LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJ...

By Rsha-Kim

15.2K 1.5K 761

[COMPLETE] "Pengantinku kabur saat malam pertama. Tidak ada lagi yang terasa lebih hina dari perlakuanmu itu... More

Part 1 - Who Are You?
Part 2 - She's Falling In Love
Part 3 - Reason
Part 4 - Two Choices
Part 5 - Keep Status
Part 6 - Always Wrong
Part 7 - Today is Your Day
Part 8 - Protect You
Part 9 - Love Me Right?
Part 10 - Offer
Part 11 - The Man Who Can't Be Moved
Part 12 - Because She's Mine
Part 13 - Your My Baby
Part 14 - Memori Weakened
Part 15 - Try To Make Peace
Part 16 - Ignominy
Part 17 - Promise of the past
Part 18 - Warning
Part 19 - Tears and Laughter
Part 20 - The Annoying Mastery
Part 21 - Post-Wedding
Part 22 - Lost
Part 23 - Demand From Mr. Arrogant
Part 24 - Decision
Part 25 - I Love You
Part 26 - Let Me Have It
Part 28 - Uncovered
Part 29 - What is Wrong?
Part 30 - Forgive or Not
Part 31 - Wedding Ceremony
Part 32 - Treasure

Part 27 - Just Go Away

277 33 32
By Rsha-Kim

Happy Reading, chingu 😁

Love Me Right
Part 27

♡♡♡

Taehyung membuka pintu rumahnya, kemudian kedua tangannya memegangi bahu Soeun. Soeun sudah diperbolehkan pulang oleh Minjae sementara Taeso mengikuti sambil membawa obat ibunya dalam kantong plastik medical.

"Tae-ah, kemarin kau sudah ke sini, tapi kau tertidur sayang," jelas Taehyung yang merasa lucu melihat Taeso menganalisa rumah yang dimasukinya.

"Kau membawanya kesini?" tanya Soeun.

"Nee, aku menjemputnya di playground, terus bawa dia main sampai malam," jawab Taehyung.

"Ya ampun, kenapa kau lakukan itu, Jungkook bakal tersinggung, kau hanya akan membuatnya kesal,"

"Mianhae," ucap Taehyung. Soeun mengusap wajah Taehyung sambil tersenyum. "Aku tahu kau tidak sabar ingin bermain dengannya kan? Tapi setidaknya pikirkan juga perasaannya pada Taeso, dia mencintai Taeso,"

"Mian," jawab Taehyung membalas dengan senyum.

"Eomma, Appa, kenapa kita disini? Eomma, aku kangen Jungkook Appa," ujar Taeso mendekat pada ibunya. "Tae-ah, ini rumah Appa-mu juga, kau akan tinggal disini mulai hari ini,"

Taehyung tersenyum mendengar ucapan Soeun. Mereka sudah membicarakannya di rumah sakit kalau Soeun tak ingin kembali ke rumah Jungkook. Tak ingin memberi harapan kosong lebih jauh lagi pada Jungkook. Soal pakaian-pakaian, Soeun akan minta tolong maidnya Sooyoung untuk mengambilnya.

"Tapi aku mau ketemu Jungkook Appa," isak Taeso dengan air menggenang dimatanya. "Tae-ah, eomma sudah bilang, kita akan tinggal disini. Ini rumah Taehyung Appa, Appa kandungmu. Eomma sudah pernah bilang padamu kan, sudah eomma perlihatkan wajah Appa-mu dan kau berjanji tidak akan menanyakan soal Taehyung Appa pada Jungkook Appa, nee?"

Sambil sesegukan Taeso mengangguk.

"Yeobo, jangan terlalu keras padanya, dia belum mengerti," Taehyung mendekati buah hatinya sambil mengusapi matanya yang basah.

"Aniya, dia sudah mengerti, bahkan dia sudah tahu jatuh cinta, kau tidak tahu saja anak jaman sekarang,"

"Jjincha?" Taehyung takjub. Banyak sekali yang ingin ia tahu tentang Taeso. "Woah, Tae-ah, kau sudah menyukai gadis, daebak!"

"Itu bukan untuk dipuji tapi mengkhawatirkan," Soeun menatap datar.

