Yours

By Leonpie

251K 30.9K 3.9K

[KOOKV; Collection] Sejauh apapun langkah ini menuju, duniaku akan terus berputar pada porosmu. More

He
April Fools
Changes
Lost
Beauty Boy
Spring Day
Secret Admirer
Boys 1.0
Boys 2.0
Book 1.0
Book 2.0
Move
Lie
Nonton
An Angel
Volley
Jokes
Cooking
Haruman
Jurnalis 1.0
Jurnalis 2.0
Winter
DNA
Study 1.0
Study 2.0
Enemy
Differences
The Doctor
Clover 1.0
Clover 2.0
Otherwise
Upnormal
Kim Taehyung
Jeon Jungkook
Yeontan 1.0
Yeontan 2.0
Prasangka 1.0
Prasangka 2.0
Second Button
Pleasure
Him
Distance
Challenge Letter

Dream

4.7K 604 56
By Leonpie

Jungkook mematut diri di depan cermin berukuran besar, untuk kali kesekian. Memastikan lipatan kerahnya berada pada satu garis lurus yang sejajar. Memastikan gulungan lengan kemeja putihnya memiliki jumlah lipatan yang sama. Memastikan tidak ada setitik partikel debu pun menempel pada timberland yang membungkus kedua telapak kakinya. Memastikan dirinya sempurna.

Barangkali Jeon Jungkook pernah menyelamatkan tokoh pendiri kerajaan Joseon di kehidupan sebelumnya, atau memang Tuhan terlampau baik hati, hingga lupa memberi kekurangan pada pemuda itu.

Jungkook telah mencapai kesuksekan karirnya di usia sembilan belas. Menjadi panutan bagi sebagian besar remaja Korea Selatan. Menyadarkan mereka, bahwa mimpi bukan sekadar angan-angan yang menggantung jauh di dimensi lain. Tetapi mimpi adalah masa depan yang menanti untuk digapai.

Usianya memang terbilang muda, namun profesionalitas kerja yang dipikulnya sebagai seorang idola tidak pernah main-main. Jungkook selalu tersenyum di depan penggemarnya, meski tak sekalipun ia menanggalkan raut keseriusan di balik panggung. Membentak setiap kesalahan kecil, dan melupakan makna toleransi dalam kamus kehidupannya.

Taehyung menggosok matanya satu kali, berusaha mengusir kantuknya yang semakin menjadi. Ketika gosokan itu dirasa tidak berhasil, Taehyung mulai menjambaki surai cokelat gelapnya sedikit keras. Belakangan ini, ia kesulitan untuk terlelap. Mimpi aneh terus saja mengganggunya acap kali ia mencoba menutup mata.

Mimpi di dalam mimpi, begitu orang-orang menyebutnya. Taehyung dibuat keheranan saat mendapati dirinya terbangun berulang-ulang. Saat ia berpikir bahwa tubuhnya sudah benar-benar terjaga, ternyata ia masih berpijak di mimpi yang lain. Di satu waktu, ia sedang berada di dalam kamar. Di menit berikutnya, Jungkook tengah berdiri menjulang di depan mata, dengan kemeja yang tidak terpasang sempurna (entah bagaimana yang satu ini bisa muncul di dalam mimpinya, tapi jujur saja, Taehyung berdebar hebat kala itu). Kemudian di waktu yang lain, tiba-tiba tubuhnya sudah berpindah ke ruang latihan agensi.

Sebagian besar mimpinya pastilah tidak jauh-jauh dari sosok itu. Tidak tahu apakah hal tersebut disebabkan karena intensitas pertemuan mereka yang terlampau sering, atau karena hal lain. Ah, mungkin memang karena hal lain.

"Tae hyung, kemari!"

Taehyung tersentak dari dunianya tatkala Jungkook tiba-tiba berseru dengan nada perintah yang mampu menggerakkan saraf refleknya dalam satu instruksi keras. Tanggung jawab seorang manajer (merangkap asisten) menuntutnya untuk pasrah menerima segala sumpah serapah dari pemuda ini. Lagi pula, satu setengah tahun yang ia habiskan bersama Jeon Jungkook, membuat mentalnya tertempa secara otomatis.

"Ada masalah?"

Jungkook menekuk sikunya tanpa frasa. Menunjukkan lubang sepanjang dua senti pada bagian lengan. Benang yang menggantung di ujung jahitan yang terlepas, berayun ringan seakan tengah mengoloknya.

"Tidak parah, ini bisa diperbaiki," kelakar Taehyung sedikit panik, lantas mendelik arlojinya sekilas. "Masih ada waktu, akan kujahit sebentar."

Taehyung menuntun pemuda itu ke salah satu sofa, sementara kedua tangannya sibuk mengaduk isi tas. Mengeluarkan perangkat menjahit yang selalu menjadi barang wajib setelah kotak pertolongan pertama.

Kepalanya menunduk khidmat ketika berusaha menelusupkan benang di antara lubang jarum. Taehyung tidak banyak bicara, melainkan menaruh seluruh fokusnya pada penyatuan yang ia ciptakan. Hanya butuh lima menit hingga kerusakan itu berhasil disempurnakan.

