Yours

By Leonpie

251K 30.9K 3.9K

[KOOKV; Collection] Sejauh apapun langkah ini menuju, duniaku akan terus berputar pada porosmu. More

He
April Fools
Changes
Lost
Beauty Boy
Spring Day
Secret Admirer
Boys 1.0
Boys 2.0
Book 1.0
Book 2.0
Move
Lie
Nonton
An Angel
Volley
Jokes
Cooking
Haruman
Jurnalis 1.0
Jurnalis 2.0
Winter
Study 1.0
Study 2.0
Enemy
Dream
Differences
The Doctor
Clover 1.0
Clover 2.0
Otherwise
Upnormal
Kim Taehyung
Jeon Jungkook
Yeontan 1.0
Yeontan 2.0
Prasangka 1.0
Prasangka 2.0
Second Button
Pleasure
Him
Distance
Challenge Letter

DNA

5.2K 676 68
By Leonpie

Enam tahun mengenal Jungkook, menjadikan Taehyung terbiasa dengan segenap perlakuan berbeda yang ia terima dari pemuda itu. Bagaimana Jungkook menatapnya sedemikian lekat di setiap kesempatan. Tanpa ragu memancarkan binar pemujaan yang begitu kentara. Membalas sederet pesan tidak penting yang Taehyung kirimkan di setiap malam panjang ketika matanya sulit untuk terpejam, dan membiarkan pesan-pesan lain tetap menumpuk di dalam ponselnya.

Enam tahun mengenal Jungkook, Taehyung terjerat tanpa celah oleh kungkungan dominasi yang termuda. Perkasa bagai dinding beton yang sanggup melindunginya setiap waktu, namun lembut di saat bersamaan. Jungkook tidak sedetikpun melepaskan sosok Taehyung dari jangkauan pandangnya. Memastikan Taehyung tetap berdiri tegak sebelum kecerobohan melukai dirinya sendiri. Jungkook bahkan tidak segan-segan menyanggupi seluruh keinginan terkonyolnya sekalipun.

Enam tahun mengenal Jungkook, membuat Taehyung mengerti betapa jauh ia telah tersesat dalam kecerdasan pemuda itu kala berucap. Menyihir setiap jengkal urat nadinya yang berdenyut, mengalirkan kepingan darah yang berdesir oleh ribuan untai kata seduktif.

Jungkook dan kelenturan lidahnya yang luar biasa. Taehyung tidak tahu mengapa jantungnya selalu berdetak di luar kendali. Di saat tahun-tahun yang terlewat sewajarnya menjadikan pemuda itu kebal akan semua rayuan picisan yang kadang-kadang lebih terdengar seperti sebuah guyonan semata.

Hanya Taehyung, dan ia tidak mampu menjelaskan segenap kebahagiaan yang membuat sudut bibirnya tertarik ketika bayang-bayang kebersamaan mereka berputar kembali di suatu waktu. Membuatnya merasa begitu istimewa hanya dengan berada di urutan teratas prioritas seorang Jeon Jungkook.

Dan enam tahun mengenal Jungkook, menuntun Taehyung untuk membaca setiap gurat ekspresi yang tercermin dalam cara pemuda itu bersikap. Seperti saat ini misalnya, tanpa diberitahu sekalipun, Taehyung terlampau mengerti bahwa kekasih tampannya itu tengah kesal, entah atas alasan apa.

"Jungkook-ah." Taehyung menyentuh bisep Jungkook yang bergeming di sisinya, sebisa mungkin menarik perhatian pemuda itu dari panggung meriah yang tengah menampilkan persembahan terbaik para penyanyi Korea Selatan. Karena demi Tuhan, tidak biasanya Jungkook mengabaikan eksistensinya sebegini lama, pasti ada sesuatu. Maka Taehyung tidak ingin menyerah, dan mencubit lengan kokoh kekasihnya kali ini. "Jungkookie." ia memanggil lagi. Omong-omong, nada rengekan yang terdengar itu sama sekali tidak direncanakan.

Jungkook menangkap pergelangan tangan yang menggerayangi lengannya tanpa menoleh. Menggiringnya turun hingga terlepas.

Taehyung memberengut. Hey, ia hanya menginginkan satu perhatian dari manusia ini, bukannya mengharapkan atensi dari seluruh penonton, mengapa sesulit ini, sih?

Merasa diabaikan tanpa sebab, Taehyung memilih beringsut ke arah Seokjin. Menempel di sampingnya lantas berbisik lirih. Mood-nya kini benar-benar telah meluruh jatuh hingga mata kaki. "Hyung, aku ingin ke toilet."

Seokjin mengangguk sekali sebagai balasan. Tangannya belum berhenti dari tepukan membahana pasca berakhirnya penampilan di atas panggung. "Bawa Jungkook bersamamu."

"Tidak mau!" sahut Taehyung cepat. Terlalu cepat hingga Jimin yang berada di akhir barisan turut menoleh dengan alis bertaut.

"Tumben tidak mau?" komentarnya kemudian.

"Pokoknya tidak mau!"

"Ya sudah." Jimin mengedik pada akhirnya. Tidak berniat menguras energinya lebih jauh hanya untuk membujuk Taehyung.

Seokjin membuang nafas berat. Sekali tebak ia tahu bahwa kedua manusia yang seperti perangko itu pasti sedang bertengkar entah sebab apa. Maka dari itu Seokjin menyerahkan urusan tersebut kepada leader kelompok mereka. "Pergi dan tanyakan pendapat Namjoon."

Jawaban dari yang tertua otomatis menambah jumlah kerutan di wajah Taehyung. Berbicara dengan Namjoon sama saja seperti mempermainkan emosinya. Karena untuk mencapai posisi duduk sang pemimpin, ia harus melewati Jungkook yang berada di antara mereka.

Apa boleh buat?

Taehyung mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Namjoon, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Jungkook. "Namjoon hyung, aku ingin ke toilet." Ia berbisik. "—sendirian," lanjutnya sebelum yang lebih tua sempat membuka mulut.

"Oh, tidak boleh kalau begitu." Namjoon memasang ekspresi; kau tahu jawabanku yang menyebalkan.

"Aku tahu letak toiletnya, hyung. Jangan memperlakukanku seperti bayi!"

"I'm not. Kasusmu yang selalu tersesat yang membuat kami semua khawatir. Perlu kuingatkan bahwa kita sedang berada di Hongkong? Bawa seseorang bersamamu dan biarkan aku menikmati hari ini dengan tenang," tutup Namjoon final. Nadanya tegas tak terbantahkan, namun sarat akan kepedulian. Sungguh cerminan seorang pemimpin yang hebat.

"Ayo kutemani."

Taehyung menegakkan punggung ketika suara Jungkook terdengar mengajukan diri. Kalimat penolakan sudah menggantung di ujung lidahnya, hanya untuk kembali tertelan sebab dorongan dari kantung kemihnya jauh lebih penting saat ini. Maka Taehyung segera berdiri, mendahului Jungkook yang mengikuti dengan patuh di balik tubuhnya. Dasar, padahal beberapa saat lalu ia yang tampak paling tidak peduli.

Toilet terlihat lengang saat mereka tiba. Dua pemuda berpakaian serba hitam yang terlihat seperti back dancer baru saja meninggalkan toilet bertepatan dengan langkah mereka menuju pintu. Taehyung setengah berlari menghampiri urinoir, lantas menuntaskan hasratnya. Sedikitpun tidak menaruh curiga ketika Jungkook bergeming di balik pintu.

Cklek.

Taehyung menoleh cepat saat mendengar suara-suara dari arah Jungkook berdiri. Berdiri termangu seiring langkah Jungkook yang mendekat. Taehyung membiarkan tangannya melayang di bawah guyuran air keran wastafel. Membiarkan rasa dingin perlahan merambat melalui ujung jemarinya. Dan membiarkan Jungkook menggodanya dengan langkah beritme lambat yang seketika mengaduk isi perutnya.

"Jungkook-ah, m-mau apa?" Sekuat tenaga Taehyung menjaga suaranya tetap tenang, namun sia-sia.

Wajah Jungkook yang seperti menahan marah membuat Taehyung meremang. "Mau hyung." Dan suara bernada rendah itu betul-betul memperburuk suasana.

Jungkook mengulurkan tangan, menggapai keran lantas memutarnya, menyebabkan suara desisan air yang mengalir sontak menghilang. Menyisakan hening dan dentuman musik yang masih terdengar samar.

"Hyung."

"Hm?" Taehyung tidak mampu menemukan suaranya. Tersendat bersamaan dengan akses kaburnya yang juga diblokade oleh lengan kekar Jungkook di masing-masing sisi tubuhnya. Lalu entah sejak kapan tangan-tangan itu sudah berpindah ke sekeliling pinggangnya. Melingkar tanpa permisi lantas mengangkat tubuh kurusnya dalam sekali sentak.

