Clover 2.0

3.1K 540 27
                                    

"Dan kenapa pula aku harus menempatkanmu dengan Kim Taehyung dalam tugas kelompok?"

Jung Hoseok menekan kacamatanya yang sedikit melorot akibat menunduk terlalu dalam. Pria itu sudah berkutat dengan lembaran kuis mahasiswa sejak setengah jam lalu, dan selama itu pula konsentrasinya harus terpecah oleh kehadiran Jungkook. Pemuda itu tiba-tiba saja datang dengan secangkir kopi, lengkap dengan camilan.

Jungkook tidak biasanya baik hati. Wajar bila pria itu menaruh curiga. Dan rasa penasarannya sedikit terjawab ketika Jungkook tidak juga beranjak dari tempatnya berdiri bahkan setelah Hoseok menunjukkan ungkapan terimakasihnya. Anak itu, pastilah menginginkan sesuatu.

Pantas saja Jungkook bertingkah seperti budak semenjak pagi. Bersedia mengiringi langkahnya dengan menjinjing tas notebook miliknya dan kertas-kertas penting sepanjang hari.

Yang ditanyai hanya diam. Meski tatapannya tak pernah bungkam. Jungkook memasang raut lelah yang seolah berkata; bukankah sudah jelas?

"Kau tahu aku, hyung. Aku tidak mungkin membantumu sebanyak itu tanpa maksud."

"Aku tahu tentang sikap kurang ajarmu. Tapi, wah, apa kau tidak terlalu pamrih?" Hoseok membuang nafas panjang, terdengar dramatis namun juga berlebihan. Ia memasang raut terkhianati yang dibuat-buat. Membuat Jungkook memutar mata karena jengah.

"Hyung, jebal."

"Jadi," Hoseok beringsut dari posisi bersandar, menumpu kedua siku di atas meja dengan membebankan bobot tubuhnya pada kedua lengan yang saling bertaut. "Sejak kapan kau naksir dengan anak bernama Kim Taehyung ini?" tanyanya sarat rasa ingin tahu. Tanpa diberitahu sekalipun, wajah Jungkook telah menjelaskan segalanya.

Jungkook menyukai Taehyung, karena itu ia bertindak sejauh ini.

"Hoseok hyung." Nadanya seperti memohon. Jungkook seharusnya bersyukur karena ia sudah mengenal Jung Hoseok semenjak lama, secara personal. Jauh sebelum mereka bertemu di lingkungan formal seperti kampus, sebagai dosen dan mahasiswa. Itu juga berarti bahwa semestinya mengatur rencana pendekatan dengan Kim Taehyung akan menjadi lebih mudah.

Tetapi tidak, Jung Hoseok tidak akan sudi menjadikan ini mudah.

"Ayolah, Jungkook. Kau tidak pernah cerita padaku tentang kehidupan romansamu," protesnya sungguh-sungguh. Lalu pada tiga detik berikutnya, wajahnya berubah ceria. Jungkook pikir; apa orang ini semacam bipolar? "Jadi bagaimana caranya kalian bertemu? Kalian bertabrakan dan kau membantunya memunguti buku-bukunya yang berhamburan lalu jatuh cinta?"

Jungkook mendengus geli. "Karena itu aku memintamu untuk berhenti nonton drama."

"No comment. Jelaskan padaku cerita yang sebenarnya."

Yang lebih muda lantas mengedik. "Tidak ada yang spesial. Aku bertemu dengannya di toilet jurusan, dan terjadi begitu saja," akunya ringan. Seolah-olah pemandangan Kim Taehyung yang berbicara seorang diri di depan ponsel dengan wajah memelas dan suara yang terdengar begitu panik tentang; lupa memberi makan Yeontan (yang Jungkook tidak tahu siapa itu) pada semester lalu di dalam toilet, sama sekali tak mempengaruhinya.

Padahal saat itu Jungkook sukses dibuat termangu. Diam-diam mengagumi perubahan wajah ekspresif pemuda itu dengan penuh minat. Jungkook tidak pernah melihat raut menyedihkan namun tetap menggemaskan di saat bersamaan. Dan tepat ketika ingatan itu kembali, senyumnya kontan mengembang tipis.

Dia benar-benar jatuh cinta, pikir Hoseok.

"Baiklah, kau dapatkan keinginanmu. Sekarang yang perlu kau lakukan hanya jangan menggangguku. Aku perlu menyelesaikan semua ini sebelum kelas."

Yoursحيث تعيش القصص. اكتشف الآن