Distance

3.2K 426 63
                                    

Note: Kid!Tae

.
.
.

[i]


Ketika usianya menginjak dua belas, Taehyung dihadapkan dengan seorang pemuda jangkung dalam balutan kaus hitam longgar dan celana panjang berwarna senada. Ransel abu-abu raksasa menggantung di pundaknya, dengan aksen khas Busan yang terdengar jelas kala ia berucap.

Taehyung menatapnya lekat selagi pemuda itu bercakap-cakap dengan ibunya. Segala tentang pemuda itu terasa asing. Termasuk aroma sitrun dan biji cokelat yang tertiup menuju lubang hidungnya —tercium amat pekat, namun tidak sampai membuat Taehyung mengernyit.

Bertahun-tahun meninggali apartemen dengan sisi ramahnya yang tertanam sejak lahir, menjadikan Taehyung hafal dengan tiap-tiap pemilik pintu di seluruh bagian lantai yang ia huni. Dan ketika pemuda itu membungkuk mengucap salam (menyebut sederet nama Jeon Jungkook diikuti dua puluh tahun dengan usapan tengkuk yang tampak canggung) Taehyung menyimpulkan bahwa ia memang tidak pernah mengenal orang itu.

"Boy, mana sopan santunmu? Beri salam pada hyung ini."

Taehyung menurut saja saat kepalanya ditekan pelan-pelan hingga tubuhnya membentuk sembilan puluh derajat. "Kim Taehyung, dua belas tahun."

Pria itu menarik senyum simpul, dan sekali lagi memperkenalkan dirinya hingga Taehyung tidak tahan untuk mengomentari.

"Bicara hyung aneh," celetuknya dengan alis mengkerut. Jungkook, pria itu, hanya tertawa menanggapi. Sementara satu tepukan peringatan di kulit lengannya justru ia terima dari sang ibu.

.
.
.

[ii]

Belakangan, Taehyung bertransformasi menjadi seorang pemerhati.

Kemarin, ketika ia meninggalkan rumah sambil mencangklong sebelah strap ransel di bahu kiri, Taehyung melihat sebuah dus tergeletak di depan pintu tetangga barunya. Taehyung pikir, barangkali pemuda itu masih tertidur di atas ranjangnya yang hangat. Bermalas-malasan hingga matahari bergerak tinggi sementara ia harus bergegas jika tidak ingin terkunci di luar gerbang sekolah. Betapa beruntungnya.

Namun sampai pada hari berikutnya, benda itu masih di sana dan tidak bergeser. Kontan Taehyung bertanya-tanya, apa orang itu tidak keluar rumah sejak semalam? Hidup macam apa yang ia jalani?

Didorong rasa penasaran, Taehyung menekan bel dengan perasaan berdebar. Bukan tidak mungkin dalam lima menit ke depan ia akan berhadapan dengan tubuh orang mati. Tempat itu begitu sunyi dan seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kontras sekali dengan kehidupan di balik pintu di ujung lorong yang selalu ramai oleh suara tawa para mahasiswa di penghujung semester.

Yang tidak Taehyung sangka-sangka, pintu dibuka pada usahanya yang kedua. Jungkook menatapnya heran dengan satu tangan terselip ke dalam kaus. Rambut arang mencuat dan kelopak sayu membuatnya tampak seperti gelandangan.

"Apa?" Jungkook berinisiatif untuk bertanya sebab tidak ada tanda-tanda Taehyung akan berucap. "Jika tidak ada yang penting, aku masih banyak urusan."

"Hanya memastikan hyung belum mati," ujarnya separuh tidak peduli. Kepalanya terjulur sedikit untuk mengintip, mendapati keberadaan perangkat komputer yang menyala di antara keremangan cahaya. Kemudian menunduk memungut dus dengan kedua tangan. "Ini sudah ada di sini sejak kemarin."

YoursWhere stories live. Discover now