagia. "Appa," ucap Taehyung dalam hati menyebut Kim Sejung, ayah mertuanya. "Jika kau mendengar suaraku, maka dengarlah suara mantumu ini, aku tahu aku tidak mungkin berterima kasih atas insiden yang tak sengaja terjadi pada kita Appa, tapi aku berjanji Appa, mulai saat ini dan sampai ajal menjemput pun, aku akan tetap menjaga putrimu ini dengan perasaan cintaku yang tulus padanya."

Taehyung menatapi Soeun instens lalu tersenyum. "Aku sangat mencintainya, Appa. Sangat besar cintaku untuknya. Dia teman hidupku, selamanya,"

Taehyung memberikan ciuman di bibir Soeun tanpa aba-aba dari pastor, membuat si pastor menatap datar si pengantin pria yang tidak sabaran itu. Para keluarga dan tamu lain mentertawakan. Heechul yang akhirnya ambil Taeso setelah dua nenek berebutan Taeso itu menutup mata Taeso. "Nee, begitulah appa-mu nak, bertindak seenak dia aja,"

Usai acara peresmian tadi, pengantin dan tamu undangan mulai berbaur untuk menyicip makanan. Tangan Taehyung yang sedang memegangi gelas kaca berisi wine merah itu tertawa dengan lelucon Minjae dan Seungyoon. Matanya sesekali melirik Soeun yang juga menanggapi lelucon teman-temannya yang menghampiri untuk mengucapkan selamat.

Jungkook sepertinya tak pernah lepas posisinya dari Jihyun. Orang tua Jungkook juga hadir dan sepertinya merestui hubungan Jungkook dan Jihyun. Jaebum yang juga hadir sudah meminta maaf karena pernah memukulnya dan memintanya untuk tidak jadi sasak tinju lagi atas kesalahan Sooyoung.

Sementara Taeso berlarian kesana kemari dikejar Yugyeom yang mengajaknya bermain. "Tae-ah, jangan berlarian gitu, nanti nabrak," larang Yugyeom.

Bruk! Benar saja, bocah itu menubruk kaki seorang pria bersetelan jas rapi dimana ia juga mengenal pria itu.

"Kau," Yugyeom tak menyangka bisa melihat Jinwoo lagi. Jinwoo memberi seulas senyum tipis kemudian Jinwoo berjongkok berhadapan dengan Taeso.

"Kau, mirip appa-mu," ucap Jinwoo yang tak perlu repot untuk mencari tahu siapakah bocah yang menubruknya tadi. Melihat Taeso membuat ia bisa lihat Taehyung yang bermain dengannya di masa kecil. "Nuguseyo?" tanya Taeso bingung.

"Samchonmu, kakak ayahmu," mata Jinwoo mulai basah menatap bocah itu.

Taehyung yang sedang tertawa lagi itu, merubah ekspresi mimik wajahnya menjadi dingin saat melihat Jinwoo berhadapan dengan Taeso. Gelas ditangannya pecah seketika saking emosinya melihat namja itu.

Dihampirinya kakaknya itu dengan langsung menghalangi Jinwoo saat akan mengusap kepala Taeso. "Kemari kau," geram Taehyung yang segera menarik Jinwoo dengan memegangi lengannya. Ia tidak ingin biang kerok itu merusak suasana pesta pernikahannya. Dua polisi yang berjaga ikut menyusul mereka. Jinhee dan Haseo ikut menyusul begitu juga Soeun.

Taehyung membawa Jinwoo ke ruangan kosong dimana ia langsung menghempaskan kakaknya begitu saja dengan kasar. "Mau apa? Mau apa lagi kau Kim Jinwoo!!!" pekiknya keras.

Jinwoo yang berada dilantai itu berlutut. Menatapi mata sangar adiknya. "Menghadiri pesta adikku,"

"Jangan bercanda, kau tidak pernah menginginkannya!!"

"Taehyung, Appa yang mengajaknya ke sini, besar keinginannya untuk hadir disini, maafkan dia nak, tiap hari di dalam penjara, dia selalu bertanya pada sipir, apa kau baik-baik saja, padahal sudah diberitahu kau sudah tidak ada disana. Dia tetap menanyakan hal yang sama. Dia selalu bermimpi meminta maaf padamu nak, meminta maaf pada adik yang sudah dia hancurkan,"

"Aniya appa, orang ini licik, dia pasti punya rencana lagi untuk mengerjaiku,"

Taehyung tersentak saat merasakan ada tangan melingkar dipinggangnya. Tanpa ia perlu lihat ke dinding cermin, ia tahu pemilik tangan lembut ini.

