Dream

4.6K 604 56
                                    

Jungkook mematut diri di depan cermin berukuran besar, untuk kali kesekian. Memastikan lipatan kerahnya berada pada satu garis lurus yang sejajar. Memastikan gulungan lengan kemeja putihnya memiliki jumlah lipatan yang sama. Memastikan tidak ada setitik partikel debu pun menempel pada timberland yang membungkus kedua telapak kakinya. Memastikan dirinya sempurna.

Barangkali Jeon Jungkook pernah menyelamatkan tokoh pendiri kerajaan Joseon di kehidupan sebelumnya, atau memang Tuhan terlampau baik hati, hingga lupa memberi kekurangan pada pemuda itu.

Jungkook telah mencapai kesuksekan karirnya di usia sembilan belas. Menjadi panutan bagi sebagian besar remaja Korea Selatan. Menyadarkan mereka, bahwa mimpi bukan sekadar angan-angan yang menggantung jauh di dimensi lain. Tetapi mimpi adalah masa depan yang menanti untuk digapai.

Usianya memang terbilang muda, namun profesionalitas kerja yang dipikulnya sebagai seorang idola tidak pernah main-main. Jungkook selalu tersenyum di depan penggemarnya, meski tak sekalipun ia menanggalkan raut keseriusan di balik panggung. Membentak setiap kesalahan kecil, dan melupakan makna toleransi dalam kamus kehidupannya.

Taehyung menggosok matanya satu kali, berusaha mengusir kantuknya yang semakin menjadi. Ketika gosokan itu dirasa tidak berhasil, Taehyung mulai menjambaki surai cokelat gelapnya sedikit keras. Belakangan ini, ia kesulitan untuk terlelap. Mimpi aneh terus saja mengganggunya acap kali ia mencoba menutup mata.

Mimpi di dalam mimpi, begitu orang-orang menyebutnya. Taehyung dibuat keheranan saat mendapati dirinya terbangun berulang-ulang. Saat ia berpikir bahwa tubuhnya sudah benar-benar terjaga, ternyata ia masih berpijak di mimpi yang lain. Di satu waktu, ia sedang berada di dalam kamar. Di menit berikutnya, Jungkook tengah berdiri menjulang di depan mata, dengan kemeja yang tidak terpasang sempurna (entah bagaimana yang satu ini bisa muncul di dalam mimpinya, tapi jujur saja, Taehyung berdebar hebat kala itu). Kemudian di waktu yang lain, tiba-tiba tubuhnya sudah berpindah ke ruang latihan agensi.

Sebagian besar mimpinya pastilah tidak jauh-jauh dari sosok itu. Tidak tahu apakah hal tersebut disebabkan karena intensitas pertemuan mereka yang terlampau sering, atau karena hal lain. Ah, mungkin memang karena hal lain.

"Tae hyung, kemari!"

Taehyung tersentak dari dunianya tatkala Jungkook tiba-tiba berseru dengan nada perintah yang mampu menggerakkan saraf refleknya dalam satu instruksi keras. Tanggung jawab seorang manajer (merangkap asisten) menuntutnya untuk pasrah menerima segala sumpah serapah dari pemuda ini. Lagi pula, satu setengah tahun yang ia habiskan bersama Jeon Jungkook, membuat mentalnya tertempa secara otomatis.

"Ada masalah?"

Jungkook menekuk sikunya tanpa frasa. Menunjukkan lubang sepanjang dua senti pada bagian lengan. Benang yang menggantung di ujung jahitan yang terlepas, berayun ringan seakan tengah mengoloknya.

"Tidak parah, ini bisa diperbaiki," kelakar Taehyung sedikit panik, lantas mendelik arlojinya sekilas. "Masih ada waktu, akan kujahit sebentar."

Taehyung menuntun pemuda itu ke salah satu sofa, sementara kedua tangannya sibuk mengaduk isi tas. Mengeluarkan perangkat menjahit yang selalu menjadi barang wajib setelah kotak pertolongan pertama.

Kepalanya menunduk khidmat ketika berusaha menelusupkan benang di antara lubang jarum. Taehyung tidak banyak bicara, melainkan menaruh seluruh fokusnya pada penyatuan yang ia ciptakan. Hanya butuh lima menit hingga kerusakan itu berhasil disempurnakan.

Taehyung bersumpah dapat mendengar degup jantungnya sendiri di sekon pertama ia mengangkat wajah. Adalah detik yang sama ketika Jungkook kedapatan menatapnya tanpa berkedip. Taehyung bahkan khawatir pemuda itu mendengar hal serupa karena jarak mereka yang terlampau dekat.

YoursWhere stories live. Discover now