LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJ...

By Rsha-Kim

15.2K 1.5K 761

[COMPLETE] "Pengantinku kabur saat malam pertama. Tidak ada lagi yang terasa lebih hina dari perlakuanmu itu... More

Part 1 - Who Are You?
Part 2 - She's Falling In Love
Part 3 - Reason
Part 4 - Two Choices
Part 5 - Keep Status
Part 6 - Always Wrong
Part 7 - Today is Your Day
Part 8 - Protect You
Part 9 - Love Me Right?
Part 11 - The Man Who Can't Be Moved
Part 12 - Because She's Mine
Part 13 - Your My Baby
Part 14 - Memori Weakened
Part 15 - Try To Make Peace
Part 16 - Ignominy
Part 17 - Promise of the past
Part 18 - Warning
Part 19 - Tears and Laughter
Part 20 - The Annoying Mastery
Part 21 - Post-Wedding
Part 22 - Lost
Part 23 - Demand From Mr. Arrogant
Part 24 - Decision
Part 25 - I Love You
Part 26 - Let Me Have It
Part 27 - Just Go Away
Part 28 - Uncovered
Part 29 - What is Wrong?
Part 30 - Forgive or Not
Part 31 - Wedding Ceremony
Part 32 - Treasure

Part 10 - Offer

469 55 16
By Rsha-Kim

Happy Reading, chingu 😁

Love Me Right
Part 10

♡♡♡♡♡♡

Soeun POV

Aku menguap lebar, air dipelupuk mata segera kuhapus. Akh, beneran kenapa aku jadi ikutan malas menyambut pagi padahal subuh tadi aku sudah bangun, mandi dan berberes tapi karena lihat Taehyung nyenyak sekali tidurnya, membuatku berbaring disampingnya lagi.

Bruk!

"Omo," aku kaget dan menoleh ke arah Taehyung yang barusan keningnya kepentok lemari kayu. Namja-ku itu pasti saking enaknya tidur di kasur lantai, tidak sadar pada ruang sempit.

"Appo," keluh Taehyung yang meringkuk sambil mengusapi keningnya yang sakit "Yeobo. Appo!" adunya sambil duduk. Aku segera mendekat untuk memeriksanya, keningnya memerah seketika. Tapi kan tidak perlu cemberut gitu banget mukanya. Ini kan cuman kepentok aja. Bukannya dia sudah terbiasa.

"Kuambil kompresan dulu, rasanya eomma punya kemarin,"

"Aniya, tidak perlu, dicium aja, nanti sembuh," katanya sambil melingkari dua tangannya dipinggangku. Merapatkan tubuhku ke arahnya.

"Mau kepentok lagi?" tawarku dengan tangan mengepal.

"Nee, ambilkan kompres untukku," Taehyung jawab kalem.

Aku tertawa geli dan segera keluar kamar sempit ini lalu kukompres keningnya itu agar tidak timbul benjol. Ekspresinya masih saja cemberut. Salahnya sendiri tidak lihat situasi kalau mau bermesraan, rumah eomma yang baru ini sungguh sempit, apa yang kami bicarakan bahkan dengan suara kecilpun bakal terdengar eomma di sebelah.

Taehyung kemudian kusuruh cuci muka tapi dia mengeluh dengan dinginnya air untuk basuh mukanya.

"Sso, nampyeon kesayanganmu ini tidak kuat air dingin, masakan air untuk pangeranmu ini, ya ampun, baru sehari saja kau sudah tidak tahan hidup susah ya, Taehyung,"

"Eomma," aku memukul pelan bahu eomma lalu memberikan handuk pada Taehyung. "Kau mau dimasakin air Tae?" tanyaku yang lupa menyediakannya karena sebelumnya memang aku tidak perlu persiapkan air hangat untuk basuh muka. Rumah sebelumnya, kami punya persediaan air hangat.

"Aniya, gak perlu," Taehyung yang mengusap kering wajahnya segera pergi ke kamar mandi yang sama sempitnya. Usai mandi dan hanya memakai kulot saja, seperti kebiasaannya, dia masih terlihat kedinginan dibalik handuk sambil sibuk mencari pakaian yang bakal dipakainya hari ini.

"Nampyeon," aku segera mendekat, dan memeluknya. "Apa sedikit hangat?" tanyaku. "Nee," katanya sambil mempererat pelukannya. Aku tersenyum, aku rasa Taehyung tak pernah hidup susah sejak dilahirkan kedunia, hingga kondisi ini pasti membuat dirinya seperti dihempaskan ke bumi begitu saja. Terlalu cepat untuk terpaksa diterimanya. Demiku dan bayi kami.

