LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJ...

By Rsha-Kim

15.2K 1.5K 761

[COMPLETE] "Pengantinku kabur saat malam pertama. Tidak ada lagi yang terasa lebih hina dari perlakuanmu itu... More

Part 1 - Who Are You?
Part 2 - She's Falling In Love
Part 3 - Reason
Part 4 - Two Choices
Part 5 - Keep Status
Part 6 - Always Wrong
Part 7 - Today is Your Day
Part 8 - Protect You
Part 9 - Love Me Right?
Part 10 - Offer
Part 11 - The Man Who Can't Be Moved
Part 12 - Because She's Mine
Part 13 - Your My Baby
Part 14 - Memori Weakened
Part 15 - Try To Make Peace
Part 16 - Ignominy
Part 18 - Warning
Part 19 - Tears and Laughter
Part 20 - The Annoying Mastery
Part 21 - Post-Wedding
Part 22 - Lost
Part 23 - Demand From Mr. Arrogant
Part 24 - Decision
Part 25 - I Love You
Part 26 - Let Me Have It
Part 27 - Just Go Away
Part 28 - Uncovered
Part 29 - What is Wrong?
Part 30 - Forgive or Not
Part 31 - Wedding Ceremony
Part 32 - Treasure

Part 17 - Promise of the past

328 52 26
By Rsha-Kim

Happy Reading, chingu 😁

Jangan lupa vote and commentnya ya 😀😀

****

Love Me Right
Part 17

♡♡♡

Daegu

Perjalanan pulang Taehyung dari Jepang mendadak, tiket diambilnya, setelah Sooyoung berhasil dipaksanya untuk mengatakan kemana Soeun sebenarnya dan kenapa ada luka di kening Soeun. Taehyung tahu Soeun berbohong soal terbentur itu.

Sooyoung mengatakan Soeun ada di Daegu dan pahamlah Taehyung dari mana luka dikening Soeun berasal. Soeun bukan terbentur atau kejatuhan barang, tapi ditimpuk eommanya. Ia tahu eommanya suka melempar barang pada objek yang dibencinya jika kesal. Eommanya tidak pernah memikirkan resiko dari tindakannya, berbeda dengan Appa-nya yang lebih banyak bertindak hati-hati untuk melukai seseorang.

Taehyung kini berada di depan rumah orang tuanya setelah turun dari mobil travel. "Oh, tuan muda? Astaga, akhirnya tuan ke sini juga," kata Ahjumma yang terlihat senang tapi melihat tatapan dingin namja yang ia rawat dari bayi itu membuatnya paham. Taehyung tidak mungkin berbasa-basi ke rumah ini.

Taehyung segera memanggil eommanya dan maid mengatakan eommanya berada di kamar. Taehyung masuk dan eommanya menatap senang melihat putra kesayangannya itu. "Taehyung-ah, sayangku," Jinhee segera beranjak dari posisi duduknya untuk di ranjang.

"Tetap disitu eomma," ujar Taehyung yang kemudian melirik nakas yang setahunya ada vas disana. Eommanya sangat menyukainya jadi tak mungkin diganti.

"Apa yang eomma lakukan pada Soeun?" tanyanya.

"Taehyung-ah, itukah sapaanmu untuk eomma?"

"Apa yang eomma lakukan pada Soeun?" ulang Taehyung.

Jinhee terdiam.

"Kemana vas kesayangan eomma, diganti? atau, eomma timpuk ke Soeun?"

"Dia mengadu padamu?" tanya Jinhee. Taehyung mendengus kesal. Tebakannya benar.

"Aku bahkan belum bertemu dia, dan dia menolak teleponku sejak kemarin,"

Jinhee terdiam lagi.

"Apa mau eomma?"

"Mau eomma? Kau berpisah dengan Soeun,"

"Waeyo? Kenapa aku harus pisah dengannya?"

"Eomma tidak suka sama dia,"

"Apa selama ini aku pernah bertanya pada eomma apa eomma menyukainya?"

"Taehyung-ah," Jinhee menatap tak percaya dengan mulut kurang ajar Taehyung.

Taehyung yang sudah tahu apa yang harus dikatakannya itu menghela napas, menggaruk alis kirinya dan berusaha menahan emosi agar suaranya tidak keras pada eommanya.

