Heal Your Heart | BBH - COMPL...

By Hunstuff

272K 36.4K 1.9K

{COMPLETE STORY} Someone will heal your heart. Revisi - (21 September 2018 - 10 February 2019) More

Prolog & Cast
1 - Bukan apa-apa
2 - Tolong
3 - Rahasianya
4 - Seperti permainan
5 - Fakta
6 - Lebih dekat (Jin Sihyeon)
7 - Kebodohan
8 - Takdirnya
9 - Untuk melindungimu
10 - Apa itu cinta?
11 - Trauma
12 - Hari pernikahan
13 - Jin Saera
Spesial Chapter A
Spesial Chapter B
14 - Hidup baru
15 - That XX
16 - Save Me
17 - Zhang Yixing
18 - Perasaan asing
19 - Dari neraka
20 - Aku akan ada disini + Promot
21 - Baekhyun di masalalu
22 - Drugs
23 - Gift
25 - Secret?
26 - Pieces of Past
27 - Ain't Story
28 - Fell Down
29 - Let You Go
30 - Breath
31 - Farewell
32 - Terrible day ever
33 - Let Me Save You
34 - Forsaken
35 - Apology
36 - Done
37 - Rise
38 - Distance
39 - Byun Baekhyun
40a - We Broke Up, Again.
40b - Missing Girl (end)
Epilog
Heal Your Heart Gallery's

24 - A Tragedy

4.5K 721 42
By Hunstuff

Someone... Help me...

🌸🌸🌸🌸

"Apa yang kau katakan?"

Saera mengadahkan kepalanya. Tidak merasa terkejut dengan respon yang Yixing tunjukan.

"Sihyeon sudah menikah," ujarnya mengulangi perkataannya.

Yixing menatapnya penuh tanya. Nampak tidak terlalu mengerti dengan perkataan Saera. Masalahnya dia baru saja siuman sejam yang lalu karena pingsan, dan sekarang dia malah dikejutkan oleh berita yang tidak jelas.

"Aku tidak mengerti."

"Seperti yang kau inginkan. Aku menikahkan Sihyeon dan Byun Baekhyun."

Rahang Yixing mengeras. Pria itu menatap Saera dengan tatapan tajam sirat akan kemarahan. "Aku tidak menginginkannya."

"Kau mau!"

"KAPAN?! Kapan aku menginginkan Sihyeon menikah dengan keluarga Byun?!"

Saera berdecak pelan. "Bukankah kau sudah tidak hilang ingatan lagi oppa? Sebelumnya kau pernah bilang padaku seperti itu! Kenapa sekarang ucapanmu berubah?!"

"Itu sebelum aku tahu bagaimana keluarga Byun yang sebenarnya Saera! Kau juga tahu bukan mereka itu keluarga macam apa?!"

"Aku tahu!" serunya sambil menatap Yixing tajam.

Yixing mendengus. "Kau tahu? Lalu kenapa kau membiarkan Sihyeon menikah? Kau—"

Saera memotong, "aku tahu tentangmu dan Sihyeon!" potong wanita itu.

Mulut Yixing tertutup sempurna. Pria itu menghela nafasnya pelan dan mengusap wajahnya dengan frustasi. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

"Kau tahu apa?" tanyanya dingin.

Air mata meluncur melalui pipi Saera. Wanita itu langsung mengusapnya kasar sambil berkata, "kenapa kau tidak biarkan aku mati saja jika akhirnya akan seperti ini?" lirihnya.

Tatapan Yixing kembali melunak begitu Saera berkata seperti itu. Pria itu menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa kau berkata seperti itu? Aku tidak ingin kau mati..."

"Kau jahat! Egois... Bagaimana bisa kau menginginkan Sihyeon dan aku secara bersamaan? Seserakah itukah dirimu?"

"Aku tidak serakah. Bukankah wajar jika aku memperjuangkan hidup istriku sendiri? Kenapa kau berkata tentang kematian dan Jin Sihyeon?"

