LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJ...

By Rsha-Kim

15.2K 1.5K 761

[COMPLETE] "Pengantinku kabur saat malam pertama. Tidak ada lagi yang terasa lebih hina dari perlakuanmu itu... More

Part 1 - Who Are You?
Part 2 - She's Falling In Love
Part 3 - Reason
Part 4 - Two Choices
Part 5 - Keep Status
Part 7 - Today is Your Day
Part 8 - Protect You
Part 9 - Love Me Right?
Part 10 - Offer
Part 11 - The Man Who Can't Be Moved
Part 12 - Because She's Mine
Part 13 - Your My Baby
Part 14 - Memori Weakened
Part 15 - Try To Make Peace
Part 16 - Ignominy
Part 17 - Promise of the past
Part 18 - Warning
Part 19 - Tears and Laughter
Part 20 - The Annoying Mastery
Part 21 - Post-Wedding
Part 22 - Lost
Part 23 - Demand From Mr. Arrogant
Part 24 - Decision
Part 25 - I Love You
Part 26 - Let Me Have It
Part 27 - Just Go Away
Part 28 - Uncovered
Part 29 - What is Wrong?
Part 30 - Forgive or Not
Part 31 - Wedding Ceremony
Part 32 - Treasure

Part 6 - Always Wrong

570 57 13
By Rsha-Kim

Happy Reading, chingu 😁

Sebelumnya, Author mau ucapin makasih untuk yang udah vote n comment di setiap karya author. Di Caught In Lie, Dejavu dan Love Me Right. Makasih banyak ya readers 😊. Senang karya author diberi penghargaan oleh vote dan commentnya reader, apalagi yg marahin author 😂.

Ditunggu kritik dan sarannya juga ya buat kembangkan tulisan author 😁😁
@@@@@@

Love Me Right
Part 6

♡♡♡♡♡♡

Jungkook POV

Kulempar tas ranselku dengan kasar ke kasur lalu kurebahkan tubuhku yang lelah ke atas ranjang empukku. Sial! Perasaan kesal pun bisa membuat tempat paling nyaman ini pun menyebalkan.

Kutatap langit-langit dan mengingat kembali pertemuan pertamaku dengan Soeun disebuah mini market, penyelamatku dari rasa malu. Walau seharusnya itu sangat biasa untuk menolong seseorang yang kesulitan, tapi bagiku dia spesial.

*Flashback

"Anyyeonghaseo, Soeun agasii,"

Aku menoleh pada si kasir yang menyapa seorang yeoja yang kupikir berpenampilan aneh. Dengan coat panjang celana training, juga masker dan topi. Gila, tidak merasa panas tuh.

Dia hanya mengangguk sekilas lalu memilih belanjaan di rak. "Apa dia gak kepanasan?" tanyaku pada kasir. Sang kasir tersenyum. "Justru kalau dibuka, kulitnya bakal gatal-gatal, saya tahu itu karena dia sendiri yang bilang,"

"Oh," aku angguk-angguk kepala. Paham. Kuronggoh kantong celanaku untuk mengambil dompet tapi tidak ada. Serius tidak ada. Ya ampun. Aku buru-buru periksa ranselku dan sama saja, tidak ada dompet.

"Ada apa?" tanya si kasir heran melihat kelimpunganku. "Dompetku, aku lupa bawa dompetku,"

Si kasir menatapku masam. "Kalau begitu taruh saja belanjaan anda dan ambil dompet anda,"

"Tapi jaraknya terlalu jauh kalau ke rumah, aku bisa ke daerah ini karena dekat rumah temanku,"

"Ya mau bagaimana lagi,"

Kutatap belanjaanku yang berisi cemilan-cemilan kesukaanku. Masalahnya dekat rumah pun jarak minimarket terlalu jauh jadi rasanya malas untuk keluar lagi hanya sekedar membelinya.

"Berapa belanjaannya?"

Aku menoleh pada gadis yang kuanggap aneh tadi. Sang kasir menyebut nominal total yang harus kubayar. Dia tertunduk sejenak lalu tersenyum, aku tahu karena eyesmilenya mengatakan seperti itu. Dikeluarkannya uang dari dompetnya.

