Jokes

5.5K 726 58
                                    

"Jungkookie,"

Jungkook yang sudah menarik keluar satu cup ice cream terakhir dari lemari pendingin, segera menggenggam benda itu erat-erat. Ia kenal jenis suara itu. Dan benar saja, penampakan Taehyung yang tengah menatap sengit dirinya, memenuhi fokus pemuda itu tepat ketika ia berbalik.

Taehyung menyipit, mendekat perlahan dengan aura hitam di sekelilingnya. Sorot matanya menghakimi, seolah Jungkook adalah kriminal yang tertangkap basah tengah menjarah harta bendanya. "Apa yang ada di balik tubuhmu Jeon Jungkook?" tanyanya rendah.

Jungkook bergerak mundur. Ia sama sekali tidak takut pada pemuda kerempeng di hadapannya. Ia hanya tidak ingin benda dalam kukungan jemarinya ini jatuh ke tangan orang lain. Karena ini bukan hanya tentang ice cream, tapi juga soal musim panas di pertengahan bulan Agustus.

"Ini milikku, hyung. Kau sudah makan jatahmu semalam," tukasnya tak kalah sengit.

Taehyung berhenti mengejar. Pandangannya turun teratur dan terpaku menatap ujung kemeja yang menggulung jemarinya dalam tempo lambat.

Jungkook hanya diam, menunggu.

Lalu saat Taehyung kembali mengangkat wajah, ia tersentak. Pemuda yang dua tahun lebih tua darinya itu tengah menatapnya sendu dengan alis menukik sedih. Ujung hidung bangirnya memerah, bibir melengkung, dan dua aliran kecil di masing-masing pipi yang sebelumnya tidak ada, turut mencuri perhatian Jungkook.

Dengan panik, ia mendekat. "Hyung, kenapa tiba-tiba menangis?" tanya Jungkook hati-hati. Telapak tangannya memberikan usapan-usapan penenang di sepanjang garis punggung Taehyung.

Alih-alih menjawab, pemuda itu justru melingkarkan tangannya di sekitar pinggang yang termuda. Menenggelamkan wajahnya di dada Jungkook (yang dua kali lipat lebih terbentuk dari miliknya, dan jujur saja itu membuat Taehyung sedikit iri) tanpa bersuara sama sekali.

"Ada apa?" Jungkook bertanya lagi, lebih lembut. Telapaknya merambat naik, mengusap surai cokelat Taehyung yang menguarkan aroma stroberi lembut.

Semua penghuni dorm tahu benar betapa seringnya Taehyung menangis disebabkan hal-hal kecil. Namun ini pertama kalinya bagi Jungkook melihat pemuda ceroboh dalam dekapannya ini tiba-tiba menangis tanpa alasan. Pikiran-pikiran negatif memenuhi nalarnya dalam sekejap.

Jungkook menunduk ketika merasakan pelukan Taehyung melonggar, menatap penuh tanya ke arah pemuda itu, tanpa melepaskan afeksi keduanya. Taehyung balas menatap; hazel dan onyx saling terpaku dalam keheningan. Samar namun pasti, Jungkook mendapati keraguan dalam tiap netranya yang bergerak gelisah. Ia penasaran, tapi enggan mendesak.

Hingga akhirnya Taehyung membuka mulut. "Aku," mulainya, disertai remasan pelan pada kaos bagian depan yang Jungkook kenakan. "Aku menyukaimu, Kookie," akunya pelan.

"A-Apa?"

Taehyung menggeleng lemah. "Kau tidak salah dengar, aku memang menyukaimu." Taehyung mengulang kalimatnya dengan lebih jelas. Pemuda itu kemudian berjinjit, mencari pegangan pada genggaman tangan Jungkook, lantas mendaratkan kecupan kilat di pipi kiri pemuda itu. Hanya sekilas, memang. Namun memberikan dampak yang cukup hebat bagi Jeon Jungkook. Karena hingga dua menit berselang, ia masih saja terdiam di tempatnya.

Sampai sebuah kekehan menyadarkannya. "Bercanda, dan aku dapat ice creamnya." Taehyung melempar cengiran kotak andalannya sebelum menyendok makanan dingin itu ke dalam mulutnya dengan riang gembira.

Jungkook menatap telapak yang semula menggenggam cup ice cream kini menyisakan udara kosong, ia bahkan tidak sadar saat Taehyung melakukannya. "Hyung, kau—"

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang