LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJ...

By Rsha-Kim

15.2K 1.5K 761

[COMPLETE] "Pengantinku kabur saat malam pertama. Tidak ada lagi yang terasa lebih hina dari perlakuanmu itu... More

Part 1 - Who Are You?
Part 2 - She's Falling In Love
Part 3 - Reason
Part 4 - Two Choices
Part 5 - Keep Status
Part 6 - Always Wrong
Part 7 - Today is Your Day
Part 8 - Protect You
Part 9 - Love Me Right?
Part 10 - Offer
Part 11 - The Man Who Can't Be Moved
Part 12 - Because She's Mine
Part 13 - Your My Baby
Part 14 - Memori Weakened
Part 15 - Try To Make Peace
Part 16 - Ignominy
Part 17 - Promise of the past
Part 18 - Warning
Part 19 - Tears and Laughter
Part 20 - The Annoying Mastery
Part 21 - Post-Wedding
Part 22 - Lost
Part 23 - Demand From Mr. Arrogant
Part 24 - Decision
Part 25 - I Love You
Part 26 - Let Me Have It
Part 27 - Just Go Away
Part 29 - What is Wrong?
Part 30 - Forgive or Not
Part 31 - Wedding Ceremony
Part 32 - Treasure

Part 28 - Uncovered

246 34 27
By Rsha-Kim

Happy Reading, chingu 😁

Warninglah untuk part ini, yg terganggu skip aja 😳😳😳

*********
Love Me Right
Part 28

♡♡♡

Sooyoung menguap kuat, terlalu kuat menguapnya itu, dan tubuhnya juga lelah karena akhir-akhir ini ia kurang tidur. Ia menoleh ke samping dan terkejut melihat anak Jaebum disampingnya. Ah, kan ia sendiri yang mau dititipi anak itu karena Jaebum sekarang berada di Seoul mengurus bisnisnya.

Tadinya Jaebum tetap ngotot akan membawa putrinya yang sudah 2 tahun lebih itu ke Seoul. Tapi Sooyoung tak tega juga kalau anak itu akan terlantar selama Jaebum sibuk dengan pekerjaannya.

Sooyoung mengusap rambut si putri cantik yang telah ditinggalkan ibunya setelah bercerai. Anak yang malang menurutnya, karena muncul tanpa ada rasa cinta dari Jaebum saat membuatnya dengan wanita yang mengerjai Jaebum. Dimana Jaebum mengaku hanya mencintainya saat itu.

"Gwenchana, eomma, akan menjagamu, selama Appa tidak ada," ucap Sooyoung lembut dan kemudian ia melihat jadwal di hapenya. Jadwal Jaebum bakal melamar dan menikahinya.

Dua puluh hari lagi!

Tapi kenapa rasanya waktu terasa lebih lama?

Sooyoung menatap lagi calon anak tirinya itu. Anak itu sempat membuatnya berdebat panjang dengan Siwon dan keluarga besarnya yang menentang dirinya bakal menjadi ibu tiri untuk anak itu.

Siwon pada akhirnya memang memperbolehkan ia menikah dengan Jaebum tapi tidak untuk mengasuh si anak tiri. Siwon menyuruhnya untuk tetap membiarkan anak itu tinggal pada keluarga ibu kandungnya. Tapi untungnya, ia bisa menenangkan keluarganya dengan sikap tegasnya. Bahwa jika ia tidak diijinkan mengasuh anak tirinya itu, maka ia juga menolak memiliki keturunan. Dengan kata lain, hanya menikah tanpa harus menjadi seorang ibu di masa depan.

Yang tentu saja tidak diharapkan Siwon dan keluarga besarnya yang memang ingin ada generasi darinya. Karena ancaman itu pada akhirnya semuanya mengalah untuknya.

Sooyoung menyuruh Hyebin, si maid setianya itu mengurus Im Jaesoo sementara ia berberes agar bisa pergi ke hotel untuk mengurus bisnis si kakak yang dititipkan padanya.