"Eomma, dari awal eomma tahu hubungan kami dipaksa karena insiden itu, lalu setelahnya kami jatuh cinta dan eomma sendiri yang mengaku menyukainya, tapi kenapa, hanya karena ketahuan ayahnya bunuh diri, eomma malah membencinya, apa salahnya? Apa dia yang menyuruh appa-nya bunuh diri? Apa dia juga yang menentukan aku untuk menabrak appa-nya? Dan asal eomma tahu, meskipun appa-nya bunuh diri, tapi aku harusnya bisa mencegah kecelakaan itu, jika saja aku tidak mabuk eomma. Eomma harusnya sadar soal itu kan?"

Jinhee terkejut. Taehyung ahli membawa mobil, dan bisa mengerem mendadak di saat yang kritis sekalipun, asalkan tidak mabuk!!

"Takdir yang menjengkelkan ya eomma, aku yang menyetir sambil mabuk bertemu dengan orang yang sudah niat bunuh diri. CCTV yang menjadi bukti timing ayah mertuaku berjalan lebih dulu, ke tengah jalan yang sepi, itu hanya bukti yang terlihat saja eomma, apa eomma tahu yang tidak terlihatnya? aku tidak mengerem eomma, kalau saja aku tidak mabuk, aku bisa melakukannya, dan bisa menghindari tabrakan itu."

JInhee terpaku. Jadi, intinya memang tetap salah Taehyung atas insiden itu.

Taehyung kemudian tiba-tiba tertawa. "Eomma tahu yang lebih lucunya lagi? Aku sudah bicarakan soal ini dengan Jungtae ahjussi, dan eomma tahu apa yang dikatakannya? dia memaafkanku eomma. Astaga eomma, bukankah kita beruntung berbesan dengan keluarga yang benar-benar polos seperti mereka, eomma? Ahjussi menganggap semua itu sudah menjadi takdirku dan Soeun, dia tidak mau usik masa lalu lagi karena dia sudah menitipkan Soeun padaku. Dia menyerahkan Soeun pada anak eomma yang pemabuk ini untuk bertanggung jawab penuh atas hidup Soeun. Eomma juga bisa katakan soal ini pada Soeun agar dia menyadari kalau aku seharusnya tidak mabuk waktu itu, dan setelah itu aku akan mati didepan eomma,"

"Kau tidak akan melakukan itu?" Jinhee meremehkan.

"Waeyo?"

"Waktu itu kau sudah membohongi kami seolah kau bakal bunuh diri padahal tidak, kau takut mati Taehyung, kau tidak mungkin mau mati meninggalkannya,"

"Eomma bisa menjawabnya sendiri ternyata," Taehyung menatap dingin.

Jinhee terkejut lagi. Ucapannya tadi telah membuktikan kalau sekali lagi Soeun meninggalkan Taehyung, jiwa hancurnya Taehyung tidak akan tertolong lagi. Melihat tatapan dingin putra tersayangnya itu membuatnya mengerti Taehyung tidak sekedar mengertak saja sekarang.

Taehyung melanjutkan. "Eomma? yang jahat disini adalah putramu sendiri, tersangkanya adalah aku eomma, kenapa kau malah memperlakukanku seperti malaikat tanpa dosa dan berpikir yang jahat itu Soeun?"

Taehyung kemudian memberikan senyum hambarnya. "Eomma, mau tahu seberapa jahatnya aku? aku menyetir sambil mabuk, aku menabrak appa-nya yang memang niat bunuh diri, aku jatuh cinta padanya, ingin memilikinya sampai ada anakku dalam kandungannya, aku ingin dia selalu hidup bersamaku, bahkan membatasi ruang geraknya agar dia tidak dekat dengan namja lain. Coba eomma hitung berapa banyak kejahatanku pada yeoja polos sepertinya?"

Jinhee tertunduk, tak mampu berkata apapun lagi.

"Waeyo?, kenapa eomma diam?"

"Taehyung-ah, mianhae," Jinhee segera memeluk erat Taehyung. "Eomma minta maaf, jangan tinggalkan eomma, nee? eomma akan menerima Soeun, tapi jangan tinggalkan eomma, nee? eomma menyayangimu," Jinhee mengusapi wajah Taehyung, mengecup pipinya.

"Eomma, mianhae, aku tetap tidak menerima perlakuanmu pada Soeun," ujar Taehyung dingin. Melepaskan pelukan wanita itu.

"Taehyung-ah," Jinhee memelas.

