An Angel

6.4K 766 114
                                    

Akan tiba suatu masa di mana kau tak lagi mengharapkan keindahan negeri dongeng. Karena hidupmu sempurna hanya dengan memiliki seseorang yang berharga di sisimu.

Dan kini, aku sempurna.

.
.
.

Kadang, Taehyung merasa waktu terlalu cepat berlalu. Seolah baru kemarin ia mendengar beribu ucapan selamat atas pernikahannya dengan Jeon Jungkook. Menikmati setiap goresan momen penuh canda di setiap detik yang berlalu. Hingga langkah mereka perlahan melambat, dan berhenti di ambang batas.

Taehyung terlalu cerdas untuk mengerti, bahwa meskipun Jungkook tersenyum dan tampak begitu bahagia dengan keadaan mereka saat ini, jauh di suatu tempat di dalam hatinya, ia menginginkan sesuatu. Bukan hanya Jungkook, karena Taehyung menemukan binar harapan yang persis sama di wajah para orang tua. Ia tidak munafik ketika benaknya menginginkan hal yang serupa. Namun Taehyung sadar, sekeras apapun ia berusaha, keinginan itu tidak akan pernah menemukan titik terang.

Karena, sampai kapanpun, pria tidak akan pernah bisa menghasilkan seorang anak. Tidak jika mereka mencintai pria lainnya.

Lalu, entah angin apa yang membawa Jungkook pada suatu pemikiran aneh.

Aneh, karena dia adalah Jeon Jungkook; jenis orang yang mudah terganggu dengan kehadiran anak-anak di sekitarnya, dan laki-laki muda itu justru menuntunnya ke sebuah panti asuhan. Melangkah tanpa ragu ke dalam ruangan kecil penuh anak-anak, kemudian berhenti di hadapan sesosok anak kecil bermata bulat yang tengah berjalan susah payah ke arahnya. Sekilas, mengingatkan Taehyung akan Jungkook.

"Hyung, ayo adopsi anak," sarannya bersemangat.

Dan, mungkin itulah alasan mengapa Jungkook begitu terpikat pada anak itu.

Awalnya, Taehyung khawatir Jungkook tidak akan sanggup membiasakan diri dengan kehadiran anggota baru dalam keluarga kecil mereka. Sebab, ia mengenal Jungkook teramat baik. Pemuda itu tidak akan pernah rela membagi perhatian Taehyung untuk orang lain. Tidak juga terima jika orang kesayangannya itu menunjukkan rasa cintanya kepada selain daripada Jungkook.

Dan hal itu kerap kali terlihat dari caranya memusuhi Jeon Junghwan —putera mereka— dalam konteks menggemaskan. Selalu begitu, hingga Junghwan menginjak usia tiga tahun.

"Papa, daddy nakal!" Oh, jeritan kekanakan itu sudah terdengar lima kali hari ini.

Taehyung berusaha setengah mati untuk tetap menempatkan pisau dalam genggamannya di antara kulit apel yang terkelupas, alih-alih mengacungkannya ke arah sang suami. Karena Junghwan masih terlalu kecil untuk menyaksikan tindakan kriminal semacam itu, "Jungkook, berikan remotnya," tegurnya sabar.

"Iya Ddungkook, belikan lemotnya!" ulang Junghwan berapi-api.

Jungkook melirik sebentar, lalu menggeleng ringan. "Tidak mau."

Junghwan tidak lagi melemparkan kalimat protes. Namun bibir mungilnya sudah lebih dulu membentuk garis lengkung. Dan sebelum tangisnya pecah, Jungkook buru-buru memberikan remot itu pada puteranya. Mendaratkan kecupan-kecupan beruntun di pipi gembil sang anak. Dalam sekejap, raut sedih itu berubah menjadi tawa.

Bagaimanapun, Jungkook mencintai Junghwan, meski dengan caranya yang berbeda.

.
.
.

Jungkook selalu cemburu ketika Taehyung memilih tidur di kamar Junghwan lebih sering. Meninggalkannya terlelap sendirian di balik selimut. Masih belum terbiasa dengan kekosongan yang mulanya tidak ada, karena Taehyung yang mengisinya sebelum ini.

YoursWhere stories live. Discover now