"Sso, kita harus pindah dari sini, Heechul ahjussi punya dorm di pusat kota, dia suruh kita tinggal disana, tempatnya juga dekatan sama Choi Hotel, terus sama kampusmu," bujuk Taehyung. 

"Tapi, aku gak enak," aku merasa ragu.

"Jangan mikir gitu, baginya kau itu sudah sepaket denganku, jika dia menyayangiku, berarti dia harus menyayangimu. Dia tidak mau lihat kita tinggal di tempat sempit ini, yah, itu salahku sih karena foto rumah ini, sampai dia nanya ini rumah apa kandang ayam," ucapnya yang membuatku memukul bahunya.

Gantian aku yang cemberut. Terbukti kan Taehyung belum bisa menerima kondisi barunya ini, sampai mengadu pada pamannya soal dia tinggal di rumah mini ini. Tapi apa yang dilakukan Heechul Ahjussi juga tidak salah sih, sama seperti pamanku yang tidak ingin aku sengsara setelah ditinggal Appa, malah suruh penabrak saudaranya untuk menikahiku. Kedua paman itu hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kami keponakannya.

"Eomma boleh ikut?" tanyaku sambil lepas pelukan.

"Tentu saja,"

"Eomma tetap tinggal disini," teriak eomma yang bisa dengar percakapan kami.

"Eomma, gimana bisa aku meninggalkanmu disini," omelku tanpa susah payah harus menemuinya.

"Harga diriku!" oceh eomma sambil melonggok ke dalam kamar kami. "Tidak akan kubiarkan besan menginjak harga diriku, sudah iparku di penjara kemarin, lalu aku harus tinggal di rumah keluarga suamimu itu, idih, tidak sudi,"

"Eomma," Aku mengerti perasaan sakit hatinya tapi aku juga tidak mungkin meninggalkannya.

"Sso, jangan dibantah," cegah Taehyung saat aku ingin menjawab lagi.

"Eomma," panggil Taehyung. "Kalau gitu balik lagi ke rumah Appa ya, aku tidak jadi jual rumah itu, mau ku renovasi, lagian kan sudah tidak serem lagi wilayah sana,"

Eomma tampak berpikir.

"Eomma, jeball, itu rumah menantumu, bukan rumah besanmu eomma, rumah ini terlalu sempit, aku tidak mungkin biarkan eomma lama-lama disini, selama ini eomma kan bilangnya tinggal di rumah teman eomma yang besar jadi aku tidak khawatir,"

"Tidak usah, kau jual saja rumah itu, lagian kalian tidak bakal balik ke sana lagi kan?"

Aku dan Taehyung saling menatap ragu. "Eomma serius, tidak ada masalah eomma tinggal disini, orang-orang disini juga lebih ramah dibandingkan di sana yang suka bergosip. Bawa saja Soeun ke dorm Heechul Ahjussi-mu itu! eomma akui rumah ini memang sempit, eomma tidak mau Soeun malah jadi stress, atau kau yang jadi stress karena rumah seperti kandang ayam ini, ckckck, kasihannya pangeran ini," decak Eomma.

Aku lihat ekspresi Taehyung bete diejek eomma. Usai eomma keluar lagi, aku memegangi tangan Taehyung, berharap bisa mencairkan kekesalan dihatinya. Kupeluk lagi tubuhnya.

"Sso, sepertinya mobilku juga harus kujual,"

"Jangan dulu, kau hanya buat orang tuamu membenciku, tenanglah Nampyeon, kita akan pikirkan gimana ke depannya, pasti akan ada kemudahan dibalik kesulitan, percayalah." Aku memeluk semakin erat tubuhnya. Kasihan juga, ia sampai rela menjual mobil kesayangannya itu yang seingatku dikatakannya adalah hadiah kelulusan dan mengibaratkan mobil sedannya itu sebagai kekasih pertamanya.

"Astaga, kalian, bikin kesal," Eomma terlihat jengkel dan keluar kamar lagi. Aku melepaskan pelukan dan menatap Taehyung. "Kita memang harus pindah," putusku dengan wajah kesal. Eomma kalau sudaj sakit hati sulit untuk berdamai dengannya.

"Gomawo," Taehyung menakup pipiku lagi dan aku menghalagi bibirnya yang ingin mencium. Bisa kena lempar teflon eomma nanti.

Usai membereskan segala pakaian dalam tas, Taehyung bakal lebih dulu pergi ke dorm pamannya yang kosong untuk mengecek. Passwordnya sudah diberitahu jadi Taehyung bisa langsung masuk ke dorm itu.

Aku bersiap ke Choi Hotel lebih cepat untuk minta jam shiff-ku ditambah. Yah, walau pada akhirnya gajiku nanti tetap bakal dipotong Siwon Oppa karena uangnya sudah kupakai untuk biaya semester kemarin. Tapi aku butuh uang lebih. Tidak bisa hanya mengandalkan Taehyung yang juga tampaknya masih syok dengan resiko yang diterimanya sekarang.