"Lalu aku harus berkata apa?! Memintamu untuk menjauh dari Sihyeon dan melupakannya?! Memangnya kau bisa?"

"Tidak... Maksudku ak—"

"Oppa... Kau masih akan memilih Sihyeon jika wanita itu sudah bahagia dengan Baekhyun sekarang?"

Yixing terdiam. Dia menatap nanar sosok Saera yang duduk dihadapannya dengan berlinang air mata.

"Apakah dia bahagia sekarang?"

"Ya... Dia bahagia."

****

Sihyeon terbangun di tengah malam karena bermimpi buruk. Di dalam mimpinya dia melihat Yixing tersenyum manis padanya sebelum berlari pergi.

Hal yang paling menakutkan bagi Sihyeon adalah ketika Baekhyun muncul dari arah perginya Yixing sambil tersenyum tipis dengan darah di sekujur tubuhnya.

Sihyeon mungkin akan betulan menangis jika melihat hal seperti itu terjadi di dunia nyata. Untungnya itu hanya sebuah mimpi.

Demi mengusir ketakutannya, Sihyeon memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan menyelinap masuk ke dalam kamar Baekhyun. Pria itu nampak tertidur pulas di atas ranjangnya dengan wajah polos.

Sihyeon segera menutup pintunya dan merangkak naik ke atas ranjang Baekhyun.

Dia tersenyum kecil ketika Baekhyun berguling memunggunginya, pria itu nampak sangat tampan meskipun dilihat dari belakang. Sayangnya, tatto yang menempel pada leher pria itu sedikit menganggu penglihatan Sihyeon.

Dia membencinya.

Saking kesalnya ketika melihat tatto itu, Sihyeon sampai menekan tatto itu kuat-kuat menggunakan kukunya yang dicat warna merah.

Dalam tidurnya Baekhyun meringis kecil. Sihyeon mendengus kesal, dalam otaknya terdapat seribu satu cara untuk menghapus tatto itu dari leher Baekhyun tanpa membangunkannya.

Tapi tidak ada satupun yang masuk akal rasanya. Sihyeon jadi mengamati tatto itu dengan intens, hingga tidak sadar jika Baekhyun telah membuka matanya.

"Kenapa kau disini?" tanyanya setelah membalikan tubuhnya menghadap Sihyeon.

Sihyeon berjengit kaget. Wanita itu lantas sedikit menjauhkan tubuhnya dari Baekhyun dan berdehem pelan sebelum berkata, "aku tidak bisa tidur."

"Kau selalu tidak bisa tidur ya?" tanya Baekhyun sambil memposisikan dirinya agar sejajar dengan Sihyeon.

"Ya... Hampir setiap malam aku tidak bisa tidur."

"Hmm, mau kubuatkan teh dulu?"

"Tidak perlu. Ayo tidur lagi," ujar Sihyeon. Wanita itu sedikit merasa tidak enak dengan kebaikan hati Baekhyun.

"Aku ingin memelukmu," ujar Baekhyun tiba-tiba.

Perkataan yang keluar dari mulut Baekhyun barusan sukses membuat Sihyeon membulatkan matanya terkejut.

Wanita itu mengangguk pelan dan menggeser tubuhnya untuk memeluk Baekhyun. Tapi Baekhyun bertindak lebih cepat, pria itu malah melingkarkan tangannya lebih dulu pada Sihyeon sebelum wanita itu melakukannya.

"Selamat malam."

Sihyeon menganggukkan kepalanya pelan. Dalam hati dia bertanya-tanya kenapa rasanya nyaman sekali berada dalam pelukan Baekhyun?

Pelukan ini bahkan lebih nyaman dari pelukan Yixing. Ahh, bicara soal Yixing... Sihyeon jadi rindu pria itu.

Saking rindunya, dia tidak sadar jika dirinya mengeratkan pelukannya pada pinggang Baekhyun.

Sementara itu, Baekhyun mengira jika pelukan erat Sihyeon adalah sebuah sinyal.