"Aku sudah dicoret dari daftar waris keluarga ini. Eomma dan Appa bisa melupakanku pernah terlahir di rumah ini,"

"Taehyung-ah, jangan bicara seperti itu, apa kau tidak memaafkan eomma?"

"Mianhe eomma, tapi aku bukan bonekamu lagi. Aku bertindak tegas agar eomma tidak mengulanginya lagi,"

"Eomma tidak akan mengulanginya lagi Taehyung-ah,"

Taehyung melepaskan tangan yang menggenggamnya. "Aniya, Eomma pernah berkata seperti itu sebelumnya, waktu Eomma menelepon Soeun yang membuat aku bertengkar hebat dengannya, tapi eomma ternyata masih melakukannya,"

Jinhee terduduk diranjangnya dan menangis. Suaminya benar kalau masalah timpukannya pada Soeun kemarin bakal membuat Taehyung ambil tindakan tegas.

Taehyung meninggalkan kamar eommanya itu sambil menyeka air matanya yang sejak tadi ditahannya agar tidak keluar di depan wanita yang pernah melahirkannya itu. Tapi Taehyung tidak bisa lagi diajak berdamai, dengan menganggap semua yang terjadi bisa dilupakan begitu saja. Ia tahu eommanya berjiwa labil dan sewaktu-waktu bisa melakukan hal yang sama lagi pada Soeun. Ia takut jika selanjutnya terjadi lagi, benar-benar tidak bisa memaafkannya.

"Tuan," seorang wanita muda mendekati Taehyung. "Saya Hyebin, maidnya Sooyoung yang menemani Soeun ke sini,"

"Oh, Sooyoung udah bilang, waeyo?"

"Seharusnya kami pulang sore ini tapi nona Soeun belum pulang ke sini, padahal aku sudah bereskan semua pakaiannya, ini terlalu lama jika cuman jalan-jalan aja," kata Hyebin sambil lihat jam tangannya. Wajahnya terlihat cemas. Hyebin sudah berulang kali ditelepon Sooyoung yang bertanya kenapa mereka belum balik juga.

"Aku pikir, dia ada di kamar," ucap Taehyung, yang berpikir setelah bicara dengan eommanya, ia akan bawa Soeun pulang ke Busan. "Sama siapa dia pergi?"

"Kakak anda,"

Taehyung menatap kesal lalu mengambil hapenya. Menelepon Jinwoo, tapi tidak ada nada, nelpon Soeun sama saja. "Hyung, kau mau main-main denganku ya," geramnya sambil keluar dan saat itu ia melihat Jungtae dan Kim Yugyeom, putra bungsunya Jungtae.

"Ahjussi," Taehyung segera menghampiri.

"Taehyung, Sooyoung nelpon Ahjussi tadi, katanya Soeun belum balik jalan sama Jinwoo?"

"Nee ahjussi," Taehyung tertunduk, malu.

"Hyung, kalau nunaku, kenapa-kenapa kami gak bakal maafin keluargamu," omel Yugyeom.

"Mianhae," Taehyung tak tahu mau dikemanakan rasa malu akibat kelakuan kakaknya ini. Belum lagi eommanya yang menimpuk Soeun!

"Tidak usah pake ngancem Yugyeom, cepat bawa mobil, Soeun terakhir nelepon katanya di pantai, kita mulai dari sana, ayo ke mobil," ajak Jungtae. Taehyung segera masuk dan duduk dibelakang.

"Hyung, jeball, jangan permalukan aku," pinta Taehyung dalam hati.

♡♡♡

"Taehyung-ah?" Kim Jinwoo mendadak tersentak, tadi ia seperti mendengar suara Taehyung saat baru akan menyentuh Soeun yang masih terpengaruh obat tidur.

Di tatapnya Soeun yang seharusnya menjadi miliknya tapi karena kesombongannya, ia yang kesulitan untuk mendapatkannya.

Jinwoo teringat masa lalunya dimana Taehyung pernah berkata untuk tidak mengambil sesuatu yang disukainya.

*Flashback

Kim Jinwoo yang berusia 11 tahun itu menghampiri bocah-bocah yang memukuli Taehyung. Tentu saja badan Jinwoo yang lebih besar dari mereka bisa memenangkan perkelahian. "Jangan ganggu adikku," teriak Jinwoo yang berhasil membuat mereka kabur.

"Taehyung, kenapa gak lawan sih," omel Jinwoo.