Aku menatap langit yang berawan di pagi hari. Akh, kuharap cuaca selalu seperti ini untuk selamanya. Membuatku merasa dilindungi oleh Sang Kuasa. Tapi tetap saja aku selalu wajib memakai body lotion dan segala vitamin agar alergiku tidak timbul jika matahari tiba-tiba saja nongol. Payung pun juga tak pernah lupa kubawa, walau ini lebih merepotkan dibandingkan aku memakai coat, celana training dan masker.

"Kajja," seruku sambil melangkahkan kaki menuju halte bus. Aku berpisah dengan eomma karena eomma naik bus yang lain. Katanya eomma bekerja di sebuah supermaket sebagai kasir berkat bantuan temannya. Sekali-kali aku harus mampir ke tempatnya kerja untuk memijitnya.

Di ruang kantor Siwon Oppa yang berada di sebelah restoran hotelnya ini, aku dipanggilnya. Akh, kuharap bukan soal keluhan karena aku sudah berusaha maksimal dalam pelayananku.

"Kudengar kau sudah menikah?" tanya Siwon yang mengejutkan lamunanku. "Gossipnya sampai bikin telingaku sakit,"

"Nee, Oppa," kataku gugup.

"Kau kupecat dan bayar hutangmu itu,"

"Hee?" Aku syok dengan permintaannya. Untuk menggantinya sih ada, karena Taehyung pernah isi tabunganku cuman, masa ganti sekarang, di pecat pula.

"Sso, jangan berwajah serius gitu," ucap Siwon sambil mencubit pipiku. "Oppa cuman bercanda, masa sih, Oppa tega sama sahabat Sooyoung,"

"Oppa," aku terpana.

"Lupakan yang kukatakan tadi, oke, maka aku akan lupakan hutangmu,"

"Heh?"

"Nee, anggap saja apa yang kubayar kemarin tidak ada, hmm, Sso," Siwon Oppa memegangi tanganku sambil menepuk pelan punggung tanganku. "Aku pernah bilang kan, kau harus anggap aku seperti kakakmu sendiri, dalam kesulitan apapun, kau harus bilang padaku. Sooyoung juga sangat senang jika aku angkat kau jadi adikku,"

"Oppa, tidak perlu sampai begitu, aku benar-benar akan bekerja keras untuk menggantinya,"

"Sso," Siwon Oppa menatapku tajam. "Kau mau aku pecat dan hutangmu kutambah?"

"Aniya Oppa," aku menggeleng cepat. "Gomawo Oppa." aku menundukkan kepala. Siwon Oppa mengusap kepalaku. "Kembalilah kerja, oya, besok aku mau travel lagi, kau awasi Sooyoung dan Jaebum ya, jangan sampai mereka kelewat batas, anggap saja kau kukasih misi untuk awasin mereka,"

"Oppa, tapi kau membiarkan mereka travel berdua aja," kataku heran. 

"Tapi sejauh ini Sooyoung bilang dia emang tidak macam-macam  kok sama Jaebum,"

Aku hanya memaksakan senyum. Aku tak tahu apakah Sooyoung jujur atau memang kakak Sooyoung ini yang bodoh sudah percaya ucapan Sooyoung. Jika melihat kemesraan Sooyoung dan Jaebum didepanku, kupikir hubungan mereka jauh lebih mirip sepasang suami-istri dibandingkan aku dan Taehyung.   

♡♡♡♡♡

Author POV

"Ahjussi, aku sudah di dorm nih, gomawo,"

Taehyung tak mendapat sahutan dan ia tahu penyebabnya. "Hyung, aku sudah di dorm,"

"Akh, oke kalau gitu, pakai sesukamu saja,"

"Gomawo hyung, tapi aku gak mungkin tinggal gratis disini, hyung boleh ambil mobilku,"

"Oh, Tae-tae honey, kita bicarakan itu nanti, aku sibuk,"

Taehyung natap bete hubungan telepon itu diputus sepihak. Ia tahu pamannya itu sangat sayang padanya dan tidak mau ia hidup susah di Busan ini tapi Taehyung sadar, pamannya hanya akan membantu soal tempat tinggal saja, kalau biaya hidup tentu harus dicarinya sendiri. Taehyung menatap buku rekening yang baru diprint-nya. Jumlahnya sih lumayan jika hanya ia sendiri yang pakai. Mungkin ia harus berhenti beli barang tidak berguna ke depannya.