Usai berberes dan sarapan, ia membawa Jaesoo jalan-jalan sebentar di taman kota untuk menenangkan pikirannya sebelum memulai rutinitasnya. Dilihatnya orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitasnya di pagi hari.

Sooyoung mendapatkan telepon dari Jaebum dan mengaku rindu padanya. Seperti biasanya mereka selalu mengeluarkan kata-kata rayuan untuk menambah keharmonisan hubungan mereka.

Usai saling melepas rindu dengan komunikasi di telepon, ia tidak melihat Jaesoo, ah, mungkin dibawa si Hyebin tadi. Sooyoung kemudian menghirup udara yang terasa dingin ini lalu menghembusnya. Dingin! Diusapnya dua bahunya karena jaket tebalnya tetap tidak menghangatkan. Mungkin kalau Jaebum memeluknya sekarang, baru hangatnya terasa. Sooyoung mengulum senyum tipisnya. Malu dengan pikirannya tadi.

"Nona Soo, mana Jaesoo?" tanya Hyebin.

"Eh? Bukannya sama kamu," balas Sooyoung.

"Tadi aku bilang, aku gak bawa Jaesoo nona, aku beli kue ikan ini untuknya,"

Sooyoung melotot kaget. Anak itu hilang lagi. Jaesoo memang gampang sekali hilang. Dengan cepat ia dan Hyebin mencari daerah sekitar. Tapi tak ketemu. Sooyoung mulai menangis dan Hyebin mengajaknya ke kantor polisi.

Dengan bantuan cctv terlihat sosok yang mengambil Jaesoo tapi sayang tertutupi dengan masker yang hanya perlihatkan mata sementara topi hitamnya terlalu besar hingga tidak terlihat jelas.

"Eotthoke," Sooyoung diserang panik. Hyebin berusaha menenangkannya.

"Nona, apa mungkin, itu ibunya Jaesoo?"

"Tidak mungkin, dia sudah meninggalkannya, kenapa dia harus mengambilnya,"

"Tapi pikiran orang bisa berubah nona,"

"Siapa yang kalian bicarakan?" tanya polisi.

"Ibu anak itu,"

Si polisi menghela napas. "Kalau dia ditangan ibunya sendiri, berarti bukan penculikan, ini masalah rumah tangga, anda bisa menghubungi wanita itu,"

"Dia sudah bercerai dan meninggalkan anak itu,"

"Kami tidak bisa lanjutkan laporan anda, jika yang mengambilnya adalah ibunya sendiri,"

"Eotthoke? Aku tidak punya kontaknya, bahkan aku tidak tahu dimana rumahnya," Sooyoung menggigit kuku jempolnya.

"Anda bisa bertanya pada ayah anak itu,"

Sooyoung terdiam. Bisa marah besar kalau Jaebum tahu lagi soal ini. Itu sebabnya Jaebum lebih ragu meninggalkan Jaesoo padanya ketimbang membawanya ikut pergi.

Polisi tidak bisa membantu banyak karena keterangan Sooyoung kurang jelas tentang wanita itu. Jika 24 jam tidak ada kabar juga barulah polisi bisa menanggapi laporannya.

Sooyoung kembali ke taman tempatnya tadi. Tangannya gemetar untuk menelepon Jaebum dan memberitahunya. Pada akhirnya ia malah menelepon Soeun. Tidak perlu menunggu lama menunggu sahabatnya itu. Soeun datang bersama Taehyung. Sementara Taeso dititipkan di playground kata mereka.

"Eotthoke, dia pasti membenciku setelah ini, karena ini sudah kedua kalinya," Sooyoung menangis lagi dan Soeun memeluk untuk menenangkannya.

"Nona, yang kemarin itu karena kecerobohan tuan Jaebum juga yang gak awas, jangan menyalahkan dirimu sendiri," kata Hyebin yang malah ikut menangis.

"Kita cari sekitar lagi, kalau tidak ketemu juga, kita sebar fotonya," titah Taehyung yang kemudian menelepon asistennya dan mengatakan ia ada urusan lain.