Taehyung tertawa geli melihat Soeun tidak setuju dengan pujiannya. "Tae-ah," kata Soeun lagi sambil tersenyum dan memegangi pundak Taeso. "Kau akan bertemu Jungkook Appa nanti, eomma tidak akan memisahkan kalian, Jjincha, tapi nanti setelah eomma pulih, nee?"

"Nee," Taeso mengangguk.

"Sekalian ajuin perceraiannya?" bisik Taehyung mengingatkan.

"Nee, ah, Tae-ah, sekarang masuk ke kamar itu, eomma, perlu bicara dengan Appa,"

"Eoh, ini mainannya," Taehyung segera memberikan robot iron man yang baru dibelinya. Taeso menerimanya dengan wajah ceria kembali sambil masuk ke kamar yang ditunjuk ibunya.

"Mau bicara apa?" tanya Taehyung sambil tersenyum. Soeun membalas senyum suaminya itu lalu memegang tangan Taehyung. "Nampyeon, mianhae, tapi aku ingin setelah aku pisah dengan Jungkook, kau tetap membiarkan Jungkook dan Taeso bertemu, maksudku dengan memakai jadwal pertemuan,"

Taehyung segera melepaskan tangan Soeun yang menggenggam jemarinya. Tatapannya gusar. "Mian, kalau permintaanku berlebihan, tapi aku memikirkan posisi Jungkook sekarang. Dia sangat mencintai Taeso, aku tahu itu, tidak ada ayah tiri sebaik dirinya setahuku. Nampyeon, aku hanya takut Jungkook tidak terima keadaan dia akan ditinggalkan oleh kami. Biasanya, Taeso mengisi rumahnya dengan canda dan tawa, lalu....."

"Sso, kalau kau masih beri harapan, kau yang bakal melukainya,"

"Aniya, aku tidak memberinya harapan. Aku yang akan berpisah dengannya tapi jangan pisahkan Taeso darinya, nee, nampyeon, nee?" bujuk Soeun dengan memberikan senyum terbaiknya.

Taehyung terdiam. Ia masih sakit hati dengan ucapan Jungkook yang mengatakan kesal soal Soeun memberitahu wajah Appa kandungnya pada Taeso. Sekarang ia diminta mengikhlaskan Taeso bertemu Jungkook dengan jadwal pertemuan. Bagaimana kalau Taeso makin lebih suka dengan Jungkook dibandingkan dirinya. Ia akan tersisih sebagai ayah kandung.

"Jangan pasang wajah cemas begitu, nampyeon," ucap Soeun lembut sambil melingkarkan tangannya dipinggang Taehyung lalu memeluknya. "Semua akan baik-baik saja, tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

Taehyung tidak menanggapi tapi ia tetap mengecup puncak kepala Soeun. Baginya Soeun tidak akan mengerti kegusarannya ini, jadi lebih baik ia diam daripada berlanjut dengan perdebatan.

Melihat Taeso merengek minta ketemu Jungkook saja, ia sudah merasa cemburu, bagaimana kalau nantinya Taeso memang lebih mencintai Jungkook ketimbang dirinya sebagai ayah kandung?

Sepertinya ia harus melakukan sesuatu, agar Jungkook memiliki keluarga sendiri dan tidak berpikir lagi untuk mengharapkan keluarganya.

♡♡♡

Malam harinya, Soeun menerima kedatangan ibu dan pamannya yang berkata hanya bakal mampir sebentar. "Heolmoni," seru Taeso yang senang melihat neneknya. "Harabeoji," serunya melihat Jungtae.

"Wah, Taeso, usiamu baru 3 tahun tapi kau tinggi ya," puji Jungtae.

Taehyung agak bingung dengan kedatangan mereka. Kenapa tidak ada satu pun yang memarahinya, memakinya, mencacinya karena telah meninggalkan Soeun. "Aigoo," Jungtae yang kesal malah memukul kepala Taehyung.

"Berani sekali kau meninggalkan keponakan tersayangku dan sekarang kembali dengan mudahnya," ucap Jungtae yang pura-pura marah agar Taehyung tidak curiga mereka sudah tahu cerita yang sebenarnya. Ia tahu harga diri Taehyung bakal terluka jika keluarga si istri tahu aibnya.

Mereka kemudian berbincang soal Jungkook dan memberi tahu permintaan Jungkook sebagai persyaratan bakal mengabulkan perceraian dengan Soeun.