"Oh My God," Taehyung menjambak rambutnya sendiri. Kemarin ia memang bilang berkat mereka tidak jadi cerai ia tahu apa yang harus dilakukannya tapi itu hanya manisan di mulutnya. Realitanya ia tidak tahu pekerjaan apa yang harus dilamarnya. Ia nyaris tidak pernah merasakan yang namanya kerja kasar sekalipun. Kerja dengan Heechul ia pakai otaknya dan keahlian desainnya. Hidupnya biasa dilayani dan gimana cara ia melayani orang?

"Ah, keluar aja dulu,"

Taehyung keluar dari gedung apartemen dan memilih untuk jalan kaki, siapa tahu dapat ide. Dipakainya tudung jaket hoodienya sambil menundukkan kepala sesekali. Memperhatikan orang-orang yang lewat. Menyimak berita pada tv gedung sambil merenungi terus apa yang harus ia lakukan.

"Kim Taehyung?"

Taehyung menoleh pada gadis yang ia pikir bukan orang korea. Tunggu? Rasanya sih dia pernah lihat gadis ini. Akh, si artis bernama Maki itu.

"Sedang apa?" tanya Maki yang berdiri disamping namja itu.

"Tuh," tunjuk Taehyung pada tv yang ditatapnya. Ini cewek basa-basinya nyebelin banget setiap ketemu, gerutunya. Tidak lihat apa ia cuman natap TV besar aja.

Maki yang dipanggil managernya meminta waktu sebentar. "Liburan ngapain aja Taehyung?"

"Hmm," Taehyung memegangi dagunya, sibuk mikir. "Sepertinya tidak ada cerita yang perlu kubagi deh, mian,"

"Akh, sayang sekali," kata yeoja Jepang itu kecewa. "Oya, apa kau butuh kerjaan, aku akan memberikannya jika kau mau,"

Taehyung mendelik heran. "Kau, tahu dari mana aku butuh kerjaan?"

"Kelihatan dari tampang susahmu," kekeh Maki. Taehyung mengambil hapenya sendiri dan berkaca. Apa kelihatan banget ya. Maki malah tertawa melihat kelakuan Taehyung itu.

"Ini kartu nama restoran sepupuku, kau bisa mendatanginya kalau mau," Maki menyodorkan kartu nama ke tangan Taehyung yang langsung di ambil oleh Taehyung.

"Sudah ya Taehyung, aku pergi dulu," salam Maki sebelum pisah.

Taehyung menatapi kartu nama di tangannya. Jadi apa ia kalau diterima, bagian dapur untuk orang sepertinya rasanya tidak mungkin. "Jadi waitress dong," keluhnya sambil menundukkan kepala. Untuk orang mudah emosi sepertinya gimana bisa jika ia bertemu tamu banyak tingkah.

♡♡♡♡♡

"Eoh? Eommanya Soeun kan?" Hyeso menyapa.

Misun menatap costumer yang ada didepannya. Terkejut melihat mamanya Jungkook. Pada jam istirahatnya Misun, Hyeso mengajak untuk mengobrol. "Mianhae, jadi ganggu jam istirahat eommanya Sso," kata Hyeso saat dihampiri Misun. Ia sudah memesankan makanan untuk mereka berdua.

"Ah, tidak, aku yang justru senang, eommanya Jungkook mau mengobrol denganku,"

"Panggil saja Hyeso, ah, sepertinya aku lebih tua, panggil saja Unnie,"

"Ah, rasanya terlalu lancang menyebut dosen putriku dengan sebutan itu,"

"Tidak apa, ini rahasia kita saja,"

Misun tertawa dan Hyeso mengulum senyumnya. 

"Sso itu di kampus suka sekali bertanya, apa saja ditanyanya, yah tapi itu juga karena dia ansos sih, temannya aja cuman satu, jadi dosen malah dijadikannya teman," Hyeso mengingat momentnya yang selalu dikejar Soeun dengan pertanyaan tapi untungnya ia tidak pernah bosan.

"Iya Sso memang begitu, kalau sudah nanya detail, maaf kalau unnie jadi merasa repot," kata Misun malu.

"Tidak sampai repot kok, anakmu itu cerdas, kalau aja kondisinya tidak lemah sampai kadang buat dia gak masuk,"

"Nee, kalau sudah tidak masuk, biasanya memang benar-benar lelah, tapi kalau sakit dikit dia tetap dipaksain untuk kuliah,"

Keduanya kemudian terhening. Tidak tahu obrolkan apalagi karena ini pertama kalinya mereka mengobrol panjang. Sewaktu Misun menjemput Soeun di rumah Jungkook, ia mengucapkan terima kasih lalu basa-basi sejenak kemudian mengajak Soeun pulang.