"Agasii, kau tidak perlu melakukannya," kataku sambil menahan tangannya. Saat menyentuh tangannya yang memakai sarung penyerap keringat itu, aku tertegun, walau kulit kami tidak bersentuhan tapi aku rasa aku menyentuh kulitnya, dan matanya yang membulat karena terkejut itu seolah aku tertarik ke dalamnya dan ingin mengenal dirinya.

"Maksudku, kau tidak perlu membayar belanjaanku," ujarku menurunkan egoku untuk memarahinya. Dia tersenyum, tampak pada eyesmilenya lagi.

"Tidak apa, kan sayang sekali kalau belanjaanmu itu tidak jadi dibayar," ujarnya sambil mengeluarkan puluhan ribu won. "Agasii, kau tidak jadi belanja," tanya kasir yang menganggu lamunanku.

"Eoh, aku ingat, aku ada perlu," katanya sambil mengangguk sejenak lalu keluar. Aku membereskan belanjaanku dalam kantong untuk mengejarnya tapi dia sudah masuk bus. Meninggalkanku yang terus bertanya siapa namanya. Siapa nama yeoja yang sudah membuatku jatuh cinta dengan tampilan aneh dan kebaikannya itu.

"Tuhan, kalau dia untukku, pertemukan kami lagi,"

Dan Tuhan menjawab doaku. Aku melihatnya, di kampusku. Ya ampun, ternyata kami sangat dekat selama ini, dia suka bertanya banyak hal pada eommaku, tapi aku belum bisa mendekatinya sekarang. Aku ingin tahu banyak tentang dia dalam pantauanku.

Dia juga kenal Sooyoung, yang merupakan pacar temanku. Klop! Dia memang takdirku hingga siang terik saat aku bermain basket, aku melihatnya menempel pada pagar kawat lapangan. Aku tahu dia melihat caraku bermain, jadi kuusahakan agar menang. Apa dia memantauku juga? Ah, tidak, dia tidak mengenaliku. Dia hanya kebetulan melihat pertandingan siang ini.

"Eh, si freak tuh,"

Gara-gara mulut kurang ajar Tifanny, dia tampak terkejut lalu melihatku sekilas dan pergi dari lapangan. "Kau," geramku menunjuk Tiffany dengan kesal. "Kalau kau bicara begitu lagi padanya, kuusir kau dari lapangan ini,"

Aku melempar basket ke arah sampingnya hingga mengejutkan Tiffany dan gengnya. Lalu kutatap lagi yeoja yang jadi bahan ejekan Tiffany tadi sudah memasuki bus.

Fix, besok aku akan mendekatinya.

Dari tatapan bingungnya aku tahu dia tidak ingat soal bantuannya di mini market dan itu membuatku kecil hati. Ternyata wajah tampanku ini tidak masuk dalam memorinya.

Ending flashback

Aku menarik bantal gulingku dan memeluknya erat. Terlalu menyakitkan memang ketika gadis yang kucintai ternyata sudah punya seseorang yang membuatnya terikat dalam pernikahan, tapi aku pun tidak ingin mundur sebagai namjachingunya. Setidaknya jangan sekarang. Biarkan aku menikmati hubungan timpang ini. Dimana aku tahu tidak ada aku dimatanya.

Tapi aku bisa buktikan, aku lebih baik dari Taehyung itu. Apalagi hubungan mereka sebenarnya mudah retak, seperti gelas berisi es batu yang jika dituangkan air panas ke dalamnya, akan retak.

Aku memejamkan mataku sejenak. Yah, aku adalah air panas itu sekarang.

♡♡♡♡♡♡♡

Author POV

Soeun memegang kenop pintu rumah tapi Taehyung lebih dulu membukanya. Soeun melihat suaminya itu memamerkan senyum kotaknya yang menarik.

"Chagiya, welcome," Taehyung membuka lebar tangannya. Soeun menurunkan pandangannya, menatap tak tega wajah ceria Taehyung dan langsung masuk ke dalam pelukan namja itu. Taehyung melepaskan topi Soeun dan mencium kening Soeun sekilas.

"Kau pasti lapar,"

"Kau tidak kuliah?"

"Ah, tadi cuman ada satu mata kuliah aja, terus aku pulang dan masak,"

"Masak?!" Soeun terkejut dan langsung lari ke dapur. "Mian, aku bohong, aku pesan makanan, kau khawatir banget ya kalau aku masak," ucap Taehyung kecewa pada Soeun yang takut kompornya hancur lagi.