Taehyung bersumpah dapat mendengar degup jantungnya sendiri di sekon pertama ia mengangkat wajah. Adalah detik yang sama ketika Jungkook kedapatan menatapnya tanpa berkedip. Taehyung bahkan khawatir pemuda itu mendengar hal serupa karena jarak mereka yang terlampau dekat.

Lalu perlahan-lahan jarak itu semakin terpangkas seiring pergerakan Jungkook yang mencondongkan tubuh ke arahnya.

"J-Jungkook, apa yang kau lakukan?"

Dekat yang kemudian berangsur menjadi teramat dekat.

Kurang dari sejengkal sebelum keduanya benar-benar bertemu.

Kemudian gelap.

.
.
.

Taehyung tersentak dari alam bawah sadar. Mendapati dirinya tengah duduk bersandar pada dinding ruang latihan agensi yang menaungi Jeon Jungkook. Alih-alih sedang berciuman dengan pemuda itu.

Sial, dari sekian banyak mimpi yang pernah ia alami, itu adalah yang terbaik. Sayang sekali Taehyung harus terbangun (atau mungkin terlempar ke mimpi lain) di saat yang tidak tepat.

Terjadi lagi, mimpi itu. Sekarang pun Taehyung tidak tahu ada berapa mimpi lagi yang harus ia selami. Bahkan Taehyung sendiri tidak ingat di mana terakhir kali ia terlelap. Yang pasti, seseorang harus segera membangunkannya.

"Oh, astaga, aku lapar sekali."

Taehyung menoleh cepat, ia kenal suara ini. Park Jimin. Benar juga, mereka sedang mempersiapkan kolaborasi dengan menggaet salah satu dancer hebat jebolan street audition. Taehyung bahkan tidak sadar bahwa kedua orang itu telah berada di sana sejak lama.

"Jam tiga? Yang benar saja, kita belum makan semenjak pagi." Jimin melanjutkan keluhannya. "Mau keluar dan menemukan sesuatu untuk dimakan?" Lalu ia menoleh. Senyumnya mengembang, dan matanya membentuk lengkungan kurva saat tidak sengaja mendapati sosok Taehyung di sana. "Sudah bangun? Taehyungie juga bisa bergabung dengan kami."

Taehyung mengangguk kecil. Lagipula, ia juga belum makan sedari pagi. Matanya mengikuti kepergian Jeon Jungkook, lalu Park Jimin yang menyusul dari belakang. Ah, sebentar. Apa kali ini ia betul-betul sudah bangun? Satu-satunya cara untuk mencari tahu adalah—

"Sakit. Tapi tidak sakit juga, sih." Ia menimang ragu. Menggosok epidermis lengannya yang menjadi sampel penyiksaan diri (atau pembuktian kesadaran, Taehyung menyebutnya) dengan pangkal hidung mengerut. "Ini mimpi atau bukan, ya?"

"Taehyung, ayo!"

"Aku datang!"

.
.
.

"Jimin-ah, tolong beri aku segelas lagi." Taehyung mengangsurkan gelas kosong di hadapannya agar dapat terisi kembali. Taehyung berusaha mempertahankan kelopaknya tetap terbuka sementara deguk dalam suaranya tidak juga berhenti.

"Kau baru menghabiskan dua gelas kecil soju dan sudah semabuk ini? Aku tidak tahu toleransi alkoholmu begitu buruk." Mau tidak mau, Jimin tertawa. Tangannya terangkat untuk meraih botol soju, namun sebelum liquid itu sempat tertuang ke dalam gelas milik Taehyung, Jungkook sudah lebih dulu menahannya.

"Cukup, dia tidak boleh minum lagi."

Taehyung menggeleng keras, menunjuk-nunjuk botol kaca yang masih bertahan dalam genggaman pemuda Park. "Aku tidak mabuk, Jungkook. Aku haus, ingin itu lagi."

"Kim Taehyung!"

Sentakan itu menyebabkan Taehyung mematung sejenak. Lantas di tiga detik berikutnya, ia menatap Jimin dengan sepasang netra yang berpendar. "Jimin-ah, aku dimarahi," ujarnya mengadu.

Lalu entah bagaimana segalanya terjadi, hingga Taehyung kembali membuka mata. Dan kali ini, untuk kali pertama di hidupnya, ia terbangun di dalam gendongan seseorang. Merasakan sebidang bahu di bawah lengannya yang melingkari leher. Hal terakhir yang Taehyung ingat adalah, dirinya sedang berada di dalam ruangan dalam keadaan mabuk berat. Apa ini mimpi yang lain lagi? Atau kelanjutan dari mimpi sebelumnya? Karena Taehyung merasa separuh kewarasannya masih mengawang-awang akibat pengaruh alkohol.

"Berhenti bergerak, atau kubuang kau ke sungai Han," ancam Jungkook main-main. Sementara telapaknya yang menahan bobot Taehyung justru semakin mengerat.