"Sayang sekali ya Soeun itu sudah menikah," gumam Hyeso sambil mengaduk ttaeokbokinya yang baru datang. Misun yang juga menerima makanan dari waitress tersenyum miris. Awalnya memang ia senang dengan pernikahan Taehyung dan Soeun tapi melihat mereka sekarang bersama, perasaannya semakin berat untuk menerimanya.

"Padahal dulu aku ingin sekali mengenalkannya pada Jungkook," Hyeso memakan lagi ttaeokbokinya. Misun menatap wanita itu heran. Apa tidak salah bicara dosen yang masih terlihat segar di usia paruh baya itu? Soeun yang tampilannya aneh dan ansos pernah mau dikenalkan dengan putra wanita itu yang sudah dilihatnya kemarin tampan, tinggi dan juga manis.

"Aku tidak bercanda Misun-ah, aku menyukai karakter Soeun, dia agak berbeda dari mahasiswi-mahasiswi yang pendekatan denganku hanya karena Jungkook, Soeun murni bertanya karena dia memang tidak tahu, apalagi Jungkook ternyata menyukainya,"

Misun tersenyum. "Jungkook sangat tampan dan baik hati, tanpanya, aku pasti kehilangan Soeun kemarin,"

Hyeso menghela napas. "Aku lihat kemarin mereka mengobrol bertiga, Jungkook sepertinya patah hati, dan sejak itu, dia jadi jarang bercanda, agak jadi tuli juga kalau di suruh, biasanya dia bakal langsung pergi setelah mendengar omelanku. Makanya aku sekarang ada disini, belanja sendiri,"

Misun merasa tak enak. Intinya wanita itu ingin mengatakan perubahan sikap Jungkook adalah karena putrinya. "Sebenarnya, hubunganku dan keluarga besan tidak harmonis karena suatu sebab, dan aku tidak bisa menerima Taehyung lagi sebagai mantuku, rasanya agak aneh untuk menerimanya sekarang,"

"Benarkah?" Hyeso terkejut.

Misun mengangguk dan kemudian menceritakan semuanya karena baginya Hyeso itu sangat berpaham. "Ya ampun, kenapa jadinya seperti itu. Maaf Misun-ah, suamimu memang salah sudah bunuh diri, tapi mereka juga salah, kalau saja mereka kabulkan permintaanmu untuk ganti rugi uang saja, pasti masalah selesai, tapi karena mereka publik figur dan berpikir kalian bakal sebar aib, mereka memaksa Taehyung untuk menikahi putrimu karena permintaan iparmu. Kenapa tidak ditolak aja permintaan iparmu itu. Ini artinya mereka mau menang sendiri dan setelah korbannya ternyata Taehyung, mereka pakai kekuasaan mereka, Astaga, ternyata begitu cara orang-orang atas tunjukin egoisnya,"

Misun mengangguk sambil tersenyum. Senang sekali bisa sehati dengan ibunya Jungkook itu. Hal ini membuatnya menyesal pernah setuju ide gila iparnya itu atau seharusnya memang mereka tidak pernah ke Daegu hingga insiden itu tidak akan terjadi.

"Apa ada kemungkinan mereka bisa dipisah?"

"Heh?"

"Ah mianhe, aku nanya yang tidak guna gitu, jangan terlalu dipikirkan Misun-ah," Hyeso tersenyum dan menikmati kembali makan siangnya yang ringan.

Tapi Misun terlanjur memikirkannya.

♡♡♡♡♡

"Sso, ada tamu yang mau ketemu sama kamu tuh," kata senior bernickname Minhee.

"Taehyung?"

"Yaelah, kalau dia masa kubilang tamu sih, temuin aja dulu, dia ada di restoran bawah," suruh Minhee lagi.

Soeun berpikir itu pasti Jungkook. Yah, hidupnya kan hanya seputar dua namja itu aja. Kalau tidak Taehyung ya Jungkook. Tapi buat apa Jungkook menemuinya di restoran Hotel ini, kan bisa di luar atau setidaknya di rumah mini eommanya. Seingatnya ia sempat kasih tahu alamatnya.

Soeun segera menemui tamu yang dimaksud dan menanyakan siapa yang ingin bertemu dengannya pada pelayan restoran yang juga dikenalnya. "Kau," Soeun terkejut melihat Jinwoo setelah diantarkan rekannya menuju tamunya. Mau apa kakak Taehyung itu disini!

"Tidak baik loh, perlihatka  wajah sinis gitu ke kakak iparmu, duduklah," perintah Jinwoo. Soeun mengabaikan perintahnya.

"Jinwoo oppa, aku sibuk sekarang, kapan-kapan saja ketemunya," gerutu Soeun yang berbalik untuk meninggalkan.