"Kurang ajar!!" Taehyung muntab. Emosinya sudah sampai ke ubun-ubun kepalanya.

Soeun juga tak menyangka permintaan Jungkook membuatnya kesal. Gimana bisa Jungkook menjadikan Taeso sebagai alat untuk barter dengannya. Keterlaluan!

"Sudah kubilang dia gak setulus yang kau pikirkan Sso,"

"Tapi wajar juga kan, dia memintanya, dia terlalu menyayangi Taeso," Misun ikut campur.

"Eomma, jangan nambah masalah dengan komentar eomma," ucap Soeun kesal dan khawatir Taehyung tak suka mendengarnya lalu jadi kurang ajar pada ibunya.

"Yah, sekarang pikirkan mana yang terbaik untuk kalian dan Taeso," saran Jungtae.

"Sampai matipun, aku tidak akan menyerahkannya pada Jungkook. Sialan! Dia selalu tahu cara memancing emosiku!"

Soeun menatap wajah Taehyung yang sudah memerah padam karena amarah. Lalu menghela napas. Apa yang harus dilakukannya pada Jungkook, padahal selama ini ia salut dengan rasa cintanya pada Taeso, tapi kenapa sekarang menjadikan Taeso sebagai alat untuk menekan ia dan Taehyung.

♡♡♡

Di hari berikutnya, Taehyung memulai misinya tanpa beritahu Soeun. Semalam ia menyuruh asistennya mencarikan seorang gadis dari situs jodoh dan tahu apa yang terjadi? Dengan hanya sekali memasang satu foto Jungkook saja sudah banyak yang mengantri dan bersedia kencan buta dengan Jungkook.

Taehyung pergi menemui para gadis itu satu persatu dengan ditemani asistennya bernama Leeteuk, yang juga ikutan, karena sekalian si asistennya yang masih jomblo cari jodoh juga dengan gadis-gadis yang ditemui. Siapa tahu nemu yang cocok!

Taehyung memakai masker dan topi lalu mengaku dirinya Jungkook. Sementara Leeteuk tak perlu memakainya. Kan dia mau tebar pesona juga!

"Apa kau orang yang sama? kenapa memakai masker dan topi?" tanya Nicole Jung heran. Salah satu dari gadis yang bersedia kencan buta berkat situs jodoh. Ini gadis ke 4 yang ditemuinya.

"Oh, aku sedang flu, jadi aku gak mau virus ini menular pada gadis secantikmu," jawab Taehyung. Si asisten terkikik geli dan Taehyung menyenggolnya untuk bersikap kalem dan fokus dengan tujuan mereka. Leeteuk tersenyum. Ini pertama kalinya ia mendengar Taehyung bisa memuji gadis selain istri sendiri.

"Gimana bisa aku yakin, kau sama dengan yang ada di foto?" selidik Nicole lagi.

"Ah, sebenarnya," kata Taehyung sambil menghela napas. "Aku mencarikan jodoh untuk adikku, bukan aku, karena aku sudah menikah," Taehyung pamer cincin di jemarinya.

"Jjincha, tapi kenapa kau harus pake masker menemuiku?" Nichole makin gemas gak dapat jawaban pasti.

"Aku gak ingin istriku tiba-tiba saja muncul didepanku, kayak medusa dia kalau ngamuk, dia bakal membunuhku nanti," ucap Taehyung yang kemudian melirik kanan kiri, memastikan gak bakal nemu Soeun secara kebetulan di Caffe sederhana ini. Walaupun kemungkinan untuk ketemu ada karena jarak Caffe juga dekat dengan rumahnya.

Nichole tertawa geli. "Oke aku bisa lihat dari matamu yang gusar itu, kau pasti kesulitan ya ngadepin istri galak,"

"Istrinya itu.....wah, kalau ketemu dia sekarang mending kabur," sambung Leeteuk yang memang sudah tahu karakter Soeun.

"Lalu kenapa dengan adikmu itu, kenapa dia perlu di carikan jodoh, padahal dia bisa cari sendiri dengan ketampanannya,"

"Oh, karena dia itu pemalu, sangat pemalu, takut didekati wanita, makanya jika kau bisa menghilangkan rasa takutnya itu, aku akan berterima kasih," kata Taehyung dengan tatapan serius.