Senyum tipis terukir di bibir Baekhyun. Apakah Jin Sihyeon jatuh cinta padanya? Boleh tidak jika Baekhyun berharap?

****

Hari ini mungkin akan menjadi hari yang sangat mengesankan bagi Yixing. Sekarang dia telah mendapatkan ingatannya sekaligus kehilangan sesuatu.

Suatu hal yang amat penting di dunia ini, yaitu Jin Sihyeon. Bagaimana mungkin jika wanitanya sekarang ini telah menikah dengan orang lain?

Yixing menyesal atas hilangnya sosok Jin Sihyeon dari dalam ingatannya. Jika saja Yixing tidak hilang ingatan, mungkin sekarang ini Sihyeon masih menjadi miliknya.

Nyatanya wanita yang sangat dia cintai itu kini telah bahagia. Tapi Yixing tidak mau percaya. Dia ingin melihat secara langsung jika Sihyeon memang bahagia atau tidak.

Maka dari itu, dia bersama Johnny berencana untuk bertemu dengan Sihyeon di sebuah cafe. Tentu saja dia akan berpura-pura masih hilang ingatan untuk berjaga-jaga.

"Sajangnim?"

Yixing menoleh. "Ah ya? Maaf aku tadi melamun. Apa yang kau katakan tadi?"

"Sihyeon-ssi akan segera tiba."

"Baiklah."

"Sajangnim... Berjanjilah padaku jika kau akan melepaskannya jika Sihyeon-ssi bahagia."

Bukannya menjawab, Yixing malah tersenyum kecil. Sejujurnya dia sama sekali tidak tahu harus bagaimana nantinya jika Sihyeon baik-baik saja.

Di sisi lain Yixing merasa senang, tapi sisi lain dirinya merasa sangat kesal dan marah.

Bagaimana bisa Sihyeon mengkhianatinya?

"Anyeong."

Yixing mengadahkan kepalanya dan tersenyum tipis. Sihyeon membalas senyumnya dan duduk tepat di hadapan Yixing.

"Kau juga disini?" tanya Sihyeon sambil menatap Johnny.

Johnny menganggukkan kepalanya. "Untuk jaga-jaga saja."

Sihyeon menganggukkan kepalanya asal. Dia tidak perlu mengerti apa yang Johnny maksud dengan 'jaga-jaga'. Tapi sekali lagi Sihyeon mengingatkan dirinya untuk tidak  lagi memaksa otaknya agar mengerti perkataan orang lain.

Biarlah dia menjadi wanita bodoh.

"Jadi kenapa kau ingin bertemu denganku?"

Yixing tersenyum, pria itu menyeruput kopi kesukaannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "kita tidak pernah bertemu seperti ini setelah aku keluar dari rumah sakit," terangnya.

"Begitukah?"

"Kau tidak suka ya?"

Kepala Sihyeon menggeleng spontan. "Aku suka."

Senyum tipis mewarnai wajah Yixing. Pria itu lantas berdehem kecil dan menoleh pada Johnny. "Bisa kau pesankan minuman untuk Sihyeon?"

Johnny nampak sedikit keberatan. Entah apa yang pria itu khawatirkan sedari tadi, tapi nampaknya Johnny sama sekali tidak ingin meninggalkan Yixing dan Sihyeon berdua saja.

"Baiklah," ujar pria itu pasrah.

"Kau tidak perlu meyuruh Johnny, aku bisa sendiri," kata Sihyeon tidak enak. Seo Johnny sudah beringsut berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju counter pemesanan.

"Tidak apa-apa, bukankah dulu Johnny adalah pengawalmu? Kurasa dia tidak akan keberatan."

"Benar... Ada hal lain yang ingin kau bicarakan?"

Yixing terdiam. Pria itu sedikit merasa sakit hati ketika mendengar Sihyeon berkata seperti itu. Wanita itu mengatakannya seolah-olah ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Yixing.

"Apa hubunganmu dan Baekhyun baik-baik saja?"

Alis Sihyeon terangkat sebelah. "Tentu kami baik-baik saja."