"Meetingnya ditunda aja, ini lebih penting!!" omel Taehyung karena asistennya tetap memaksanya datang ke kantor untuk meeting dengan para investor.

Sooyoung menatap suami sahabatnya itu, dan menjadi malu karena ia pikir Taehyung tidak akan peduli tentangnya. Mereka pun menyebar untuk mencari tahu apakah ada seseorang yang melihat sosok Jaesoo dengan pakaian yang disebutkan Sooyoung.

Soeun menghela napas lelah karena tak ada yang memperhatikan anak dengan ciri-ciri yang disebutnya. Ia ingin beritahu Sooyoung kalau menghubungi Jaebum lebih baik tapi ia sadar juga hal itu akan memancing pertengkaran dan mungkin rencana pernikahan mereka.

Soeun berpas-pasan dengan Taehyung yang datang dari arah lain, dan wajah Taehyung yang kecewa membuatnya tak perlu bertanya. "Sso, kau pulang aja kalau lelah, aku bakal suruh orang untuk bantu cari, nee," Taehyung memegangi wajah Soeun yang terlihat letih.

"Aniya, bagaimana bisa aku tenang di rumah sementara Sooyoung panik," tolak Soeun.

"Sso, kalau kau hilang juga, malah bikin kesal,"

"Kim Taehyung, kau pikir berapa usiaku?" Soeun natap kesal.

"Habis kaunya gak bisa dibedain sama bayi,"

Soeun mencubit pipi Taehyung yang bisa-bisanya bercanda di situasi panik ini. Taehyung memutuskan untuk mencari sambil menggandeng Soeun. Mereka mencari bersama.

"Kayaknya gak mungkin dicari sekitar sini lagi," keluh Soeun. "Beri aku telepon Jaebum," putus Taehyung setelah berpikir agak lama.

"Bwo? Aniya, untuk apa?"

"Dia pasti tahu dimana rumah ibunya Jaesoo,"

"Tapi......"

"Palli," paksa Taehyung. Soeun pada akhirnya memberikan hapenya yang sudah tertera nama Jaebum dan Taehyung menelepon namja itu.

"Bwo?" Jaebum shock mendengar putrinya hilang lagi.

"Mianhae Jaebum, ini salahku, aku yang gak sengaja, aku ceroboh karena gak merhatiin pas lagi jagain dia, jjincha, mianhae, harusnya aku......"

"Kim Taehyung berani sekali kau, kuhajar kau nanti," omel Jaebum.

"Nee, hajar aku sini, sekarang katakan dimana rumah mantanmu itu?"

Soeun menatap Taehyung dengan mimik sedih. Hatinya ngilu. Kenapa Taehyung mesti berkorban dengan mengaku bahwa dia yang membuat Jaesoo hilang. Gimana kalau Jaebum beneran hajar namja-nya itu.

Taehyung memberi hape Soeun lagi setelah mendapatkan alamat mantan Jaebum. Soeun kemudian menelepon Sooyoung untuk ikut dengan mereka.

Dan benar saja, mantan Jaebum itu yang membawanya karena ia sudah memantau Sooyoung sejak keluar rumah. Wanita itu mengaku menyesal meninggalkannya.

"Apa kau rela anakmu diambil orang lain, yang bukan keluarga kandungnya, apalagi kalau anak ini nanti melupakanku!!" omel wanita itu. Taehyung kali ini tidak bisa menyalahkannya karena ia juga berpikiran sama.

Sooyoung memberi pengertian pada wanita itu kalau ia tidak akan melakukan apa yang dipikirkan wanita itu. Ia tulus memberikan cintanya pada anak itu.

Sorenya, benar saja, si Jaebum yang baru datang dari Seoul, menghajar Taehyung dan memperingatkan namja itu untuk tidak dekat dengan anaknya lagi.

Sooyoung yang ingin mengatakan yang sebenarnya dicegah Soeun karena toh Jaebum hanya sekali saja menghajar Taehyung. Soeun bilang biarkan Taehyung yang bertanggung jawab, karena itu lebih baik daripada kepercayaan Jaebum pada Sooyoung semakin berkurang.