Usai berbicara dengan gadis yang telah pergi setelah diberitahu nomor Jungkook, Taehyung melepaskan masker dan topinya. "Aish, capenya, itu cewek detail banget nanyanya, kayak mau lamar kerja aja ngadepinnya," gerutu Taehyung.

"Hmm....kalau aku sih udah mundur duluan sama yang tipe kayak gitu, cuman pria aneh yang mau sama model begitu," sambung Leeteuk. Untung Nicole tadi bukan tipenya.

"Tersinggung nih, Soeun begitu juga soalnya," dumel Taehyung.

Si asisten tersenyum kalem. Tak perlu mengatakan kalau selama ini ia memang mengatai Taehyung itu aneh bisa tahan sama yeoja seperti Soeun.

"Kim Taehyung!!!"

"Rasanya aku dengar suara yeoboku, di......" Taehyung yang menoleh ke samping itu terkejut melihat Soeun yang menatap geram. Taehyung melotot kaget.

"Siapa cewek tadi!!!" pekik Soeun sambil menunjuk.

"Itu....." Taehyung mencari si kambing hitam untuk disalahkan tapi saat menoleh asistennya sudah kabur duluan.

"Yeobo, mianhae," Taehyung ikutan kabur.

"Yak!!!!" teriak Soeun dan langsung mengejar namja itu setelah menjatuhkan belanjaannya. Tidak akan dibiarkan Taehyung melarikan diri begitu saja tanpa penjelasan. Soeun berhenti di lokasi terakhir ia lihat Taehyung. "Palli, iluwa nampyeon," geram Soeun dengan mata mencari.

Taehyung yang bersembunyi akhirnya menarik Soeun ke arahnya dan memeluk Soeun dari belakang. "Jangan salah paham dulu," bisik Taehyung.

"Gimana gak salah paham sama tingkahmu itu, bisa-bisanya selingkuh bawa asistenmu, dasar, mau pake alasan meeting hari minggu!!"

"Aku mencarikan jodoh untuk Jungkook,"

"Bwo?"

"Agar dia gak ganggu kita lagi,"

Soeun menggaruk kepalanya dengan kesal dengan tindakan sembarangan suaminya itu. "Yak, gimana bisa kau mencari jodoh untuknya? Kau hanya akan membuatnya marah, kau pikir mudah melakukannya,"

Taehyung membalikkan tubuh Soeun hingga menghadapnya. "Sso, dia harus punya seseorang yang hanya ia sendiri yang mencintainya bukan mencintai milik orang lain. Apa aku salah? Aku khawatir Sso, jika cinta Jungkook pada Taeso lebih besar dari yang kuberikan. Aku cemas posisiku sebagai ayah kandungnya tergantikan oleh Jungkook. Taeso milikku, sama sepertimu,"

Soeun tidak bisa menjawab kalau Taehyung berpendirian keras dengan keputusannya. "Aku yakin gadis tadi cocok untuk Jungkook," lanjut Taehyung.

Soeun merenung. "Nampyeon, sepertinya, kau tidak perlu repot-repot mencarinya, aku punya kandidat lain,"

"Aniya, nanti saja kalau sama cewek tadi gak berhasil, baru sama pilihanmu,"

Soeun menghela napas. Tapi ia punya caranya sendiri dan Taehyung tak perlu terlibat.

♡♡♡

Di hari senin sebelum jam makan siang, ada pemandangan tak biasa dari dapur resto Oishi. Dimana para karyawan melongokkan kepala mereka menatap ke arah dapur.

"Dia masak?"

"Aku rasa sih iya,"

"Apa dia mau racuni seseorang, masakannya kan gak pernah enak. Makanya dia cuman bisa jadi waitress."

Jihyun masa bodo dengan bisikan-bisikan setan di luar pintu dapur. Sementara Yongjae yang disampingnya terus menatapinya. "Yak, Jihyun-ah, kau sedang marah dengan seseorang ya,"

"Aniya, aku buat makanan buat Jungkook oppa,"

"Bwo!!!"

Yongjae melanjutkan. "Yak, ternyata kau seperti itu ya Jihyun, gak kusangka muka innocent kayak kamu bisa jadi pelakor juga, apa motifmu bikin sarapan untuk suami orang,"

Jihyun tidak menanggapi.