"Kau masih sakit hati karena kutolak dulu,"

Soeun menoleh lalu tersenyum sinis. "Bwo? Apa kau pikir aku langsung suka padamu waktu itu, jangan bercanda Oppa, aku tidak peduli sama penolakanmu itu,"

"Bagus kalau gitu, tapi kenapa kau terlihat masih membenciku?" tanya Jinwoo dengan tatapan polosnya.

"Oppa, kau amnesia juga ya?" tanya Soeun kesal. "Kau pikir siapa yang buat aku pisah sama adikmu itu?"

"Maaf kalau gitu,"

Soeun menatap jengkel. Ia tidak butuh maaf yang telat itu apalagi ia tidak merasakan ketulusan. Jinwoo menatapnya dan memasang senyum innocentnya. "Kalau waktu itu aku tidak menolakmu, apa jadinya ya, apa kau akan tetap menyukai Taehyung lalu kalian selingkuh dibelakangku?"

Soeun menghela napas lalu membungkuk sambil tersenyum hingga Jinwoo menatap bingung. Apa maksud senyum yeoja itu.

"Oppa, kamsamhamnida telah menolakku waktu itu, berkatmu, aku mengenal Taehyung-ku, dia sungguh luar biasa Jinwoo Oppa, kau pasti bangga sekali punya adik sepertinya,"

Jinwoo tertohok.

"Jinwoo Oppa, aku harus kerja sekarang, tidak bisa santai sepertimu jadi aku permisi," ucap Soeun sambil membungkuk sekilas lalu berbalik. Senang bisa memukul telak kakak Taehyung yang dibencinya itu.

Jinwoo yang masih menatap kepergian Soeun itu tersenyum kecil. Seperti candu, meskipun kata-kata Soeun menyakitkan tapi ia menikmatinya.

"Jangan panggil aku Jinwoo jika aku gak bisa mendapatkanmu Soeun," ancamnya dalam hati.

♡♡♡♡

"Jungkook, kau di rumah lagi, astaga, kau bahkan tidak menghabiskan makananmu,"

"Aku habiskan kok,"

"Apanya, ini masih utuh gini,"

"Eomma, maksudku karakter gameku, baru aja dia makan,"

"Jungkook!" Hyeso muntab.

"Nee, eomma," kata Jungkook tanpa mengalihkan tatapan dari layar LED-nya. "Eomma jangan berisik, kalau aku kalah, bisa rugi,"

"Apa kau sangat mencintai Soeun, sampai kau begini?"

Jemari Jungkook yang asyik ketak-ketik itu berhenti. Di tatapnya nanar karakternya yang baru saja berhasil membunuh musuhnya. "Eomma, kau tahu kenapa aku suka main game online ini?"

"Mana eomma tahu," dumel Hyeso kesal.

"Karena hanya disini, membunuh tidak dilarang,"

Hyeso menatap kaget. "Hanya disini, aku bisa benar-benar lampiaskan amarahku jika ingin memukul seseorang, eomma kau tahu aku sejak kecil kan? Aku tidak suka dikalahkan, aku tidak suka dianggap remeh apalagi dianggap tak ada, tapi dia membuatku gak ada artinya,"

"Jungkook," kata Hyeso sambil menepuk pelan kepala anaknya. "Eomma tahu perasaanmu tapi kalau nyatanya dia bukan untukmu, kau bisa mengikhlaskannya kan?"

"Tapi kenapa aku yakin sekali dia untukku eomma. Bukankah, dulu bibi juga mengalami hal yang sama, sebelum kenal bibi, suaminya itu pacaran dan nikahnya dengan orang lain tapi kenapa pada akhirnya paman jatuh cinta juga sama bibi?"

"Ini beda situasi Jungkook sayang,"

"Situasinya sama eomma, aku seperti yang dialami bibi, yang sangat yakin paman memang untuknya, dan akhirnya, mereka hidup bahagia kan di jejju," kata Jungkook dengan tatapan nanar ke layar. Tidak ada minat bunuh musuh baru karakternya.

"Iya sih, jadi kau tidak akan menyerah? Bukankah kau sudah diputuskannya?"

"Aku sengaja agar dia tidak risih setiap melihatku. Jika statusnya masih pacarku, dia bakal terus menghindar dariku, makanya, aku putusin aja," ucap Jungkook sambil tersenyum mengingat senyum yang mengembang dibibir Soeun dengan dugaan ia sudah berhenti berharap pada cinta gadis itu.

"Eomma akan mendukungmu, karena eomma juga suka sama Soeun, tapi eomma minta, jangan lakukan hal yang bikin eomma malu nanti, arraso?, jaga nama baik eomma dan appa sebagai orang tuamu," Hyeso kemudian memeluk leher putra semata wayangnya itu.