Sooyoung semakin menangis. Ia menyesal pernah membenci Taehyung sangat mendalam hanya karena Taehyung meninggalkan sahabatnya tanpa kejelasan. Seharusnya ia sadar, selama Soeun masih mencintai namja itu, ia tidak boleh membencinya.

♡♡♡

Malam yang tenang itu, Soeun menatapi Taehyung yang berselonjoran di sofa sambil menuliskan jadwal pertemuan Taeso dan Jungkook sesuai keinginannya. Pastinya!

"Dua hari atau tiga hari ya, ah, itu kelamaan," ucap Taehyung pada dirinya sendiri yang sejak tadi bertanya tapi menjawab sendiri. Soeun memutar matanya, bosan melihat tingkah Taehyung yang belum juga selesai menulis jadwal padahal itu hal yang mudah menurutnya.

"Sehari saja dalam seminggu, ah, itu artinya 24 jam kan? Lama!!" Taehyung mencoret lagi dibukunya. Soeun mendekat dan menggantikan bantal yang dipakai Taehyung dengan pahanya. Ia mengusapi surai Taehyung yang halus.

"Nampyeon, lupakan jadwal itu dulu, jalani saja ya, lagipula Jungkook juga sibuk sama pekerjaannya, dia pasti ketemuannya juga sekali-kali aja,"

"Ani, kau bilang harus pakai jadwal, ya aku bikin,"

Soeun menghela napas lalu merebut buku yang ada ditangan Taehyung dan membuangnya. "Yak, Sso," Taehyung segera bangun dan menatap protes. "Apa jadwal itu segitu pentingnya, sampai mengabaikanku," Soeun memegangi wajah Taehyung dengan dua tangannya. Menatap intens dengan menggigit bibir bawahnya.

"Aku tidak mengabaikan, aku......"

Soeun menyentuhkan bibirnya ke bibir berbentuk love milik suaminya yang unik dan bibir itu juga ada luka bekas ditonjok Jaebum tadi sore. "Sso, Taeso ada di kamar," bisik Taehyung.

"Dia sudah tidur,"

"Tapi dia juga gampang terbangun kan,"

Soeun masih memberikan ciumannya lagi, yang kali ini jatuh ke leher Taehyung. "Masa bodolah," Taehyung segera mengangkut Soeun ke kamar mereka. Meletakkan Soeun perlahan dimana Soeun langsung membuka kaos yang dikenakannya. "Woah, kau gak sabaran nyonya Kim," ucapnya dengan tangan yang mengusapi tengkuk Soeun.

Taehyung membiarkan Soeun menciumi wajah hingga ke tubuhnya perlahan, dan ia membalas dengan menyentuhkan tangannya kebagian gunung kembar penuh Soeun dan meremasnya, dimana saat Soeun harusnya mendesah penuh kenikmatan, tapi Soeun menahannya dengan menutup mulutnya sendiri.

"Waeyo?" Taehyung kecewa tidak mendengar desahan Soeun yang bakal membuat libidonya naik sampai tingkat kepuasan. Soeun menggelengkan kepalanya sambil tetap menutup mulutnya. Taehyung menggigit bibir bawahnya, gemas dengan tingkah si istri lalu ia melanjutkan lagi hingga membuat Soeun dan dirinya topless. Diubahnya posisi dengan ia berada di belakang tubuh Soeun, dua tangannya sudah siap meremas lagi, menciumi leher Soeun. Tetap tidak terdengar apapun karena Soeun menahan dengan merapatkan gigi.

Kesal, ia ubah posisi lagi hingga membuat Soeun terbaring, ditindihnya yeoja itu dan kemudian, ia bermain dengan si miss V tapi lagi-lagi saat Soeun harusnya mendesah, menikmati surga dunia yang ditawarkannya, Soeun tetap menahan desahan yang biasanya terdengar nikmat ditelinganya.