"Maafkan dia nampyeon, sebab jika tidak, kau akan terus lihat ke belakang karena dendammu padanya,"

"Sso, jangan minta aku melakukan ini, aku sudah bilang kan, jeball," pinta Taehyung yang dadanya mulai terasa sesak.

"Kau harus melakukannya," ucap Soeun yang memutar tubuh Taehyung agar bisa menghadapnya. "Kau harus bisa melakukannya, meskipun berat nampyeon. Aku tidak ingin melihat matamu ini, masih berapi penuh sakit hati jika hanya mengingat Jinwoo oppa saja. Hapus dendammu itu agar aku bisa melihat Kim Taehyung, yang pertama kali membuatku jatuh hati,"

"Sso? Jeball," Taehyung juga memohon untuk tidak memintanya melakukan yang diminta istrinya.

Soeun meneruskan. "Saat kita saling tahu kita saling mencintai, Taehyung yang kulihat adalah Kim Taehyung yang polos penuh rasa cinta pada orang tua dan kakaknya. Aku ingin melihat suamiku itu lagi, tolong, kembalikan dia padaku,"

Soeun memeluk suaminya itu sambil terisak. "Jeball, nampyeon,"

Taehyung mengusapi punggung Soeun lalu mengecup puncak kepala Soeun. Butuh waktu beberapa menit untuknya, bisa persiapkan hatinya, menuruti keinginan Soeun yang sangat sulit untuk dikabulkan.

Tapi Soeun ada benarnya juga, jika hatinya masih ada rasa dendam pada Jinwoo, maka ia membiarkan Jinwoo menguasai pikirannya karena masih was-was akan kedatangan Jinwoo lagi yang bisa merusak hidupnya, padahal Jinwoo pun tidak akan keluar sampai penjara 12 tahun mendatang.

Perlahan ia melepaskan pelukan Soeun, menatapi ayah dan ibunya yang menangis. Ia seharusnya tahu setiap orang tua ingin anak-anaknya berdamai hingga mereka tidak merasa menjadi orang tua yang gagal.

Langkah Taehyung makin berat untuk menghampiri Jinwoo. Seolah ada bola besi berantai yang mengikat dikakinya. Ditatapnya kakaknya yang juga membalas tatapannya. Terlihat jelas Jinwoo mengharapkan pengampunan darinya dengan datang ke pesta pernikahannya ini karena mungkin, hanya satu hari ini saja Jinwoo diberi izin keluar dari penjara, yang diduga semua tamu Jinwoo tinggal di Luar Negeri.

"Ba-bangunlah.......hy-hyung,"

Jinwoo tersentak, setelah sekian lama, ia tidak pernah mendengar sebutan itu dari mulut Taehyung. Ia berdiri tapi kakinya melemas hingga Taehyung segera menolongnya lalu kemudian memeluknya dengan erat.

Pelukan Taehyung sangat erat hingga terlihat seperti akan meremukkan tubuh kakaknya itu. Jinwoo juga bersikap sama, dan air menetes dari mata kakak beradik yang dulu sangat kompak itu.

Soeun menyeka air yang keluar dari matanya, lalu tersenyum. Bangga Taehyung bisa mengabulkan permintaannya yang seperti memberi racun untuk suaminya itu, tapi Taehyung pada akhirnya memilih meminum racun itu.

Demi dirinya.

Jinhee menatap menantunya yang dulu pernah disakitinya itu, dan sudah mendapatkan maaf darinya. Ia segera memeluk menantunya itu dengan erat.

"Gommawo, anakku sayang, gomawo, atas semua kebaikan yang kau berikan pada keluarga ini. Aku tidak sangka putraku menikahi malaikat yang memiliki pintu maaf yang sangat besar dihatimu itu. Gomawo anakku,"

"Eomeonim," Soeun mulai terisak lagi.

"Eomma, kau harus memanggilku eomma, anakku, karena eomma, tidak ingin lagi ada jarak antara kita yang hanya terikat dengan sebutan mertua dan menantu. Kau adalah putriku sekarang dan selamanya. Kau adalah bagian terbesar dari keutuhan keluarga ini,"

"Eomma," Soeun menangis.

"Nee, Putriku yang cantik," ucap Jinhee sambil mengusap pipi Soeun dengan lembut. Mengecup kening menantunya itu dengan lembut. "Terima kasih atas cinta tulusmu yang kau limpahkan pada Taehyung, anakku sayang. Gomawo,"

Jinhee memeluk erat lagi menantu pertamanya itu, membuat Taehyung tersenyum bahagia melihatnya. Memang ini yang ingin dilihatnya lagi, dimana ibu yang ia cintai bisa menerima Soeun tanpa beban lagi.

♡♡♡
Part 31
To Be Continue
Thanks For Read, Vote, and Comment Chingu 😊

Continue Reading

You'll Also Like

1M 83.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
102K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...