"Dia tidak melakukan hal yang jahat padamu bukan?"

Meskipun merasa ada yang janggal, Sihyeon tetap menjawab, "tidak."

"Melegakan sekali mendengarnya."

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku oppa," ujar Sihyeon.

Wanita itu melanjutkan, "tapi kenapa aku merasa jika kau yang saat ini adalah Zhang Yixing yang kukenal dulu?"

Yixing terdiam, pria itu kembali meneguk kopinya dan menghela nafas. "Jika iya kau mau bagaimana?"

Sihyeon mengerutkan keningnya bingung. "Apa maksudmu?"

"Sihyeon-a... Kembalilah padaku."

"Ini kopimu," ujar Johnny sambil meletakkan segelas kopi americano dingin di atas meja dan kembali duduk.

Sihyeon dan Yixing terdiam.

Jika memang benar Yixing telah mendapatkan kembali ingatannya, kenapa perasaan Sihyeon tidak terasa senang sama sekali? Terlebih lagi pria itu memintanya untuk kembali lagi bersamanya.

Ada apa dengan Sihyeon?

Sihyeon meraih gelas kopinya dan meminum kopi itu hingga habis dengan sekali seruput.

"Aku harus pulang," katanya sambil bergegas berdiri dari kursi.

"Kenapa? Kita baru bertemu sebentar," sahut Johnny.

"Aku harus memberi makan kucingku."

****

Sihyeon menghentikan langkahnya dan menghela nafas frustasi. Kenapa tadi dia menghindari Yixing? Dan kenapa pula dia beralasan harus memberi makan kucing?
Memangnya sejak kapan dia punya kucing?

Lucu sekali.

Cafe tempatnya dan Yixing bertemu tadi sudah nampak jauh dari tempatnya berdiri. Sihyeon kembali menghela nafas.

Dia rindu Yixing. Tapi perasaan rindunya hanya sebatas itu. Tidak ada rasa rindu yang menggebu-gebu seperti biasanya.

Rasanya Sihyeon sakit. Dia tidak mungkin sudah melupakan Yixing bukan?

Wanita itu merogoh saku coat yang dia gunakan dan meraih ponselnya. Ada lima paggilan tidak terjawab dari Baekhyun.

Ah, dia lupa jika pria itu sudah berhenti dari pekerjaannya. Pasti saat ini Baekhyun sedang kebingungan mencari keberadaannya di rumah. Dasar pengangguran!

Sihyeon langsung melakukan panggilan pada Baekhyun, yang untungnya langsung diangkat pada dering pertama.

"Kau dimana?"

"Gangnam."

"Hah? Kenapa jauh sekali, kau bawa mobil atau tidak?"

Sihyeon terkikik geli. Kenapa Baekhyun terdengar sangat panik? "Aku naik taksi tadi, sekarang aku sudah mau pulang. Kau tunggu saja."

"Kau yang tunggu. Aku akan segera kesana. Kirim lokasimu padaku sekarang!"

Tuttttt!

Panggilan berakhir. Sihyeon berdecak pelan. Sedikit merasa kesal dengan tingkah laku Baekhyun yang sedikit berlebihan. Entah perasaannya saja atau memang benar, belakangan ini Baekhyun nampak sedang menyembunyikan sesuatu darinya, entah apa itu.

Tapi Sihyeon mencoba untuk pura-pura tidak tahu. Dia tidak mau ikut campur urusan Baekhyun. Takutnya jika dia tahu mengenai sesuatu malah akan membuat Baekhyun kesulitan.

Tidak akan membantu sama sekali. Jadi Sihyeon putuskan untuk menunggu hingga Baekhyun sendirilah yang memberitahunya nanti.

Sihyeon mendudukkan dirinya di salah satu stasiun bus setelah mengirim lokasinya pada Baekhyun.

Meskipun pemikiran Baekhyun terus saja berlalu-lalang di dalam kepalanya. Tapi Zhang Yixing tetap mendominasi.