Taehyung pun semakin brutal menyerang karena jengkel tak mendengar sedikitpun desahan Soeun yang selalu ditahan itu. Ia perlu mendengarnya, telinganya membutuhkannya sebagai salah satu asupan meningkatkan gairahnya untuk hubungan intim mereka. Dicium, dijilat dan digigitnya dibagian sensitif pun, Soeun tetap menutup mulutnya!

"Yak! Sso!!, kau lagi ngerjain aku ya, mana desahanmu!!" omelnya.

Soeun menunjuk ke arah samping, menunjuk kalau kamar sebelah adalah kamar Taeso. "Dia gak bakalan dengar kau kan bilang dia sudah tidur," gerutu Taehyung yang kemudian kembali menyerang.

Soeun masih menutup mulutnya, semakin membuat Taehyung marah dan terus menyerang lagi sampai benar-benar bisa mendengarnya, dan tangannya terus menahan salah satu tangan Soeun yang siap menutup mulut lagi.

"Keluarkan Sso!!" Taehyung kewalahan juga menahan tangan yang terus bergantian menutup mulut itu. "Kau yang bakalan sakit kalau gak bersuara, atau kau mau ngajak berantem, ayo!!"

"Aachhhh!!," Soeun pada akhirnya mendesah juga. Terlihat matanya berair karena menahan terlalu lama kenikmatan yang diberikan Taehyung.

"Yeah!" Taehyung beruforia layaknya pemain bola yang berhasil memasukkan bola sepak ke gawang.

"Eomma!!!"

"Khamchagiya," Taehyung yang kaget terjatuh, menimpa tubuh istrinya. "Jantungku, debarannya kuat," Taehyung benar-benar kaget mendengar teriakan anaknya.

"Badanku yang sakit, minggir," Soeun mendorong tubuh Taehyung ke samping. Lalu Taehyung segera menahan tangan Soeun ketika yeoja itu turun dari ranjang. "Aku belum klimaks Sso, tega ya,"

"Tahan aja," kata Soeun cuek sambil memakai kembali bra, celana dan piyama yang dibuang Taehyung sembarangan. Jalannya agak tertatih karena sakit dibagian V-nya.

"Eomma," panggil Taeso lagi, kali ini menggedor pintu.

"Nee, eomma datang," sahut Soeun yang usai memakai piyama lengkap melihat Taehyung yang menderita dengan mengacak rambutnya dengan perasaan kesal dan menghantam kepala belakangnya berkali-kali ke dinding. Dengan pelan tentunya.

"Tae-ah, waeyo?" Soeun yang membuka pintu separuh itu tersenyum. "Eomma, dikamarku ada monster," rengek Taeso.

Soeun menghela napas. "Sudah eomma bilang gak ada monster dikamarmu, itu hanya mimpi buruk."

"Cih, penakut hantu bisa ngomong gitu juga," ejek Taehyung. Soeun mendengus kesal Taehyung bahas masalah hidupnya yang satu itu didepan anaknya dan kemudian ia tersenyum lalu memegang tangan Taeso.

"Selesaikan sendiri ya, nampyeon, aku tidur sama Tae junior aja,"

"Andwaeeeeee!!"

Terlambat mencegah karena Soeun menutup pintu dengan keras.

"Arrrrghhhh!!!" Taehyung teriak frustasi. Soeun yang berada di kamar sebelah tertawa geli karena bisa mendengar teriakan penderitaan suaminya itu.

♡♡♡

Jungkook melihat jam di tangannya, gesturnya terlihat tidak sabar dan pada akhirnya yang ditunggu pun datang.

"Appa!!" teriak Taeso langsung berlari ke arah Jungkook yang langsung bersimpuh dan membentangkan tangannya, lalu membiarkan Taeso masuk dalam pelukannya. "Tae-ah, rasanya seperti 1000 tahun kita gak ketemu," ucap Jungkook memeluk erat tubuh bocah kesayangannya itu.

"Gak usah lebay, baru berapa hari aja, ngitungnya sampai seribu tahun, jauh amat," dumel Taehyung kesal. Jungkook segera menggendong Taeso dan menatapi mimik wajah Taehyung.