"Ah, aku tahu, karena kau patah hati, kau mau meracuni Jungkook itu kan?"

"Aish," Jihyun yang kesal menyodorkan kimchi ke mulut Yongjae. Untungnya kimchi itu buatan koki lain bukan Jihyun jadi Yongjae memakannya dan Yongjae masih saja berceloteh mengejek. Membuat Jihyun menatap curiga.

"Yak, Yongjae, aku tahu dari sejak aku masuk disini kau suka padaku kan? Makanya kau marah aku buat makanan untuk Jungkook Oppa,"

"Ya ampun, astaga, oh my God, kayak habis aja cewek di kota ini sampai aku harus menyukaimu, yak, kau pasti kebanyakan nonton drama, anggap cowok yang ganggu berarti suka, ya kan?"

Jihyun tidak menanggapi dan tetap melanjutkan kegiatan masaknya yang sudah hampir selesai. "Aku yang menyuruhnya masak," kata Yuta yang muncul ke dapur karena semua karyawannya hilang.

"Yuta-san, kau tidak salah suruh orang?" tanya kepala koki kedua setelah Soeun.

"Soeun yang menyuruhku, sambil kirim resep masakan, dan katanya Jihyun harus mencobanya karena hanya Jihyun, karyawanku yang masakannya gak enak," ucap Yuta.

"Terima kasih pujiannya, Yuta-san," Jihyun membungkuk sopan tapi tatapannya sebal.

"You'r welcome," Yuta mengangkat cangkir ditangannya sambil tersenyum lalu melihat Yongjae masih menatap bingung, Yuta menghela napas. "Jungkook itu sudah lama jadi pelanggan kita, dan Soeun biasanya suruh mengantarkan makanan dari resto ini ke kantornya, nah berhubung Soeun belum bisa masuk, Jihyun yang gantiin,"

"Tapi kenapa dia, bos ingin Jungkook itu mati keracunan?"

"Yongjae," Jinhyun memegang bahu Yongjae dengan tatapan marah. "Ingatkan aku untuk meracunimu nanti," geramnya.

Yongjae hanya memaksakan senyum masam. Yuta melihat jam di tangannya. "Kau harus berangkat sekarang Jihyun, hampir mau makan siang,"

"Nee, Yuta-san, sudah selesai semua," kata Jihyun sambil menaruh semua makanan dalam lunch box anti panas tersebut dalam sebuah kotak besar, lalu mengambil kunci motor box delivery.

"Bos, apa gak pa-pa dia yang pergi, nanti dia masih berharap sama Jungkook lagi, kalau terus-terusan ketemu,"

"Biarin, biar dia tahu patah hati itu sakit," kata Yuta sambil menyesap lagi kopinya. Dulu, saat Taehyung hilang, ia pikir, ia bisa memasuki hati Soeun yang sedang kosong tapi nyatanya Jungkook sudah mengambil Soeun duluan darinya dengan menikahi yeoja itu. Sejak itu Yuta sadar diri dan tak pernah berharap lagi.

"Ngomong soal patah hati, bos sudah sembuh dari patah hatinya, aku pernah dengar wawancara bos di majalah katanya, gak ada kepikiran menikah, ng? Selera bos, masih cewek kan?" tanya Yongjae terlalu berani.

Yuta menatap dingin karyawannya yang matre dan selalu kepo itu. "Yongjae, kau tahu gak, minyak panas di atas wajan disitu panas," tunjuknya sambil menunjuk yang dimaksud.

"Aku ke depan dulu bos, kayaknya ada pelanggan," Yongjae ketakutan dan segera pergi dari hadapan bosnya itu bersama karyawan lainnya.

"Oi!!! Aku kan cuman nanya, kenapa kau ketakutan gitu?" teriak Yuta yang kemudian tertawa geli lihat ketakutan Yongjae dan karyawan lainnya.

♡♡♡

Jungkook yang berada di luar kantornya, setelah meeting di luar itu terheran, melihat Jihyun yang baru turun dari motor box delivery, sambil kesusahan membawa satu kotak besar yang ia tahu berisi beberapa lunch box.

"Jihyun?"

"Nee, oppa,"

"Waeyo?" tanya Jungkook heran.