"Kalau Tae lawan, buah kesemeknya bakal diambil mereka hyung, Tae kan di kasih ssaem, tapi mereka mau ambil," Taehyung perlihatkan buah berwarna orange ranum yang ditampung kaosnya.

"Heh?" Jinwoo menatap heran. Taehyung tidak melawan hanya untuk melindungi buah kesemek?

"Ini hyung, kesemeknya untuk hyung, hadiah dari Tae hyung, chulkae ya hyung, Tae cuman bisa kasih ini," Taehyung menyodorkan tiga buah kesemek yang dilindunginya.

"Pabo," Jinwoo menjitak Taehyung. "Kau tahu gak banyak makan buah ini bisa bikin susah bab?"

"Eh? Benarkah? Tae gak tahu soal itu hyung, berarti Tae harus banyak tahu ya?, kata Harabeoji jadi dokter bisa banyak tahu, " Taehyung mikir keras.

Jinwoo tersenyum lalu memeluk adiknya erat. "Gomawo namdongsaeng, hanya kau dan heolmeoni yang ingat ultahku, eomma dan appa terlalu sibuk, tidak ingat kalau aku ada,"

"Hyung," kata Taehyung, yang makin pererat pelukannya. "Jangan khawatir hyung, ada Tae hyung, Tae akan selalu ingat hyung, selalu ingat ultah hyung, hyung pabo, jangan nangis,"

Jinwoo malah makin menangis saat tangan Taehyung mengusapi pipinya yang basah. Kemudian karena ingat jam pulang sekolah. Ia langsung menggendong Taehyung dipunggungnya.

"Hyung, mulai hari ini, apapun mainan Tae boleh jadi milik hyung juga," ucap Taehyung sambil memainkan rambut belakang kakaknya.

"Pabo, bukannya kau yang ambil semua mainanku,"

"Iya sih, tapi kan kadang Tae juga kasih mainan Tae, tapi hyung, kalau Tae suka sesuatu jangan diambil ya, Tae pasti sedih kalau hyung yang ambil,"

"Waeyo?"

"Karena Tae menyayangimu hyung," Taehyung mempererat pelukan dileher kakaknya. Jinwoo terdiam lalu tersenyum.

Sesampainya di rumah Jinwoo terkena omel karena Taehyung terluka lalu Taehyung menjelaskan ia dipukul teman sekolahnya yang mau ambil buah kesemek.

"Ya sudah kalau bukan Jinwoo yang memukulmu, Taehyung-ah chulkae sayang, ah, yang ke berapa ya yeobo," tanya Jinhee.

"7 tahun," jawab Hanseo.

Jinwoo tersentak. Bukankah sekarang ulang tahunnya, sementara ulang tahun Taehyung masih lama. Jinwoo yang kesal segera pergi, ke rumah neneknya yang berada tak jauh dari rumah ayahnya.

"Hyung," Taehyung ingin mengejar tapi ibunya memaksanya mencoba pakaian barunya.

"Eomma," Taehyung langsung menyingkirkan baju didepan dadanya. "Yang ulang tahun itu hyung, bukan Tae eomma,"

"Eh? Benarkah?" Kedua orang tuanya saling menatap.

Taehyung kesal dan mengejar Jinwoo sampai ke rumah neneknya. "Heolmoni, dimana hyung?" tanyanya.

"Di rumah pohon, ohya, suruh dia turun, kita rayakan ultahnya," ucap heolmeoni

"Nee, heolmeoni," Taehyung menatap senang. Neneknya yang pikun bahkan tidak pernah lupa ultah Jinwoo.

Kemudian Taehyung naik ke rumah pohon yang dibuatkan mendiang kakek mereka setahun yang lalu, kemudian ia menggedor ruang kecil yang jadi miliknya dan Jinwoo. "Hyung, buka pintunya hyung,"

"Pergi kau, anak kesayangan,"

"Hyung, Tae menyayangimu hyung,"

"Bohong, kau sama kayak eomma dan appa,"

"Hyung, Tae gak sama kayak mereka, Tae ya Tae hyung,"

Jinwoo kemudian membuka pintu bergambar kurcaci itu. "Jjincha?"

