Volley

6.5K 752 99
                                    

Terbang, dan biarkan mereka melihat sayapmu.

.
.
.

"Taehyung!"

Taehyung menghentikan laju sepedanya beberapa meter di depan gerbang. Ia hafal jenis suara ini, dan nada kurang ajar yang terselip di dalamnya.

Jeon Jungkook menjadi tetangganya semenjak delapan bulan lalu. Tidak begitu pintar, namun memiliki daya ingat yang luar biasa baik. Lalu entah bagaimana semua ini bermula, tahu-tahu Jungkook sudah menempelinya sepanjang waktu. Sebuah jitakan mendarat di surai gelapnya tanpa tedeng aling-aling, bersamaan dengan langkahnya yang berhenti di hadapan Taehyung.

"Aku lebih tua dua tahun darimu, di mana sopan santunmu, jerk?" Sungutnya jengah. Masalahnya, ini sudah terlalu sering terjadi. Dan jawaban Jungkook selalu,

"Aku memanggil Tae hyung dengan spasi, hyung saja yang tidak mendengar dengan baik."

Begitu.

Taehyung memutar mata, tidak ingin membahas tentang honorifik lebih jauh. Toh memang namanya yang membuat semua ini terdengar sulit. Ia mendelik ketika sebuah lengan padat mengambil alih pegangannya pada stang sepeda, lantas menarik tubuhnya ke bagian belakang.

Jungkook tidak perlu bicara lebih banyak untuk membuat Taehyung naik ke pijakan belakang sepeda. Berdiri di belakang punggungnya dan meremas bahunya agar menjaga tubuh kurus pemuda itu tetap tegak. Dan perlahan benda itu bergerak membelah jalanan Seoul.

.
.
.

"Hyung, ekskul apa yang kau ikuti?"

Taehyung bisa merasakan rahangnya jatuh dramatis kala pertanyaan itu terlontar dengan terlampau santai dari belah bibir yang lebih muda. Sama sekali tidak ada raut bersalah di wajahnya. Seolah pemuda yang menerobos masuk ke dalam kamarnya lima menit lalu sambil menggenggam selembar kertas pemilihan ekstra kurikuler —pukul lima dini hari dan tentu saja mengganggu tidurnya— adalah orang yang berbeda.

Jungkook menempatkan diri di sisi ranjang, duduk bersila di atas lantai dan menumpukan dagunya di permukaan spring bed. Taehyung tidak habis pikir dengan kelakuan pemuda itu. Mengusap matanya yang terbuka sayu, Taehyung mengambil selimutnya yang terjatuh keluar ranjang, mengabaikan surai cokelatnya yang mencuat ke sana ke mari.

"Kenapa memangnya?" Taehyung menjatuhkan diri ke atas ranjang, kembali menggulung diri di dalam selimut. Masih ada dua jam lebih sebelum pelajaran dimulai, dan gravitasi kasurnya seperti meningkat berkali lipat.

Menunduk, Jungkook mengamati berbagai pilihan di lembaran kertas di tangannya. Menimbulkan kerutan samar di pangkal hidungnya. "Aku tidak tahu harus memilih apa," ujar pemuda itu lirih, yang hanya dibalas gumaman tidak jelas dari pemuda lain di ruangan tersebut. Jungkook menarik selimut dalam sekali sentak. Menyebabkan tubuh kurus Taehyung berguling dan berhenti beberapa senti di depan wajahnya.

Keduanya terdiam, saling tenggelam dalam netra satu sama lain. Hingga Taehyung berpijak pada dunianya kembali. Pemuda itu berdeham dan segera beringsut mundur. "K-Kenapa kau lakukan itu?"

"Kau mengabaikan pertanyaanku, jadi— aku tidak menyangka tubuhmu selemah itu," balasnya canggung.

Taehyung bangkit dari posisi tidurnya, menegakkan punggung dan bersandar pada kepala ranjang dengan kaki berselonjor. Rasa kantuknya lenyap tak bersisa setelah insiden beberapa menit lalu. "Orang yang bisa melakukan apa saja sepertimu harusnya tidak sulit menentukan pilihan. Apa yang paling kau sukai?"

YoursWhere stories live. Discover now