"Iyalah," Soeun yang kesal dibohongi melepaskan coatnya dengan menaruhnya di kursi. Tidak tahu jantungnya hampir lepas tadi. "Taehyung-ah, apa kau suka mengejutkan orang dengan cara ini, gimana kalau aku terserang jantung karena kebohonganmu itu,"

"Ah, mianhae," Taehyung menatap menyesal. Soeun segera masuk ke kamarnya, lalu keluar lagi untuk mandi. Usai berberes Soeun hanya menikmati makanan malam lezat yang dihidangkan di atas meja dengan perasaan hambar. Ia masih kesal karena canda Taehyung tadi.

Bagaimana kalau rumah benar terbakar dan Taehyung ada di dalamnya, apa Taehyung tidak memikirkan itu sebelum mengeluarkan candanya?

"Soeun-ah, kau masih marah?" tanya Taehyung yang juga tidak menikmati makan malam yang dipesannya tadi. Soeun tidak menyahutnya dan segera menaruh piring kotor ke wastafel dan mencucinya.

Taehyung mengaruk kepalanya dengan perasaan kesal. Memang harusnya ia tidak bercanda soal ia bakal masak tadi hingga makan malamnya menjadi kacau, tapi Soeun juga seharusnya tidak berlarut-larut marahnya, ia kan sudah minta maaf.

Menjelang tidur pun, kondisi mereka masih sama-sama diam dan saling membelakangi. Taehyung sebenarnya ingin bertanya apa Soeun sudah memutuskan pacarnya itu tapi malas juga kalau kondisi emosi Soeun sedang tidak stabil.

"Mianhae,"

Tangan Soeun melingkar di pinggang Taehyung. Soeun yang membelakangi Taehyung tadi kini memeluk Taehyung dari belakang.

"Kenapa jadi kau yang minta maaf," tanya Taehyung heran. "Karena aku harusnya berterima kasih kau sudah repot menyiapkan makan malam tadi, tapi aku mengacaukanya dengan emosiku." jawab Soeun.

Taehyung terdiam. Tapi tangannya memegangi jemari Soeun.

"Aku hanya tidak suka candamu, Taehyung-ah, aku kepikiran gimana kalau saat kau masak, kau tidak hanya menghancurkan kompor tapi rumah ini, dan gimana kalau kau ada di dalamnya, itu membuatku takut,"

Taehyung terkesima, dan tidak memikirkan soal itu sebelumnya kalau Soeun lebih mengkhawatirkannya ketimbang kompor yang bakal rusak lagi. Taehyung membalik tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Soeun kini dan memeluk yeoja itu dengan erat.

"Chagiya, mianhae, aku tidak sempat memikirkan itu. Sungguh." Di usapnya kepala Soeun dengan lembut.

"Jangan diulangi lagi,"

"Nee,"

Keadaan hening, dan Soeun yang terdiam sejenak itu malah menangis. "Taehyung-ah, mianhae,"

"Soal apa?"

"Jungkook belum mau memutuskan hubungan kami,"

"Bwo?" Taehyung yang kaget segera duduk dan menatapi Soeun yang terlentang ke arahnya, mengusap air dimatanya. "Gimana bisa?"

Soeun segera ikut duduk dan menatap Taehyung didepannya. Rasanya tidak mungkin ia menyampaikan ucapan Jungkook yang ingin membuktikan Jungkook lebih baik dari Taehyung.

"Yah, karena dia menyukaiku kan?" Soeun beri alasan logis.

"Gak tahu malu dia," Taehyung yang kesal meninju kasur. "Kenapa dia bisa pede gitu maksa kau tetap jadi pacarnya padahal kau sudah beritahu kau sudah menikah, ya kan,"

"Nee,"

Keadaan hening lagi, keduanya menghela napas bersamaan. Memikirkan siapa yang sebenarnya salah di antara mereka bertiga. Kalau tahu gini, Taehyung menyesal tidak langsung menonjok Jungkook saat mengecup bibir istrinya.

"Taehyung-ah, ada satu lagi,"

"Tidur aja, aku pusing," Taehyung memegang bahu Soeun agar ikut berbaring. Tapi Soeun menyingkirkan tangannya.

"Aku mau bilang, mulai besok aku bakal kerja di Hotel kakaknya Sooyoung,"

"Bwo? Kerja? Memangnya kau sanggup?"

"Apa maksudmu? Kau pikir kondisiku membuatku tidak sanggup melakukan apapun," Soeun malah tersinggung.

"Bukan begitu," Taehyung memijit pelipisnya. Makin pusing.

"Lalu apa? Kau inginnya aku hanya pergi kuliah, lalu pulang, makan lalu tidur begitu saja, tidak memikirkan kondisi keuangan? Aku butuh uang untuk diriku sendiri,"

"Kau seharusnya tidak perlu memikirkannya," Taehyung natap lelah.

"Waeyo? Karena kau berduit, aku tidak perlu memikirkannya, yak. Kim Taehyung, kau enak, tidak perlu memikirkannya, tapi setidaknya pikirkan juga kondisiku, aku tidak punya ayah, ibuku kabur dan jika suatu saat kau ingkari janji lalu meninggalkanku. Aku tidak punya uang sedikitpun. Kau ingin aku hidup menggenaskan seperti itu,"

"Chagiya?," Taehyung natap bingung. Apa ini artinya Soeun ragu dengan ucapannya yang kemarin berkata tidak akan meninggalkannya?

"Sial, padahal aku ingin bicarakan ini baik-baik denganmu tapi kau malah menganggapku selemah itu," Soeun yang kesal menarik selimutnya dan berbaring menghadap tembok.

Taehyung mengacak rambutnya dengan perasaan kesal dan gemas melihat tingkah Soeun itu. Ingin diremasnya kepala yeoja itu. Apa sih isinya, emosi mulu. Tersinggung terus!

Dan ia pun ikut berbaring membelakangi Soeun lalu menarik selimut dengan rakus ke arahnya. "Yak! Kim Taehyung!!" Soeun kesal dan segera duduk lagi.

"Tidurlah Soeun-ah, ini sudah malam," Taehyung menguap. Soeun ingin menarik selimutnya lagi tapi ditahan Taehyung. Membuat Soeun makin jengkel dan akhirnya memilih berbaring tanpa selimut.

♡♡♡♡♡

Soeun POV

Semua masakan yang sudah kubuat, kusajikan di atas meja dengan rapi. Yap. Hanya tiga makanan saja untuk mengisi perut kami pagi ini. Sundubu Jjigae, Gyeran Mari dan Yangnyeom Tongdak. Taehyung suka semua yang kumasak.

"Kenapa pagi selalu cepat datang," Taehyung mengeliatkan tubuhnya seperti kucing bangun tidur lalu lari ke sofa dan berbaring lagi.

Aku menatap Taehyung yang semalam kupikir bakal pertahankan selimut untuk dirinya sendiri dan membiarkanku beku kedinginan karena suhu ace, tapi saat terbangun, aku berada dalam dekapan Taehyung, dan kami berada di dalam selimut tebal. Pantas aku bisa tidur lelap.

"Cepat makan, aku mau berangkat," kataku. Tidak ada sahutan. "Taehyung-ah," panggilku lagi. "Kuantar, aku mau ke kampusmu," katanya sambil duduk dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ngapain?" tanyaku. "Nonjok Jungkook," jawabnya santai.

"Yak, kau pikir kau berada di film action, gak usah ke kampusku kalau gitu," omelku.

Taehyung segera menghampiri kursinya, duduk sejenak dengan mata yang tetap setengah mengantuk, lalu beranjak lagi untuk mencuci wajahnya, menyikat giginya lalu makan begitu saja dengan mengabaikanku. Menjengkelkan.

"Taehyung-ah, mana surat appa, kau sembunyikan surat itu kan?"

"Buat apa aku melakukannya,"

"Berarti terbuang ke tong sampah? Akh, gawat, tadi pagi semua sampah udah dibawa petugas ke TPU,"

"Gih ambil sana,"

Aku menatap gemas. Yang benar saja dia menyuruhku mengambilnya ke TPU. Tega!!

"Lalu gimana buktiin kalau korban Appa tidak bersalah," pikirku. Taehyung tidak menyahutku dan hanya asyik dengan makanannya. Aku menghela napas diabaikan terus dan segera duduk untuk ikut sarapan.

Usai sarapan, aku terpaksa menunggunya mandi dan berberes karena dia memaksa akan mengantarku ke kampus. Kenapa tidak urus kuliahnya aja sih, mentang-mentang merasa pintar, dia bisa belajar sesuka hatinya?

Akh, kalau benaran Taehyung meninju Jongkook di kampus, tentu bakal heboh dan semua orang jadi tahu aku sudah menikah, padahal aku tidak ingin menyebarluaskan soal ini. Mengingat aku dikenal berkepribadian tertutup. Risih saja kalau banyak yang menatapku jangal dengan statusku yang sudah menikah.

Taehyung benar-benar mengantarku sampai ke kampus dan menyuruhku masuk kelas. Aku bersikeras tidak mau beritahu nama marga Jungkook dan jurusannya, biar dia pusing sendiri mencari. Nama Jungkook tidak hanya namja tampan itu yang punya.

Di dalam kelas, aku tertawa geli membayangkan Taehyung yang pusing cari mahasiswa yang hanya diketahuinya bernama Jungkook. Taehyung pasti kesal dan memutuskan untuk pulang.

Bel untuk informasi tiba-tiba berbunyi.

"Kepada Jungkook, yang mengaku pacarnya Kim Soeun, temui aku di luar gerbang kampus, Palli!!!"

Aku menganga mendengar suara Taehyung yang kukenal. Dia berada di ruang informasi? Yang benar saja namja itu!!!

"Soeun-sii, kau mau kemana?" tanya Dosen padaku yang siap keluar kelas. "Jadi kau pikir Kim Soeun yang dimaksud adalah kau, jangan kegeeran, mungkin Kim Soeun yang lain, gak mungkin itu kamu,"

Seisi kelas mentertawakanku, yah, memang dianggap mustahil sih kalau yang disebut tadi adalah aku. Kesimpulannya, Taehyung dan Jungkook adalah spesies lain yang bisa-bisanya jatuh cinta pada yeoja sepertiku.

"Bisa aku permisi sebentar, Sonsaengnim,"

"Kau ingin meninggalkan kelasku. Duduk." perintahnya.

Aku menghela napas dan mematuhinya daripada dia kasih nilai buruk karena kuabaikan.

♡♡♡♡♡♡

Author POV

Kim Taehyung yang menyandar pada sisi mobilnya itu melihat jam tangannya. Ia sebenarnya agak sibuk hari ini karena harus menemui dosen dan juga mama mertuanya. Ia sudah ada janjian dengan dua orang itu. Taehyung berhasil menghubungi eommanya Soeun dan minta ketemuan dengan wanita itu.

Diliriknya namja yang menghampirinya itu. "Gentle juga," ejeknya setelah Jungkook mendekat. Jungkook malah tersenyum. "Aku tidak sepengecut dirimu,"

"Pengecut dari sisi mana?" Taehyung masih relax menghadapi Jungkook.

"Kau tidak mengatakan kalau kau suaminya saat dia memperkenalkanmu padaku," jelas Jungkook.

"Anggap saja, aku mengikuti permainannya yang ingin membodohimu,"

Jungkook tersenyum jengkel.

Taehyung menyibak rambut belakangnya, dengan tatapan yang sudah siap adu jotos dengan namja itu. "Jadi, karena kau sudah tahu dia istri orang, putuskan dia, atau aku yang memaksanya untuk memutuskanmu dengan cara melukai hatimu,"

"Hatiku memang sudah terluka, jadi kau tidak perlu khawatirkan itu. Kim Taehyung, aku sudah dapat cerita mengapa kau datang ke Busan ini dengan niat memperbaiki hubungan kalian, kau tidak malu, sudah nabrak Appa-nya lalu ingin cinta anaknya,"

Taehyung tersenyum jengkel. Sial, darimana Jungkook tahu soal itu' pikirnya. "Kabar baiknya, aku tidak bunuh ayah mertuaku," balas Taehyung yang tidak ingin cerita itu menjadi senjata lagi untuk menyerangnya seperti yang dilakukan Jinwoo dulu.

"Kuperlihatkan sesuatu, kau pasti suka," katanya lagi setelah melihat wajah bingung Jungkook.

Taehyung mengambil ranselnya dan mengambil secarik kertas surat ayah mertuanya. Jungkook menatapnya dengan rasa kejut. "Soeun sudah tahu soal surat ini, dan dia syok lalu berpikir kasihan pada orang yang sudah menabrak appa-nya,"

"Dia tahu kalau orang yang menabrak appanya itu kau?"

"Belum," Taehyung menatap heran dengan pertanyaan itu.

"Kalau begitu, ceraikan dia," Jungkook memberi surat itu ke arah dada Taehyung dengan kasar dan diambil Taehyung dengan tatapan bingung.

"Bicara seenakmu," oceh Taehyung kesal.

"Aku tidak bicara seenakku, bukankah kau korbannya disini, kau harusnya marah karena ternyata pernikahan kalian salah kan, lalu surat itu akan membuat keluargamu marah karena merasa dipermainkan keluarga Soeun. Gimana kalau mereka mengetahui kalau appa-nya Soeun ternyata bunuh diri, kau tidak memikirkan itu? kabar buruknya, kau akan dipaksa berpisah darinya lalu, menurutmu siapa yang bakal terluka?"

"Kau," Taehyung yang kesal merengkuh jaket Jungkook. Kenapa namja ini mengatakan hal yang juga ada dipikirannya. Dugaan namja itu tidak salah karena orang tuanya tidak akan membiarkan mereka dipermainkan dan pernikahannya dengan Soeun akan dianggap penipuan.

Ia pikir dengan perlihatkan surat itu Jungkook akan mengerti dan mundur tapi nyatanya ia kena serang lagi tanpa diduga.

"Kim Taehyung. Aku tidak akan melakukan hal yang seperti kakakmu lakukan, untuk mendapatkannya, tidak, aku tidak bakal lukai yeoja yang kusayangi, tapi aku minta kau yang sadar dengan posisimu,"

Taehyung hanya menatap Jungkook tanpa ada kata untuk membalas.

"Aku tunggu kabar baiknya, Taehyung," Jungkook tersenyum sambil menepuk-nepuk pelan pipi Taehyung.

Taehyung lesu setelah ditinggalkan, disandarkannya tubuhnya lagi ke sisi mobil. Serangan Jungkook jauh lebih menyakitkan daripada yang dilakukan kakaknya dulu.

Surat ayah mertuanya yang seharusnya menjadi bukti ia tidak bersalah malah menjadi pemicu perceraiannya dengan Soeun.

♡♡♡♡♡♡

Daegu

Kim Jinwoo yang tak tahan dengan rahasia yang dipegangnya memutuskan untuk menemui Kim Jungtae. Paman Soeun yang punya ide gila menikahkan keponakannya dengan pelaku yang menabrak saudaranya. Sejak awal Jinwoo memang merasa ada yang tidak beres dengan permintaan pria itu.

Alih-alih ingin memeras pelaku yang menabrak saudaranya, Kim Jungtae memanfaatkan kondisi dengan memaksa pernikahan keponakannya dengan salah satu anak Kim Hanseo. Hey, siapa yang tidak ingin menjadi menantu Kim Hanseo, ayahnya. Seorang pejabat penting di parlemen sekaligus businessman yang memiliki sejumlah usaha mebel sampai manca negera.

Siapapun yeoja yang menikah dengan dirinya dan Taehyung bakal senang hidupnya. Tak perlu lagi memikirkan makan apa sampai mati. Bisa keluar negeri sesuka hatinya, dan yang pastinya selalu ada barang bermerk yang menempel di tubuh mereka.

Maka dari itu Jinwoo memutuskan untuk menemui pria itu sekarang. Jinwoo akan menolong Taehyung dengan cara lain yaitu melepaskan Taehyung dari keluarga Soeun yang dianggapnya picik.

Ia punya bukti atas penyelidikannya soal kematian ayahnya Soeun. Sayang sekali Taehyung tidak mau mendengarnya dan malah mengusirnya saat ia menemuinya di Busan.

"Kau, mau apa menemuiku?" Jungtae menatap kesal melihat kakak Taehyung. Sia-sia ia istirahat sejenak untuk menemui tamunya.

"Ahjusii, kenapa sikapmu selalu tidak ramah setiap melihatku,"

"Kau seharusnya tahu sendiri kenapa aku tidak suka melihatmu,"

"Apa karena aku bakal membongkar niat busukmu,"

"Apa maksudmu anak muda?"

"Tidak usah pura-puralah Ahjussii, soal kematian kakakmu itu atau ayahnya Soeun. Kau sudah tahu dia bunuh diri kan? Dia sengaja menabrakkannya ke mobil kami,"

"Kim Jinwoo!!"

"Apa aku benar ahjusii makanya kau marah?"

