Changes

9.9K 1K 92
                                    

     Taehyung begitu mencintai perubahan.

     Tentang bagaimana semesta menyajikan siklus siang dan malam; menjadikan corak cakrawala yang semula kebiruan, lambat-lambat dirambati merah dan ungu ㅡyang kadang-kadang ia tangkap dengan kamera ponsel, dari dalam van yang membawa mereka sepulang bekerja.

     Perubahan hampir selalu membawa kehidupan ke arah yang lebih baik, Taehyung pikir. Seperti kepindahan mereka hari ini, misalnya. Ia ingat ketika di masa-masa krisis, mereka hanya memiliki satu kamar tidur dan harus mengantri untuk sekadar mencuci muka. Tapi lihat bangunan ini, wow. Kamar mandinya saja sama luasnya dengan kamar tidur lama mereka, dan bangunan fantastis ini akan ia tinggali mulai sekarang.

      Muatan dari truk pengangkut barang telah dipindahkan dan menyisakan satu kardus besar koleksi manga miliknya. Taehyung membungkuk sedikit untuk menyelipkan jari-jarinya pada dasar kardus, dan uh, beratnya ternyata agak melampaui ekspektasinya.

     Dengusan geli dari ambang pintu membuat Taehyung mendongak. Mendapati Jungkook tegak bersandar dengan tangan terlipat, tatapan sarat humor, beserta ketidakpekaannya sebab berdiri memblokade di tengah-tengah jalan masuk.

     "Kemarikan, biar aku. Lengan kerempengmu seperti mau tanggal," ujarnya dengan nada usil. Menarik paksa kardus raksasa dari pelukan Taehyung dalam sekali sentak. Sekejap menjadikan Taehyung terperangah. Jungkook melenggang mendahuluinya seperti menggendong kardus kosong, seolah baru saja Taehyung bersikap terlalu berlebihan tentang beratnya.

     Taehyung bersumpah tidak bermaksud melihat-lihat ketika lengan kaos Jungkook yang sedikit tersingkap menunjukkan otot-otot lengan yang terbentuk. Taehyung tidak memperhatikan semenjak kapan Jungkook tumbuh sebesar ini.

"...hyung?"

Taehyung berkedip. "Kau bilang apa?"

Jungkook terkekeh. Andai tangannya menganggur, surai karamel Taehyung sudah kusut masai ia acaki saking gemasnya. "Harus kusimpan di mana ini? Tanganku mulai pegal, hyung," ulangnya halus.

"Ah— itu, di kamarku." Taehyung berjalan memimpin, berjalan sedikit tergesa karena mengangkat dua kardus penuh koleksi manganya bukanlah pekerjaan ringan. "Letakkan saja di samping kasurku." tunjuknya pada salah satu sudut yang dimaksud.

Jungkook mengangguk, lantas meletakkan benda itu dengan patuh. "Kau sudah baca semua komik ini, kan? Kenapa tidak dijual saja sebelum pindah?"

Taehyung berkacak pinggang, semua member sudah menanyakan hal ini tadi, Jungkook yang terakhir. "Aku berencana membaca ulang semuanya kalau sedang bosan," jawabnya untuk kesekian kali.

Jungkook hanya mengangguk sebagai balasan, lalu pemuda itu pamit ke kamarnya sendiri untuk berkemas.

Taehyung menghempaskan diri ke atas kasur setelah Jungkook menghilang di balik pintu. Mengingat kembali bagaimana Jungkook menolak keras-keras keputusan manajer untuk menempatkan dirinya, Jungkook, dan Namjoon dalam satu kamar. Lalu berakhir dengan Taehyung yang tidur sekamar dengan Hoseok dan Jimin.

Padahal sejak pertama kali tinggal bersama, Jungkook begitu mengandalkannya. Menempel padanya setiap waktu, dan menyebut nama Tae hyung pertama kali ketika pemuda itu membutuhkan bantuan.

Tapi sekarang, jangankan menempel sepanjang waktu, meminta tolong padanya saja tidak pernah. Bahkan Jungkook kerap kali meremehkannya, mengolok tubuh kerempengnya, lalu mencubit gemas pipinya seperti bayi. Taehyung merasa perlu menghadiahi cermin besar untuk ulang tahun Jungkook nanti, biar bocah sialan itu bercermin sebentar saja, dan lihat wajah siapa yang terlihat seperti bayi.

YoursWhere stories live. Discover now