"Nee," Taehyung pamerkan senyum kotaknya yang khas lalu memeluk kakaknya itu. "Mianhae hyung, kalau Tae sudah buat eomma dan appa melupakan hyung, tapi tolong jangan menyalahkan Tae,"

*Ending Flashback

Jinwoo mengambil hapenya lalu menghidupkannya. Ia mendapat pesan dari Taehyung, ayahnya, ibunya dan juga Heecul.

"Hyung, kau dimana? Kau benar ingin main-main denganku? Jebal, telepon aku!!!" tulis namdongsaengnya.

"Anak sial, kemana kau bawa iparmu? jangan buat aku malu, kau tahu ini memalukan Jinwoo!!" tulis appanya.

"Jinwoo, eomma minta maaf jika pernah melupakanmu, tolong kembalikan Soeun," tulis eommanya.

"Jinwoo, sudah kuingatkan jangan ganggu Taehyung-ku. Astaga, kau sudah keterlaluan," tulis samchonnya.

Kim Jinwoo menatap dingin semua pesan itu. Kemudian ia menelepon Taehyung.

"Hyung," Terdengar suara Taehyung.

"Kita ketemuan Taehyung, hanya kau dan aku,"

"Kim Jinwoo, jangan macam-macam kau! Dimana kau sekarang!" teriak Jungtae.

"Taehyung, temui aku di tempat favorit kita untuk liburan, sendiri," ancam Jinwoo.

Jinwoo kemudian mematikan hapenya lagi. Taehyung menghela napas.

"Yugyeom, bisa berhenti sebentar," pinta Taehyung dan saat Yugyeom menepi, Taehyung langsung pergi dan menaiki taksi.

"Appa, gimana nih," Yugyeom panik, karena Taehyung jalan ke seberang dan berbalik arah, Yugyeom tidak bisa sembarangan putar balik.

Jungtae menghela napas. "Biar dia urus sendiri kakaknya itu,"

"Tapi appa,"

"Kita tunggu aja, kalau Taehyung tidak bisa bawa pulang Soeun, kita lapor polisi,"

♡♡♡

Taehyung mendatangi gedung kecil dengan kondisi usang bekas rumah sakit yang pernah terbakar 4 tahun lalu. Karena kondisi yang sudah rusak parah, tidak ada perbaikan sama sekali. Tapi tempat ini jadi tempat favorit Taehyung dan Jinwoo untuk menguji keberanian mereka. Tidak ada satupun keluarga yang tahu mereka sering berkemah di atap gedung rumah sakit ini.

"Oh?, Taehyung, kau sudah datang?" ujar Jinwoo yang kini berjalan di tepi gedung.

"Hyung," Taehyung tertegun melihat Jinwoo seperti biasa tidak pernah takut berjalan di tepi batas gedung.

"Kau ingat pertama kali kita kemah disini? Kau ketakutan, kau bilang kau lihat hantu, padahal kau cuman ingin pulang, kau ingat?"

"Nee,"

"Kita main lucky or not lagi, gimana?"

Taehyung tersentak Jinwoo menyebutkan permainan mereka yang berbahaya. Dimana permainan itu adalah tentang keberuntungan hidup atau kesialan menuju kematian. Tapi dulu permainan akan dihentikan jika salah satunya menghadapi kesialan berada di sudut tepi atap gedung.

"Hyung, berhenti bercanda seperti ini hyung, dimana Soeun?" Taehyung tidak ada waktu untuk meladeni permainan itu.

"Kau mau main atau tidak," Jinwoo menatap dingin.

Taehyung menatap bulan diatasnya, walau terang, ia tahu ini terlalu malam untuk lama-lama berada di tempat menyeramkan ini.

"Mau main gak?" Jinwoo emosi.

"Nee, hyung," Taehyung terpaksa setuju.

Taehyung segera berdiri ditepi gedung dari sisi yang lain. Mau tak mau ia harus mengikuti maunya Jinwoo agar bisa menemukan Soeun.

"Kita mulai,"

"Nee," Taehyung berusaha untuk tidak melihat kesebelah kanan, salah gerak dikit ia bakal jatuh dan menghantam tanah.

"Hana, deul set,"

Taehyung sesekali menang pada Kai Bai Bo (suit korea) dan menyebabkan Jinwoo yang terus maju menuju sudut gedung. Ia berpikir hyung-nya itu sengaja kalah.

"Hana deul set,"

Jinwoo kalah lagi dan Taehyung segera lari untuk menangkap Jinwoo lalu mendorong tubuh kakaknya ke tempat aman.