"Waeyo? Wajahmu kayaknya kusut?"

"Gak usah nanya," Taehyung malah makin kesal. Walaupun semalam Soeun kembali ke kamar dan membantunya klimaks, ia disadarkan oleh istrinya itu kalau ada waktu-waktu dimana Taeso gak mungkin ada di rumah dan itu artinya ia memang harus berbagi Taeso dengan Jungkook secara adil.

"Aku sudah kirim jadwal kapan saja kau bisa bertemu dia di pesan, akh, lagian juga kalau kau nikah dan punya anak pun, kau bakal lupain dia," Taehyung bisa tertawa juga pada akhirnya.

"Terserah sama pikiranmu sendiri," balas Jungkook. Baginya, Taeso itu tetap anak pertamanya. Gak akan tergantikan meski ia nanti punya keturunan sendiri.

Taehyung kemudian tersenyum pada Taeso. "Tae-ah, mulai hari ini panggil dia dengan sebutan Ahjussi, ah, Samchon aja, arachi?"

"Waeyo Appa?"

"Jangan seenaknya," Jungkook menjauhkan Taeso dari jangkauan Taehyung. Yang dibalas dengan tatapan cuek oleh Taehyung.

"Tae-ah, kau nanti pusing sendiri sebut Appa untuk kami, jadi panggil dia samchon ya, sama kayak panggil paman Minjae,"

"Yak, kau benar-benar keterlaluan. Baiklah kalau gitu Appa dan Aboji, yang menang kai bai bo bakal dipanggil Appa," putus Jungkook.

"Jangan bercanda, kau pikir kita anak-anak," omel Taehyung yang kemudian tangannya tetap melakukan kai bai bo. Ia kalah.

Jungkook mentertawakan wajah lesu Taehyung. "Tae-ah, mulai hari ini panggil Appa-mu itu dengan Abeoji ya?" suruhnya.

"Gak mau," gerutu Taehyung yang merasa ketuaan jika dipanggil aboji. Lagipula itu sebutan formal, tidak ada rasa keakraban memanggil seperti itu apalagi Taeso masih kecil. "Tae-ah, tetap panggil Appa saja, oke," Taehyung tersenyum.

"Curang, kau sudah kalah tadi, Tae-ah, jangan ditiru ya,"

Taeso mengangguk kuat. "Oke, Tae-ah, mulai hari ini panggil papa saja ke Appa ne, terus panggil mama ke eomma, nee?" Taehyung gak nyerah juga.

"Nee Papa," Taeso mengangguk kuat. Temannya pun ada yang memanggil Papa Mama ke orang tuanya.

"Wah, kau benar-benar anak patuh, mirip papa," Taehyung dengan gemas mencubit pipi anaknya.

"Dihh, jauh gitu sifatnya dibilang mirip," ejek Jungkook.

"Yak, kau protes mulu, kuambil dia lagi nih," Taehyung siap merebut.

"Pergi sana," usir Jungkook yang langsung mundur menghindar. Taehyung jengkel kena usir lalu ia melihat jam ditangannya. Leeteuk mengingatkan ia ada meeting, yang tertunda kemarin dan akhirnya ia pergi dengan hanya pamit pada Taeso.

Usai Taehyung pergi, Jungkook menurunkan Taeso dari gendongan dan menatap bocah itu sambil tersenyum. "Kita beli mainan lalu makan siang, nee?"

"Nee, Appa," Taeso berseru.

Jungkook menggendongnya lagi, membawanya ke parkiran dan kemudian masuk ke mobil menuju resto Oishi. Disana, ia segera memberi duduk lebih dulu untuk Taeso.

Sementara Jihyun segera menyingkirkan Yongjae yang baru saja akan menghampiri meja yang dipilih Jungkook. "Yak, pelakor memang selalu agresif," dumel Yongjae.