"Aku mengantar makan siang Oppa,"

"Udah lewat," kata Jungkook memperlihatkan jam ditangannya. "Lagipula aku sudah makan,"

"Eh? Biasanya Oppa bakal tunggu masakan dari Oishi dulu,"

Jungkook diam saja. "Eotthoke, padahal aku sendiri yang membuatnya," Jihyun menatap kecewa. Jungkook pucat. Beruntung ia sudah makan tadi. Ia sudah tahu soal rumor gadis itu jika buat makanan bisa bikin orang hilang napsu makannya berhari-hari.

"Apa kubuang saja,"

"Kau sudah makan?"

"Belum," jawab Jihyun dan kemudian membungkuk sopan. "Aku permisi dulu Oppa," ujarnya lesu.

"Setidaknya makan dulu, makananmu sendiri," kata Jungkook yang sebenarnya penasaran dengan ekspresi Jihyun pada makanannya sendiri.

"Aniya, itu gak perlu, lagipula kalau aku makan sama Oppa, aku bakal disebut pelakor sama rekan-rekan oppa, aku gak mau bikin gossip baru disini, kemarin mereka pun menatapku aneh,"

Jungkook tertawa kecil mendengar semua ucapan gadis itu lalu segera mengambil kotak besar ditangan Jihyun dan menarik tangan gadis itu. Membawanya ke taman dibelakang kantor. Jihyun kebingungan dengan sikap namja itu.

Jungkook menaruh semua kotak makanan ke atas meja dan dibukanya satu-persatu semua kotak makanan itu. "Makan," suruhnya. "Eh, tapi," Jihyun natap ragu. Masalahnya makanan itu masuk ke tagihan untuk Jungkook.

"Mau dibuang aja?" tawar Jungkook.

"Aniya, aku makan,"

Jihyun segera memakan masakannya sendiri. "Astaga, tidak kusangka rasanya tidak mengecewakan,"

Jungkook mengerutkan keningnya. Jangan-jangan gadis itu sedang mengerjainya agar ia ikut menyicip makanan gak enak gadis itu. Tapi melihat Jihyun makan dengan lahap membuatnya tergoda. Ia pun segera mengambil sumpit lain lalu mencoba Jjangmyeon yang sebenarnya dari bentuknya agak meragukan. Tapi pada akhirnya ia makan juga.

Jungkook tersentak, gadis itu tidak berbohong. Walau tidak senikmat buatan Soeun tapi rasanya tidak mengecewakan. Setidaknya gak bakal hilang napsu makan berhari-hari seperti yang digosipkan.

"Ini enak," Jungkook memuji. "Jjincha, Jjincha Oppa," Jihyun mengatupkan tangannya dan wajahnya berseri. Jungkook adalah orang pertama di dunia yang memuji masakannya enak.

Jungkook tersenyum dan lagi-lagi Jihyun terpana melihat pangeran dari dunia khayalannya itu lalu kemudian gadis itu memukul kepalanya berkali-kali.

"Paboya," gerutunya. Jungkook langsung menangkap tangan gadis itu hingga Jihyun menatap bingung.

"Kenapa kau harus melakukannya, memukul kepalamu?" tanya Jungkook bingung dengan kebiasaan gadis itu dan kemudian canggung hingga segera melepaskan tangannya dari pergelangan gadis itu.

"Karena disini ada pikiran bodoh, pikiran yang sangat sangat sangat bodoh, aku masih saja menyukai Oppa, padahal aku tahu oppa sudah punya unnie,"

Jungkook tidak tahu mesti gimana menanggapinya. "Mianhae, kalau perasaanku sangat menganggu oppa, aku sadar diri dengan posisiku yang hanya penganggu saja, mianhae Oppa," Jihyun menundukkan kepalanya sekilas. Wajahnya terlihat cemberut.

Jungkook tersentak. Terasa Jihyun sedang menyindirnya tajam soal penganggu!. Tapi ditenangkan dirinya agar tidak membentak gadis itu lagi. Bisa menangis lagi nanti yeoja itu. Melihatnya kemarin menangis saja sudah membuatnya kesal hingga langsung menyusul dan minta maaf. Biasanya ia tidak akan pernah melakukan itu. Untuk tipenya yang biasanya cuek.