"Gila!! kau benar-benar sudah gila hyung!!" bentak Taehyung yang kini berada di atas tubuh kakaknya itu.

"Nee, memang aku begitu, kau baru tahu? kenapa kau tidak biarin aja, kau bakal rugi," Jinwoo tersenyum smirk. Meremehkan kebodohan Taehyung yang menyelamatkannya.

"Kau ingin mati, baik, kubunuh kau," Taehyung segera meninju Jinwoo dengan keras. "Lawan aku, hyung, jangan diam aja!!!" Taehyung menarik jaket kakaknya itu ke arahnya.

♡♡♡

Soeun mengerjapkan matanya, kondisi terlihat gelap dan hanya sinar bulan masuk lewat jendela yang menerangi. "Dimana aku?" tanyanya sambil mengucek matanya. Melihat sekitarnya lalu menoleh pada bedrest usang yang ditempatinya.

"Taehyung-ah," ketakutan Soeun pada hantu muncul. Ia tidak suka hal-hal berbau horor, makanya setiap diajak nonton film horor di bioskop sama Sooyoung, ia bakal pura-pura sakit.

"Nampyeon?," ia terus berjalan menyusuri suasana minim cahaya. Rasa takutnya semakin besar, seolah ia tidak sendirian sekarang, ia juga bingung kenapa ia berada di rumah sakit usang ini!

"Eotthoke, apa aku bermimpi, kalau iya, tolong bangunkan aku, ng? dimana pintu keluarnya ya?" Soeun terus berjalan. Berusaha beranikan diri.

Soeun berhenti saat tiba-tiba ada yang melingkarkan dua lengan mengunci tubuhnya, memeluknya dari belakang. Matanya melotot kaget. Siapa yang ada dibelakangnya?

"Andwae, tuan hantu, nyonya hantu, jangan apa-apakan aku," Soeun menutup matanya.

"Kalau menciummu boleh?"

"Gak boleh, ngg?" Soeun mengerutkan keningnya lalu membalik badannya dan terkejut melihat Taehyung.

"Waeyo, kau kaget bertemu hantu tampan sepertiku?" Taehyung tersenyum. Senang bisa menemukan Soeun lebih cepat setelah Jinwoo mengatakan keberadaan Soeun.

"Nampyeon, kau disini?" tanya Soeun kaget. Apa ia beneran mimpi?' pikirnya. Harusnya Taehyung kan di Jepang.

"Dan kenapa kau disini?" tanya Taehyung balik.

Soeun tampak berpikir. "Tidak tahu, saat bangun, aku sudah disini,"

Taehyung menatap heran. Soeun lupa kalau dirinya pergi sama Jinwoo? "Terserahlah," Taehyung tak peduli lagi momnesia Soeun yang parah itu. Memang lebih bagus lupa.

"Yang penting hantu tampan ini mau menciummu sekarang," Taehyung ingin mendekatkan wajahnya. Tapi Soeun yang cemberut menjauhkan wajah tampan suaminya itu.

"Waeyooooo?" Taehyung natap kecewa.

"Enak tidur sama Maki-nya?" tanya Soeun.

Taehyung ternganga. "Waeyoooo? yang itu kenapa tidak dilupakan aja sih," Taehyung natap frustasi.

"Jadi benar kan kau tidur sama dia?"

"Aniya," Taehyung menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Aku gak ngapa-ngapain dengannya. Jjincha, ada Minjae dan Seungyoon juga disana,"

"Mereka bisa aja sengkongkol denganmu. Namja biasanya bisa nyimpan kebusukan kawannya,"

Taehyung natap lesu. Ini sisi ngambek Soeun yang nyebelin parah itu! Ia benci sisi Soeun ini! Tapi karena ia benar tidur disamping Maki, jadi sulit untuk bela dirinya.

"Aku mau pulang," Soeun yang kesal berjalan lebih dulu, tapi saat merasakan udara dingin didepannya. Ia berbalik lagi menubruk dada Taehyung. "Pulang bersamamu, maksudku," gugupnya.

Taehyung tertawa geli dan mengusap kepala istrinya itu. "Tenanglah, semua hantu takut denganku, yeobo," Taehyung bersombong ria, padahal ia dulu pernah takut juga sama rumah sakit yang terkenal angker ini.