"Eomma sangat menyayangimu Jungkook, apa pun yang kau inginkan, eomma selalu dukung, meskipun kau mengharapkan janda orang sekalipun, tapi kalau lihat situasi Soeun dan suaminya itu, eomma sangat kasihan pada Soeun dan eommanya. Mereka pasti bakal kesulitan menghadapi keluarga Taehyung yang arogan,"

"Eomma sudah tahu?" tanya Jungkook heran.

"Nee, tadi eomma bertemu mamanya Soeun, dia sepertinya mulai keberatan dengan pernikahan Soeun dan Taehyung itu, yah, kalau eomma jadi mamanya Soeun, eomma sudah paksa Soeun untuk cerai dari Taehyung daripada kedepannya, kenapa-napa sama Soeun,"

Jungkook tersenyum. Ia semakin sayang pada ibunya yang selalu berada di pihaknya.

♡♡♡♡♡

Taehyung meniup-niup kedua telapak tangannya yang mengatup, udara agak semakin dingin malam ini, tapi ia tetap berdiri didepan Choi Hotel untuk menunggu Soeun. Akh, mau makan apa malam ini ya, apa di dorm saja, tapi ia juga mau mengajak makan malam, hanya makan malam biasa, tidak bakalan mewah karena ia tahu Soeun akan mengingatkannya untuk berhemat.

"Lama banget," pikir Taehyung heran sambil lihat jam tangannya.

"Taehyung, kau disini?" tanya Maki. Taehyung menoleh. Yaelah, ketemu Maki lagi.

"Kau stalker ya, kok ketemu lagi?"

Maki malah tertawa melihay tampang curiga Taehyung. Namja itu lucu juga kalau waspada.

"Hanya kebetulan, dan kau sedang apa disini?"

"Oh, aku jemput yeobo-ku, dia kerja disana, hotel itu," tunjuk Taehyung. "Oh," Maki menatap masam.

"Nampyeon," Soeun yang baru keluar dari lobi segera menghampiri sambil tersenyum. Taehyung membalas senyumnya, lalu memakaikan coat yang gelayut dilengan bawahnya untuk istrinya itu.

"Gomawo," Soeun tersenyum. "Akh, Soeun-ah, kau membuatku cemburu, andai nampyeonku juga begitu," goda Minhee yang juga bisa pulang di jam yang sama dengan Soeun.

"Unnie," Soeun merasa malu hingga wajahnya memerah dan kemudian seniornya yang suka menggodanya itu pamit sebelum naik taksi. "Eh? Nugunde?" tanya Soeun pada gadis cantik disamping Taehyung.

"Oh, dia Maki, katanya sih artis Jepang,"

"Dasar," tawa Maki sambil memukul bahu Taehyung dan kemudian mengulurkan tangan pada Soeun. "Salam kenal," kata gadis itu.

Soeun tersenyum. "Nee, salam kenal, oh, aku seneng banget, belum pernah jabat tangan artis soalnya," Soeun mengusap tangannya ke coatnya sebelum bersalaman. Taehyung yang sekarang ada di belakang Soeun mengusap kepala istrinya itu. Lucu banget gaya Soeun kalau ketemu artis. Norak!

"Namaku, Kim Soeun dan kau teman satu kampus Taehyung bernama Maki Horitaka kan? Namja di kampusku banyak membicarakanmu,"

"Wah, benarkah?" Taehyung nimbrung. "Namja yang mana nih?" tanyanya sambil melingkarkan kedua tangannya dipinggang Soeun. Mengusapi perut Soeun dimana bayinya ada di dalam kandungan yeoja-nya itu. Tanpa malu, melakukan hal mesra lagi depan orang lain.

Soeun tersenyum segan pada Maki. Ia yang malu sama kelakuan Taehyung ini.

"Soeun-ah, aku gak se terkenal itu," jawab Maki sambil melihat gaya nakal Taehyung yang menciumi telinga istrinya. Membuatnya agak risih juga karena tidak memikirkan perasaannya. Atau Taehyung emang tidak punya urat malu ya? 

"Dhe, tapi ini pertama kalinya aku bertemu artis di depan mataku, ah, iya, nampyeon, kau sudah dapat pekerjaan? mau kerja apa? Apa ganggu kuliah nanti?" tanya Soeun yang membalikkan badannya agar suaminya berhenti main nakal depan orang.

"Ah iya, soal itu, aku sudah kasih kartu nama sepupuku sama Taehyung kalau dia mau kerja," seru Maki.

"Jjincha?" Soeun suprice. "Mianhae, aku tidak tertarik," kata Taehyung sambil menyibak rambut belakangnya. Gaya jengkelnya kalau kena larang, padahal lagi asyik-asyiknya.