"Aku marah karena kau menunduh saudaraku!"

"Aniya, kau marah karena itu yang sebenarnya terjadi Ahjussii, kau punya teman seorang polisi jadi mudah untuknya 1menutupi kasus itu tapi aku tidak bisa tinggal diam karena waktu itu aku yakin kondisi malam itu seharusnya tidak ada orang tapi kakakmu muncul didepan mobil kami,"

"Kau punya bukti? jangan asal tuduh!"

"Rekaman cctv yang disembunyikan oleh temanmu ahjussi, yang seharusnya jadi bukti kalau Taehyung tidak menabraknya. Kasihan sekali adik tersayangku. Aku akan pastikan ayahku menyeret kalian semua termasuk Soeun ke dalam penjara," tunjuk Jinwoo.

"Anak muda, kau hanya iri kan karena adikmu bisa kembali bersama Soeun. Apa kau pikir kau sangat menyayangi adikmu?" ejek Jungtae.

Jinwoo menatap kesal, pria itu tampaknya berusaha alihkan pembicaraan awal mereka.

♡♡♡♡♡♡

Kim Taehyung batal menemui dosennya karena pikirannya sedang kusut dan memutuskan untuk menemui ibunya Soeun di sebuah restoran. Untung ibu mertuanya menyanggupi permintaannya.

"Eomma?" Taehyung segera membungkuk didepan Misun.

"Bagaimana kabar kalian berdua?" tanya Misun usai mereka saling duduk berhadapan.

"Seperti eomma lihat, aku sehat, Soeun juga begitu," Taehyung mencoba tersenyum.

"Syukurlah, seharusnya eomma tidak perlu khawatir soal Soeun karena ada kau,"

"Yee, kamsamhamnida eomma,"

Taehyung kemudian memesan makanan untuk dirinya dan mertuanya itu. Lama mereka terdiam karena menikmati makanan tapi hanya Taehyung yang sebenarnya tidak napsu untuk makan.

"Eomma berapa nomor rekening Soeun?"

"Kenapa kau menanyakannya?"

"Eomma aku suaminya dan kurasa dia sedang kekurangan uang,"

Misun tersentak. "Oh astaga, bayar semesternya Soeun, akh, kenapa eomma bisa lupa," Misun mengetuk kepalanya sendiri. "Pasti anak itu kebingungan,"

Taehyung jadi paham kenapa Soeun uringan-uringan soal uang kemarin. "Taehyung, kau tidak perlu membayarnya, eomma masih ada uang untuk biaya semesternya dari uang saat kau membeli rumah kemarin,"

"Aniya eomma, aku tetap bayar kuliahnya itu,"

Misun tersenyum. Tak disangkanya putri semata wayangnya mendapatkan suami seperti namja itu. Tanggung jawabnya pada Soeun sangat besar dan ia bisa merasakannya.

"Eomma, apa mendiang Appa pernah memberi wasiat pada eomma, maksudnya sebuah surat peninggalannya?"

Misun mikir sejenak. "Dulu rasanya dia pernah bilang kalau dia mau beri eomma surat, tapi tidak pernah diserahkan, dia hanya diam lalu kecelakaan itu terjadi, kenapa kau menanyakannya?"

"Ah, aniya, aku pikir biasanya orang yang tahu dirinya bakal pergi dari raganya punya firasat, dan buat surat wasiat," jelas Taehyung. Setidaknya, ia benar, mertuanya itu tak tahu soal surat yang kini ada dalam ranselnya. "Eomma, ini andaikan saja, jangan terlalu memikirkannya, hanya andai, eomma, hanya andai saja,"

"Taehyung apa yang mau kau katakan?" Misun menatap heran.

"Eomma," Taehyung menatap serius ibu mertuanya yang terlihat lebih muda dari ibunya itu. "Andai aku tidak menabrak mendiang Appa, melainkan Appa, menabrakkan dirinya ke mobilku, apa yang akan eomma lakukan?"

Misun tampak terkejut. "Taehyung-ah, kenapa kau berani sekali bicara seperti itu?!" serunya dengan nada tinggi.

Taehyung terkejut dengan emosi mertuanya itu. Akh, sial, ia salah bicara lagi!

♡♡♡♡♡
Part 6
To Be Continue

Thanks For Read, Vote and Commentnya readers 😁

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
90.8K 9.1K 37
FIKSI
13.8M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...