Sihyeon jadi sedikit merasa ragu dengan perasaannya sekarang. Dia goyah. Sebenarnya mau dilihat dari manapun terlihat sangat jelas sekali jika perasaannya pada Yixing telah berkurang.

Tapi entah mengapa, kepalanya terus saja mengatakan jika Yixing-lah pria yang tepat untuknya. Sementara hatinya berkata lain. Sihyeon menggelengkan kepalanya frustasi.

Kenapa hal ini terjadi padanya?

Matanya menatap jalanan ramai di hadapannya dengan tatapan yang menerawang.

Dia rindu dengan orang tuanya dan adiknya yang hilang. Bagaimana keadaan adiknya saat ini? Apakah gadis itu makan dengan baik? Apakah dia baik-baik saja? Atau, apakah dia masih ingat padanya?

"Aduh!"

Suara mengaduh di sampingnya membuat Sihyeon segera menolehkan kepala dan beringsut bangun dari duduknya.

Seorang wanita yang sedang hamil tua nampak kesusahan meraih handbag belanjaannya yang berjatuhan di sekitarnya.

Sihyeon lantas menghampiri wanita itu dan membantunya memunguti handbag yang berjatuhan tadi.

"Aigoo... Terima kasih banyak nona," ujar wanita itu sambil menerima handbag yang telah dirapihkan oleh Sihyeon.

Sihyeon tersenyum kecil. "Tidak masalah, kenapa anda keluar di cuaca sedingin ini? Ayo kuantar anda pulang kerumah."

Wanita itu mengibaskan tangannya menolak. "Tidak perlu nona,sebentar lagi suamiku datang menjemput. Aih kau baik sekali."

"Benarkah? Kalau begitu ayo kubantu duduk. " Sihyeon lalu meraih pergelanggan tangan wanita itu dan menuntunnya untuk duduk di halte tempatnya tadi.

Wanita itu kembali mengucapkan terima kasih padanya. Ada satu hal yang menarik perhatian Sihyeon sedari awal.

"Usia kandunganmu sudah berapa bulan?"

Wanita itu tersenyum cerah dan menjawab dengan antusias. "Delapan bulan! September nanti bayiku akan lahir!" ujarnya antusias.

Sihyeon kembali tersenyum. "Senangnya, kuharap anakmu akan terlahir dengan sehat nantinya," katanya tulus.

Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Iya aku juga mengaharapkan hal yang sama denganmu. Terima kasih nona."

"Tidak perlu sungkan."

"Apa kau sudah menikah?"

Sihyeon menoleh dan menganggukkan kepalanya. "Ya. Aku sudah menikah dengan suamiku selama setahun."

"Wah kalian pengantin baru ya! Apa kau sudah punya anak?"

"Belum..."

Wanita itu menatapnya bingung, nampaknya dia menangkap sesuatu yang aneh dari ekspresi Sihyeon.

"Apakah aku salah bicara?"

"Aniyo... Aku hanya sedikit merasa sedih saja, sebelumnya aku juga pernah mengandung tetapi keguguran."

"Benarkah? Bagaimana itu bisa terjadi?"

Sihyeon terdiam. Bagaimana itu bisa terjadi? Ahh, kenapa rasanya sangat menyakitkan ketika mengingatnya?

"Saat itu aku masih muda, jadi aku tidak bisa merawat janinku dengan baik. Aku jatuh sakit dan membuat janin di dalam kandunganku ikut sakit dan meninggal."

Wanita itu menatapnya prihatin. Entah dorongan dari mana, tangannya meraih tangan Sihyeon dan mengelusnya. Mencoba menyalurkan perasaan prihatinnya pada Sihyeon.

"Tidak apa-apa, buatlah lagi yang baru dengan suamimu oke?"

Sihyeon tertawa. "Ah iya, terima kasih!"

"Yeonsu ya!"

Wanita hamil itu melambaikan tanganya pada sosok lain yang berada di belakang Sihyeon.

Seorang pria berpakaian rapi datang menghampirinya dengan nafas yang terengah-engah.