"Sayang sekali kalau ditolak, bayarannya lumayan kerja di restoran," keluh Maki kecewa. "Apa kau mau jadi bodyguardku aja, lebih santai kerjanya," tawar Maki lagi.

"Mianhae, aku tidak bisa kelahi," Taehyung mulai bosan dengan percakapan ini. Ia ingin buru-buru kencan. Tapi para yeoja kalau sudah ngobrol asli bikin jengkel!

"Tapi waktu itu kau mau hajar Jungkook." ucap Soeun yang sama sekali tidak menangkap tatapan bosan suaminya.

"Oh, kalau dia spesial. Mukanya bikin aku pengen nonjok aja," jawab Taehyung santai.

Soeun menghela napas. Sepertinya memang tidak ada kata damai untuk Taehyung dan Jungkook. "Oh, Maki-chan, berapa bayarannya jika Taehyung di terima di restoran itu," tanya Soeun yang berpikir kerja di restoran lebih aman ketimbang bodyguard yang bisa melukai namjanya itu.

"1.500 ribu won, kalau waitress,"

"Heh? Benarkah?" Soeun natap ke atas, mikir sejenak sambil menghitung dengan jarinya. "Nampyeon, terima aja, nee, jeball," pintanya dengan mengatupkan tangannya.

"Eh?"

"Ayolah, kau tidak bisa dapat kerjaan dengan bayaran setinggi ini, serius, kau harus menerimanya,"

"Nggak, malas," tolak Taehyung. 

Kim soeun cemberut, membuat Taehyung menatap masam. Sial!! bakal tidak dapat jatah malam nih kalau Soeun sudah ngambek gitu!

"Nee, aku mau, kapan mulainya," tanya Taehyung pada Maki.

"Besok juga bisa, kau bisa datang bersamaku ke sana," jawab Maki sambil tersenyum.

"Oke," Taehyung setuju. Maki kemudian pamit permisi karena ada urusan lain. Sementara Soeun tersenyum senang sambil lambaikan tangan pada Maki yang dijemput mobil pribadinya. "Akh, lega. Untuk ke depannya, kita tidak perlu mikir berat biaya listrik, air dan keamanan, oke kita pulang, Kajja!"

"Siapa bilang kau boleh pulang, kencan dululah, abis itu," Taehyung menarik Soeun ke arahnya.

"Jangan lupa bayaran yang harus kuterima, karena aku mengikuti maumu," bisiknya.

Soeun mengerucutkan bibir mungilnya itu. Selalu saja ada syarat. Tapi kemudian ia tersenyum dan mencium pipi kanan Taehyung. "Sudah ya bayarannya," ucapnya jahil.

"Hanya ini?" Taehyung menatap kaget. "Yak, yeobo jangan lari,"

"Aku cuman jalan mundur, siapa yang lari," Soeun tertawa geli. Bruk! Ia menubruk orang lain dibelakangnya, yang ia rasa berbadan lebih besar darinya. Dagu orang dibelakangnya pasti sakit terantuk kepala belakangnya.  

"Minggir," ucap namja dibelakangnya tadi sambil mengusapi dagunya. Ekspresinya dingin.

"Mianhae," ucap Soeun yang langsung ditarik Taehyung ke arahnya. "Dasar, kalian pikir jalan punya kalian aja apa?" omel Namja itu yang langsung berlalu gitu aja dan masuk ke Choi Hotel.

Soeun menatap Taehyung dengan wajah malunya yang malah membuat nampyeonnya gemes. "Rasanya, aku seperti bakal ditelannya tadi, menakutkan sekali matanya," runtuk Soeun.

"Cup cup cup, yeobo, sini, kupeluk," Taehyung manfaatkan kesempatan sambil memeluk dan mengusap kepala istrinya. Tanpa Soeun tahu, Taehyung nahan tawa geli ingat wajah Soeun yang shock karena di tatap tajam oleh namja sombong tadi.

"Namyeon," ucap Soeun yang sebenarnya ragu untuk mengatakannya.

"Nee," Taehyung masih mengusapi kepala Soeun dengan lembut.

"Hyung-mu tadi datang ke sini menemuiku,"

"Bwo?" Taehyung melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Soeun. "Jjincha?" tanyanya untuk memastikan. Menatap mata bening istrinya itu. 

"Nee," jawab Soeun. Taehyung menarik Soeun lagi ke dalam dekapannya sambil memikirkan apa niat hyungnya datang ke Busan sampai menemui Soeun! Sungguh menjengkelkan! Apa ia benar-benar harus menghajar saudara kandungnya itu!!

♡♡♡♡♡
Part 10
To Be Continue
Thanks For Read, Vote, and ditunggu komennya 😁

Continue Reading

You'll Also Like

503K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
198K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...