Taehyung menghela nafas. "Dari sekian banyak mimpi yang melibatkan dirimu, yang satu ini terasa paling nyata. Kau berteriak padaku, lalu menganggapku tidak penting, dan sekarang kau mengancam akan membuangku ke sungai Han. Padahal aku 'kan tidak kuat dingin." Taehyung berdeguk lagi. Terus meracau tidak jelas, sementara Jungkook tetap berjalan, mendengar setiap penuturan yang pemuda itu ungkapkan di bawah pengaruh alkohol. Lucu sekali, Taehyung ternyata memiliki sisi pemberontak yang menggemaskan di dalam dirinya. Padahal selama ini ia selalu berakhir mengangguk patuh pada setiap perintah yang Jungkook berikan, dan satu-satunya kata yang terlontar dari tenggorokannya hanya kata maaf.

Taehyung berdeguk untuk kali-kali kesekian. "Tapi, berhubung kau ada di sini sebagai tokoh fiksi dari mimpiku, aku akan mengatakan sesuatu."

Bicara apa, sih, orang ini, Jungkook terkekeh tanpa suara.

"Aku menyukaimu."

Seketika, langkah Jungkook berhenti.

"Kau jahat, suka seenaknya, dan tidak punya hati. Tapi entah bagaimana, aku menyukaimu. Jantungku menjadi aneh saat kau di dekatku. Dengar." Taehyung menarik kepala Jungkook hingga berputar menyamping, lantas menempelkan dadanya tepat di atas daun telinga pemuda itu. "Berisik sekali 'kan?"

Jungkook bergeming, menunggu Taehyung melakukan hal-hal aneh lainnya. Tapi setelah satu menit berlalu, Taehyung tidak kunjung melakukan pergerakan. Kemudian, dari sayup-sayup dengkuran yang terdengar di balik punggungnya, Jungkook tahu bahwa pemuda itu sudah kembali jatuh tertidur.

"Dasar curang. Dia menyatakan perasaannya dengan bantuan alkohol."

.
.
.

Taehyung berlari memasuki gedung agensi dengan raut panik. Ketika pagi ini ia terbangun di tempat tidur, seluruh memori malam itu datang bagai bombardir ke dalam kepalanya secara serentak. Menjadikan dirinya malu setengah mati karena, uh, mengingatnya saja membuat Taehyung ingin lompat dari puncak gedung ini sekarang juga.


Semoga saja, yang kemarin itu benar-benar hanya mimpi.

"Taehyung, tidak boleh berlarian di lorong!"

Taehyung mengurangi kecepatannya saat mendengar suara Seokjin. Ia lantas memutar jalur larinya menuju pemuda itu (yang tengah berdiri melipat lengan di ambang pintu ruang latihan).

"Hyung, cepat cubit aku!" serunya tiba-tiba.

Seokjin mengernyit kebingungan. Akan tetapi, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka seperti ini. Maka tanpa berpikir dua kali, Seokjin segera menempatkan dua jemarinya di antara kulit lengan Taehyung, lantas menekannya sekuat mungkin.

"Sakit, Ya Tuhan!"

Seokjin terbahak keras. "Kau yang meminta."

Taehyung memberengut kesal. Meskipun benar ia yang memintanya, 'kan tidak perlu sekuat itu juga. Tapi satu hal yang pasti, kali ini ia sudah benar-benar terjaga.

Taehyung mengintip ke dalam ruang latihan yang lengang. "Jungkook belum datang?"

"Kau mencariku?" Tahu- tahu, pemuda itu sudah berdiri di belakangnya.

"Astaga, dasar sial!"

"Wah, mana boleh kau mengumpat begitu pada seseorang-yang-kau-sukai?"

Taehyung tersedak hingga tenggorokannya terasa perih. Tidak begitu berbeda dengan kondisi Seokjin saat ini.

"K-K-Kapan aku bilang begitu?"

"Hmm .. kemarin, saat kau meracau di punggungku dalam perjalanan pulang?" Jungkook berkelakar dengan teramat santai.

Itu bukan mimpi!?

Seokjin melongo di tempat yang sama hingga akhirnya Jungkook menarik tubuh itu untuk menyingkir. "Hyung, maaf ya, hari ini ruang latihan aku yang pakai. Tolong jangan ganggu sampai aku selesai. Kami ingin melakukan quality time berdua saja." Lantas berlalu masuk sambil menyeret Taehyung ke dalam ruang latihan. Dan menutup pintu tanpa sepatah kata perpisahan.

"H-Hey, apa maksudnya itu?" Seokjin mendengus keki. "Harusnya mereka jangan menggunakan fasilitas perusahaan, dong, kalau ingin pacaran. Dasar tidak modal."

.
.
.

fin.

Continue Reading

You'll Also Like

102K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
33.9K 2K 9
Kumpulan oneshoot Kookv bergenre angst, sad, hurt.. โ˜†Happy Readingโ˜†
39.2K 3.2K 11
Save story of KookV Random genre Just oneshoot or twoshoot BxB Dom! Jk Sub! Tae -Peach present
19.8K 2.1K 9
Tanggal 1 Januari, Pukul 12 tengah malam; Hari dimana seharusnya Jungkook merayakan tahun baru sekaligus menyatakan perasaannya pada pria idaman se...