Jihyun hanya memberi seulas senyum yang malah terkesan mengejek Yongjae dan kemudian, ia segera menghampiri Jungkook. "Anyyeonghaseo, aih, Taeso, kau semakin tampan saja, mirip Appa-mu,"

"Appa yang mana?" tanya Jungkook. Jihyun gugup ditanya begitu.

"A---Appa kandung pastinya,"

"Hmm, jadi Appa-nya yang ini gak ganteng," Jungkook angguk kepala paham.

"Bukan begitu, anda ganteng, tampan, berkharisma, pangeran......" Jihyun batal meneruskan ucapannya karena wajahnya sudah memerah padam dan segera kabur. Tapi Jungkook menahannya.

"Layani dulu, kami lapar," katanya.

"Ah, mianhae," Jihyun menunduk malu. Matanya tak berani menatap Jungkook yang hanya melihat dirinya dan usai mencacat pesanan karena semua tablet sedang rusak. Jihyun buru-buru kasih daftar pesanan ke pihak dapur.

"Unnie, aku malu banget," Jihyun menubruk tubuh Soeun saat bertemu dengannya.

"Nee, aku mengerti perasaanmu," Soeun mengusap kepala Jihyun. "Aku gugup karena dia hanya menatapku saat mencatat," lanjut Jihyun.

"Hmmm....aku tahu itu," Soeun tersenyum. Memang kalau ditatap Jungkook bisa bikin siapa saja salah tingkah. Ia pernah mengalaminya.

Yongjae yang kepo menganga melihat Soeun sepertinya tidak marah pada Jihyun yang jelas-jelas nunjukin sikap pelakor dengan mendekati Jungkook. "Molla, molla, dunia sudah gila sekarang," Yongjae pusing melihat istri sah dipeluk pelakor. Ajaib!!!

Sementara itu Jungkook yang meladeni Taeso main sambil menunggu makanan, mendapatkan telepon dari nomor tak dikenalnya.

"Nuguseyo?" tanya Jungkook.

"Anyyeonghaseo, namaku Nicole Jung, ah, aku dapat nomormu dari kakakmu," jelas gadis diseberang telepon.

"Kakak?" Jungkook terlihat heran. "Aku gak punya kakak, aku anak tunggal,"

"Eh? Kok bisa, tapi.....ah, kalau gitu dimana posisimu sekarang, kita ketemu,"

"Gak usah, aku mau makan siang,"

"Kita bertemu saja dulu, aku harus menyelesaikan ini, ada pembohong ternyata,"

Jungkook akhirnya memberi tahu posisinya karena penasaran dan memang jarak gadis itu ternyata tidak jauh darinya, berada di area town food juga. Nichole segera duduk dan memperhatikan Jungkook. Yah, ternyata memang tidak mengecewakan, sesuai di foto. Tampan, tapi terlihat cute juga. Benar-benar sosok sempurna untuk dipamerkan pada teman-temannya sebagai pacar.

"Kau benar-benar tidak punya kakak?" tanya Nichole.

"Ani, aku anak tunggal," jawab Jungkook.

"Tapi, akh, sial, apa dua orang itu penipu?" Nichole frustasi.

"Bwo?"

"Ada orang yang mengaku sebagai kakakmu, lalu dia bilang dia ingin mencarikan jodoh untukmu, dia yang kasih nomormu," jelas Nichole. Yang langsung terpikirkan oleh Jungkook kalau pencarian jodoh yang dijelaskan gadis itu adalah kerjaan Taehyung. Sial! Awas saja namja itu kalau ketemu lagi nanti.

"Mencari jodoh apa, gak lihat bocah di sampingmu,"

Nichole baru menyadari keberadaan bocah itu dan tersenyum melihat bocah tampan itu. "Nugu?"

"Anakku, apalagi?" Jungkook sudah keburu jengkel.

"Jangan bohong, kau saja masih muda," Nichole menatap marah.

"Aku cepat nikahnya, dan karena sekarang kau sudah tahu mending pergi, kami mau makan," usir Jungkook.