♡♡♡

Taehyung menelepon ayahnya agar asisten ayahnya datang ke rumah sakit usang yang diberi tahu lokasinya untuk menjemput Jinwoo, yang ia kurung di salah satu kamar rumah sakit. Kondisi kakaknya itu terluka olehnya dan khawatir kakaknya ada niat bunuh diri lagi, ia mengurungnya.

Jinwoo mengatakan padanya alasan Jinwoo membawa Soeun dan juga kenapa Soeun mau saja diajak kencan olehnya. Ia mengancam Soeun soal luka dikening yang bakal dilaporkannya pada paman Soeun dan Taehyung.

Jinwoo juga sempat meminta maaf padanya, dan ternyata telah memegang janji mereka di masa lalu, dengan tidak mengambil apa yang disukainya. Taehyung lega kakaknya masih bisa berpikir waras, walau ia sudah curiga ada yang tidak beres sebenarnya dengan mental Jinwoo.

Sementara kini ia dan Soeun berada di KTX bersama Hyebin, setelah pamit pada Jungtae dan keluarganya. Taehyung mengatakan pada ayahnya ia tidak bisa lagi menoleransi sikap ibunya dan ayahnya berharap Taehyung bisa kembali ke Daegu setelah semuanya tenang.

Di dalam gerbong VIP yang ditempatinya, Taehyung duduk pisah dengan Soeun yang saat ini istrinya itu duduk berhadapan dengan Hyebin.

"Nona, tuan yang disana sepertinya merana deh," ucap Hyebin, yang kini kena sial berada diantara pasutri yang bertengkar tanpa ia tahu penyebabnya. Bukankah harusnya mereka bermesraan karena bisa bertemu lagi?

"Biarin aja," Soeun masih menatap pemandangan dari balik kaca. Taehyung memberi kode pada Hyebin untuk menyingkir dari tempatnya. Membuat si maid menatap masam. "Nona aku permisi ke toilet dulu ya," ucap si maid sambil berdiri.

"Tadi kau sudah ke toilet kan?" Soeun natap heran.

"Aku terlalu banyak minum tadi, mian," kata Hyebin yang langsung pergi. "Kenapa harus minta maaf," Soeun natap bingung. Tapi kemudian ia menatapi kembali view disampingnya dan menjadi kesal melihat Taehyung pindah duduk di depannya.

"Akh, kenapa kau didepanku?"

"Kau akan rugi anggurin wajah tampanku,"

"Oh, tentu saja, Maki pun sepertinya tidak bisa siakan wajahmu, sampai tidur disampingmu," balas Soeun. Taehyung cemberut.

"Akh, kenapa kau melihatku terus, bikin kesal," Soeun langsung berdiri dan Taehyung menarik tangannya hingga ia terjatuh ke arah Taehyung. Namyeonnya itu mengunci tubuhnya lagi.

"Jangan coba-coba," ancam Soeun.

"Waeyo? gerbong ini sepi kok," Taehyung mencari lokasi yang enak untuk dikecupnya leher Soeun itu. Soeun tidak mandi aja baunya enak, apalagi tadi Soeun sempatin mandi sebelum mereka berangkat. Bau yeoja-nya itu selalu segar.

"Tau malu dikit," omel Soeun.

"Kau lupa, aku tidak punya urat malu, kalau bersamamu?"

Tubuh Soeun melemas. Bangga sekali Taehyung bicara seperti itu. Sungguh, ia tidak sangka bakal mendapatkan suami seperti Taehyung ini. Taehyung mengarahkan kepalanya ke arah namja itu, lalu mencium bibirnya saat gerbong yang mereka tempati ini memasuki mulai gelap karena memasuki lorong.

"Akh!" kening mereka beradu. Terlalu keras hingga sama-sama mengusapnya.

"Sakit yeobo," Taehyung cemberut.

"Pabo," Soeun yang kesal segera berdiri dan pindah duduk. Diambilnya hapenya, dan memasangkan earphone ke telinganya. Taehyung menghela napas karena hanya ditatapi kesal oleh Soeun.

Biarlah, toh kemarahan Soeun itu bukti Soeun mencintainya. Ia butuh juga kan kecemburuan Soeun yang menyebalkan itu.

Yang penting, Soeun dan buah hatinya berada ditangannya kembali.

♡♡♡

Part 17
To Be Continue

Thanks For Read, Vote, and Comment Chingu 😊

Continue Reading

You'll Also Like

13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
109K 11.3K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
1M 63.2K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...