Jungkook merenung sejenak. Agak aneh dengan rasa kesal yang dirasakannya sejak kemarin. Kenapa ia harus merasa kesal melihatnya menangis. Belum lagi ia langsung panik saat gadis itu pingsan.

Ditatapnya gadis berwajah lebih chuby dari Soeun itu dengan terpana. Sejak kapan? Sejak kapan sosok yeoja itu menyusup ke hatinya?

♡♡♡

Sore itu, Soeun akhirnya memutuskan untuk menemui Jungkook. Ia tidak terima Jungkook menjadikan Taeso sebagai senjata untuk menekannya bersama Taehyung.

"Nyonya Jeon, anyyeonghaseo," sapa asisten Jungkook.

Kim Soeun hanya membalas sekilas dan tetap masuk ke dalam ruang kantor Jungkook lalu terkejut melihat orang tua Jungkook. Mertuanya. Soeun tertegun. Ingin kabur saja rasanya.

"Masuk Sso, kenapa hanya berdiri di pintu," sapa Hyeso, sang mantan dosen yang memberikannya senyum tulus.

Jungkook tersenyum kecil melihat sikap Soeun jadi mati kutu melihat orang tuanya. "Eomeonim, aboenim, anyeonghaseo," Soeun dengan sopan membungkuk sekilas. "Duduklah disamping Jungkook," suruh Hyeso.

"Ah, yee," Soeun segera duduk disamping namja yang masih berstatus suaminya itu. Tas hitam ransel kecilnya sama sekali tidak ditaruhnya.

"Sso, kau terlihat makin sehatan, syukurlah Jungkook mengurusmu dengan baik," kata Hyeso sambil tersenyum. "Nee, eomeonim," ucap Soeun yang makin gugup.

Keadaan mendadak menjadi canggung. Soeun kesulitan menelan salivanya dan akhirnya berbicara ; "Eomeonim, aboenim, aku dan Jungkook,......"

Jungkook yang tahu apa yang ingin dikatakan Soeun langsung menutup mulut istrinya itu. "Sayang, itu kejutan kan, jangan dikatakan dulu," ujar Jungkook sambil tersenyum.

Soeun melepaskan tangan Jungkook. "Eomeonim, aku......."

Jungkook tetap berusaha menutup mulut istrinya itu. "Kalian mau kasih kabar, kalau Sso hamil? Benar?" tanya Jeon Kangso antusias.

"Ah, benar pasti tentang itu," Hyeso menatap senang.

"Eh?" Soeun dan Jungkook akhirnya saling lirik.

"Aniya, bukan itu, aku dan......."

Jungkook yang tetap menutup mulut Soeun membawa istrinya itu menuju luar ruang kantornya. Jungkook tetap membawanya ke lift dan Soeun mencubit tangan yang menutup mulutnya sejak tadi dengan kuat.

"Sakit Sso,"

"Aku hampir mati," omel Soeun yang berusaha mengatur napasnya. "Kenapa kau tutup mulutku, padahal aku mau bilang kalau kita mau cerai,"

"Jangan sekarang, kesehatan eomma sedang memburuk,"

"Bwo?"

"Jantung eomma lemah, belum bisa mendengar hal yang mengejutkannya,"

Soeun menghela napasnya. Ia memang tahu soal itu setahun belakangan kesehatan mantan dosennya itu menurun. Jungkook lalu membawa Soeun ke atap kantor agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

"Kenapa kau datang? Bukankah kau sudah tidak ingin menemuiku lagi?" sinis Jungkook.

"Kau, kenapa kau bawa-bawa Taeso dalam masalah kita, menukar Taeso dengan biaya ganti rugi selama kau biayai hidupku dan dia? Hebat sekali! kupikir kau sungguh mencintainya dengan tulus, tapi.....akh, aku tidak tahu harus bicara apa lagi," Soeun mengacak rambutnya.

Soeun kemudian terpikir sesuatu. "Baiklah begini saja, aku tidak akan katakan kita akan cerai pada orang tuamu, tapi kau harus tanda tangani surat ini," kata Soeun sambil mengeluarkan selembar surat cerai yang sudah diberinya cap dan tanda tangan.

"Silahkan tanda tangani dan beri cap tuan Jeon Jungkook, atau aku menemui eomeonim dan abeonim sekarang," Soeun tersenyum semanis-manisnya.