Nichole melihat sikap namja itu tidak ada sopan-sopannya pada gadis secantik dirinya. Ia segera mengambil minuman yang baru disuguhkan Jihyun sementara Jihyun mempertanyakan siapa gadis cantik yang mengambil minuman untuk Jungkook itu. Tatapannya agak kecewa karena gadis itu cantik dan juga sexy dalam berpakaian. Namja manapun akan suka melihatnya.

"Awas beracun," kata Jungkook tiba-tiba.

"Bwo?" Nichole hampir tersedak.

"Istriku ini gak suka kalau lihat ada gadis lain di dekatku, kau bisa diracuni," jelas Jungkook sambil memegangi lengan Jihyun dan karena terkejut dengan sentuhan dan ucapan Jungkook, tubuh Jihyun melemas dan membuat nampannya oleng tapi Jungkook segera menahannya dan meletakkan makanan di meja.

"Sial!!!" Nichole segera pergi usai menggebrak meja. Membuat beberapa pelanggan malah tertawa geli menyimak mereka.

"Akh, untung makanannya selamat, kita jadi tetap bisa makan ya Tae-ah?" Jungkook tersenyum pada Taeso.

"Syukur ya Appa,"

Jungkook tersenyum, kemudian melihat Jihyun yang bengong. "Maaf, apa kau masih mau disini, kami mau makan,"

"Ah, mianhae," sahut Jihyun sambil menunduk sekilas dan segera pergi ke area staff. Disana Jihyun menghentakkan kakinya dengan perasaan kesal. Apa-apaan sikap Jungkook itu. Setelah bikin ia lemas dengan sentuhan dan sebutan istri itu, kemudian mengusirnya. Ajak dia lunch juga kek! Dasar namja berhati dingin!!

Soeun lesu melihat kekesalan Jihyun yang kena usir, padahal Jungkook sudah membuat panik gadis itu dengan ucapan dan sentuhannya. Usahanya untuk mendekatkan mereka belum maksimal sepertinya. Tidak bisa hanya ia sendiri, tapi jika minta bantuan Taehyung nantinya malah tambah kacau.

♡♡♡

"Nani?" geram Yuta dengan bahasa ibunya. Ia berbicara dengan detektif yang disewanya mahal dan sama berkewarnegaraan Jepang. "Maki bukan di perkosa?"

"Tidak tuan, aku sudah mempelajari hasil visum yang sangat lihai disembunyikan ini, sepertinya keluarga ini sangat berpengaruh sampai bisa membuat kasus ini tertutup lalu memberi kasus fiktif ke media,"

"Lalu siapa pembunuhnya?"

"Kim Jinwoo, putra dari tokoh politik Kim Hanseo,"

Yuta melotot kaget. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Taehyung itu. Saat ia tahu soal Taehyung anak dari seorang tokoh politik dan pengusaha ternama, ia sempat heran kenapa dulu Taehyung seperti orang kekurangan uang.

"Kim Jinwoo saat ini sudah dipenjara, dan adiknya sudah keluar dari penjara,"

"Dia bunuh Maki bersama adiknya?" geram Yuta. Otaknya terasa panas. Tidak terima dengan info ini. Awalnya ia bisa menerima soal kematian Maki yang dibunuh pemerkosa toh pembunuhnya sudah dipenjara. Tapi keluarganya di Jepang menuntutnya untuk mencari tahu hal yang sebenarnya terjadi dengan kematian Maki.

"Bukan tuan Yuta, si adik cuman bantu kakaknya mengubur Maki!!!"

Emosi Yuta meluap mendengarnya. Sepupu tersayangnya, Maki dibunuh lalu dikubur oleh Kim bersaudara itu. Pantas saat Taehyung menjemput Soeun tadi dan menatapnya, terlihat namja itu ragu dan segan padanya. Seperti menghindari tatapannya.

"Kim Taehyung!!!!" pekiknya kesal sambil membanting hape ditangannya ke lantai.

♡♡♡

Part 28
To Be Continue
Thanks For Read, Vote, and Comment Chingu 😊

Continue Reading

You'll Also Like

1M 85.3K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
66.8K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
15.5M 876K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
196K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...