"Maafkan aku! Tadi ada rapat mendadak, kau tidak kedinginan? Bayi kita baik-baik saja bukan?"

Wanita bernama Yeonsu itu segera menggelangkan kepalanya, "aku dan bayi kita baik-baik saja. Cepat bawakan barangku!"

"Nona aku pulang duluan, kau tidak keberatan bukan?"

"Tidak, silahkan... Hati-hati dijalan."

Wanita itu berlalu pergi bersama suaminya. Sihyeon melambaikan tangannya sebentar sebelum kembali terduduk di halte lagi sendirian.

Ah sekarang bukan hanya keluarganya yang dia rindukan. Dia juga rindu bayinya.

****

Baekhyun tidak tahu, jika keterlambatannya dalam menjemput Sihyeon tadi akan berdampak buruk.

Segera setelah Baekhyun tiba di halte tempat Sihyeon menunggunya. Wanita itu langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun pada akhirnya.

Saat ini mereka baru saja tiba di apartemen, dan Sihyeon langsung melempar dirinya pada sofa.

"Aku baik-baik saja."

Dulu, Baekhyun pernah mendengar Chanyeol dan Luhan membahas tentang wanita yang selalu saja menyembunyikan perasaanya dengan mengatakan 'aku baik-baik saja.'

Faktanya itu tidaklah benar. Jika seorang wanita mengatakan hal itu maka sesungguhnya mereka sama sekali tidak baik-baik saja.

"Ada apa? Kau bisa mengatakannya padaku," ujar Baekhyun lembut.

Pria itu mengahampiri Sihyeon dan ikut duduk disampingnya. Tapi bukannya mendapatkan sebuah jawaban. Baekhyun malah mendapati bahu Sihyeon yang bergetar naik turun.

Wanita itu menangis.

"Jangan menangis," ujar Baekhyun lirih.

Setelah sekian lama, Sihyeon yang duduk memunggunginya sama sekali tidak mau berhenti menangis.

Perkataan Baekhyun sebelumnya malah membuatnya semakin menangis dengan kencang. Uhh, sekarang Sihyeon sudah berubah menjadi wanita yang cengeng.

Baekhyun terdiam bingung di tempatnya sambil menatap Sihyeon. Apa yang harus dia lakukan?

Dengan perasaan bingungnya, Baekhyun mendekati Sihyeon dan memeluk wanita itu dari belakang. Menyalurkan ketenangannya lewat sebuah pelukan.

"Jangan menangis lagi. Semuanya akan baik-baik saja..."

"Baek... Kau tahu bukan jika aku pernah keguguran?" tanya wanita itu dengan suara yang parau.

Pertanyaan Sihyeon yang tiba-tiba membuat Baekhyun terdiam di tempatnya tanpa tahu harus menjawab apa.

"Baekhyun..."

"Iya. Aku tahu, tapi apa aku punya hak untuk bertanya padamu saat itu?"

"Kau tidak perlu memiliki hak untuk bertanya padaku. Kau hanya perlu bertanya."

"Apakah sekarang itu penting?"

Sihyeon menganggukkan kepalanya. "Iya, karena sekarang aku merindukan bayiku."

🌸🌸🌸🌸

Btw chap selanjutnya bakal ada flashback singkat tentang kehamilan Sihyeon ya. Harusnya ini udah di bahas di chap sebelum2nya wkwk tapi karena baru kepikiran sekarang yaudah baru aku tulis deh! hahaha.

So jangan lupa buat komen sama vote ya^^

Bye~
Xoxo,

Continue Reading

You'll Also Like

762K 46.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
120K 9.9K 22
Satu kesalahan besar yang pernah dilakukan oleh Sasuke membuatnya dihantui rasa bersalah pada tetangga masa kecilnya. Tetangganya tidak lagi sama sep...
29.4K 1.9K 24
Memang benar jika dikatatan kisah mereka seperti cemara. Meski tumbuh perlahan, namun kekokohannya tiada pernah goyang. Meski kemarau panjang atau ba...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.7M 5.2K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.