"Kau belajar licik dari dia ya,"

"Aniyo, kau yang mengajariku, menjadikan Taeso alasan untuk membuat kami bingung menghadapimu. Kau guru yang baik,"

Jungkook menghela napas dan akhirnya menyuruh asistennya membawa cap miliknya. Usai menandatangani surat cerai itu Soeun memasukkan kembali ke tas. Jungkook minta asistennya untuk merahasiakan soal ini dari orang tuanya.

"Jungkook-ah," kata Soeun sambil menatap namja itu usai si asisten pergi. "Kau sebenarnya tahu Taehyung tidak mungkin memberikan Taeso kan, begitu juga denganku. Kami mencintainya. Jungkook-ah, sampai kapan kau akan menyiksa dirimu sendiri, aku tahu kau tidak seharusnya begini. Aku sudah sepakat dengan Taehyung, kalau kami tidak akan memisahkanmu dari Taeso. Kau akan tetap bertemu dengannya, sesuai yang kau mau tapi, menjadikan dia anakmu agar kau mau tanda tangani surat cerai kita, itu mustahil. Kau sendiri tahu kau tidak akan mau melakukannya kan? Apa yang kau lakukan justru membuat kami bertanya apa kau benar-benar mencintai Taeso?"

Jungkook tidak menjawab dan kemudian menghela napas lagi. "Kau bilang aku tetap bisa menemuinya kapanpun aku mau. Kau tidak akan memisahkan kami?" tanyanya memastikan.

"Nee, Jungkook-ah, aku tahu kau mencintainya, dibandingkan perasaanmu padaku, kau jauh lebih mencintainya, aku tahu itu. Makanya, aku tidak pernah ada niat memisahkan kalian," ucap Soeun yang membuat Jungkook terpana.

"Yakso?" Jungkook mengacungkan jari kelingkingnya.

"Nee, yakso," Soeun mengaitkan kelingkingnya sambil tersenyum tapi matanya berkaca-kaca. Rasanya ucapan terima kasih saja tak cukup untuk namja itu tapi ia tidak bisa memberikan yang lain selain hanya ucapan terima kasih. Soeun juga sadar bahwa ancaman Jungkook dengan bawa-bawa Taeso karena tersinggung dengan Taehyung yang membahas jumlah nominal uang yang telah dikeluarkan Jungkook.

"Paboya, kenapa kau menangis," ucap Jungkook sambil memeluk Soeun. Keduanya terhening. "Sso, kamsamhamnida, kau dan Taeso sudah mengisi hidupku selama ini, walau pada akhirnya aku tidak mendapatkan hatimu itu,"

"Kau tidak mendapatnya dariku, tapi kau mendapatkannya dari Taeso," ucap Soeun.

"Eh?" Jungkook terkejut dan melepaskan pelukannya. Menatap bingung. "Belakangan ini dia merengek ingin bertemu denganmu, temuilah dia nanti,"

Jungkook terpana, tidak menyangka soal itu, ia pikir Taeso sudah sangat nyaman kembali pada ayah kandungnya. "Nee, aku akan menemuinya,"

"Jungkook-ah, sampaikan salamku pada orang tuamu, aku harus jemput Taeso, sekarang," kata Soeun setelah lihat jam tangannya.

"Pergilah Sso,"

Soeun membungkuk sekilas lalu meninggalkan namja itu.

Jungkook yang ditinggalkan itu menatap langit sambil tersenyum. Entah mengapa batu ganjalan yang ada dihatinya saat ini sepertinya pecah dan tidak membebaninya lagi. Sebuah batu ganjalan yang ia sebut keegoisannya, yang pantang dikalahkan oleh Taehyung.

Soal orang tuanya, ia akan katakan pada ayahnya, tentang semuanya lalu perlahan pada ibunya. Jungkook sadar memang tidak mudah menyampaikannya, tapi masalah pernikahannya dengan Soeun adalah karena dirinya sendiri, jadi ia yang harus bertanggung jawab untuk berani mengatakan bahwa pernikahan mereka selama ini adalah bersyarat!

♡♡♡
Part 27
To Be Continue
Thanks For Read, Vote, and Comment Chingu 😊

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
489K 36.8K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
55.8K 5K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...