Kini Taehyung telah terduduk di atas keramik yang menjadi pemisah antar wastafel.

"Aku pernah bilang apa tentang terlalu akrab dengan orang lain selain aku?"

Taehyung berkedip sekali sebelum meledak dalam tawa. Astaga, jadi semua keterdiaman Jungkook adalah tentang itu? Ia terlanjur larut dalam kekesalan akibat kecemburuan kekasihnya?

"Berhentilah bersikap kekanakan. Aku juga perlu berteman, Jungkook. Kau saja aku bebaskan menjadi akrab dengan teman-teman seusiamu, masa aku tidak boleh?"

"Itu berbeda."

"Apanya yang berbeda? Memangnya hanya kau yang bisa cemburu?" ketus Taehyung dengan amarah meluap-luap.

Satu alisnya terangkat naik. "Jadi kau cemburu kalau aku menghabiskan waktu bersama teman-temanku?"

Bisikan Jungkook bagai sentruman di telinganya. Menjadikan Taehyung tergagap di tempat, menyesali sikap terang-terangan yang baru saja ia lakukan di hadapan pemuda itu. "Yah, bukan begitu."

Jungkook tertawa pelan, mengagumi rona merah di wajah kekasihnya. Ia beringsut maju, memangkas jarak di antara mereka akibat desakan hormon yang bergejolak ribut. Ini semua karena Taehyung terlalu menggemaskan, sulit sekali rasanya menahan diri untuk tidak menyentuh Taehyung di depan kamera. Terutama semenjak agensi memutuskan agar memanjangkan rambut pemuda itu.

Maka jangan heran ketika nama mereka tiba-tiba saja menjadi populer di kalangan penggemar bersama segelintir aksi nekat yang Jungkook lakukan di depan publik.

Taehyung tidak melawan saat Jungkook menyatukan bibir mereka. Awalnya hanya satu kecupan. Kecupan yang perlahan meningkat menjadi sebuah lumatan. Lalu lumatan itu merambat menuju leher.

"Ahh— bodoh, jangan meninggalkan bekas!" Taehyung merintih kaget ketika Jungkook menghisap kulit lehernya terlampau kuat.

"Maaf," kekehan rendah mengalun menuju reseptornya, melemahkan Taehyung sekali lagi. "Tidak akan ada yang memperhatikan."

Ketika Jungkook menjauhkan diri dari ceruk leher sang kekasih, giliran Taehyung yang bergerak mendekat. Jungkook menggeram tertahan ketika Taehyung menggeritkan gigi di permukaan lehernya. Meninggalkan bercak merah yang sama di bawah sudut rahang kanannya. Pembalasan, ungkap Taehyung menggemaskan.

"Sudah cukup." Taehyung menghentikan kegiatan mereka sebelum keduanya bergerak lebih jauh. Masih ada sekian pasang mata yang harus mereka hadapi setelah ini, dan terang saja hal itu teramat berisiko. "Aku akan kembali lebih dulu. Setelah itu kau menyusul, oke?"

Tanpa menunggu jawaban dari yang termuda, Taehyung segera meloncat turun menabrak lantai sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu. Sebab, ia terlalu mengenal Jungkook. Pemuda itu tidak mungkin sampai hati menolak keinginannya.

Enam tahun saling mengenal, di balik pertengkaran kecil mereka yang kekanakan. Di balik setiap tatapan lurus yang Jungkook berikan. Dan di balik afeksi sederhana di antara keduanya, semua tahu bahwa Kim Taehyung adalah kelemahan terbesar bagi Jeon Jungkook.

Singkat cerita, mereka melupakan satu hal penting; bahwa tidak ada satupun dari gerak-gerik mereka yang bisa luput dari perhatian penggemar.

Tidak, satupun.

Karena tidak butuh waktu lama sampai foto-foto laknat itu menyebar di seluruh media sosial. Dan menyisakan Taehyung bersama tudingan kekesalannya yang teracung lurus-lurus tepat ke wajah sang kekasih.

.
.
.

fin.

Continue Reading

You'll Also Like

152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
7.1K 965 22
Gores demi goresan luka menghantam batinnya Biarkan hanya ada pisau dan dirinya || I'm just hurt and my wounds are so deep|| MinSang BxB (yg ga suka...
46K 4.6K 5
Jungkook memiliki dua malaikat tak bersayap yang selalu siap berada di sisinya kapan saja. KOOKV. Parents!taekook. Family!au
19.8K 2.1K 9
Tanggal 1 Januari, Pukul 12 tengah malam; Hari dimana seharusnya Jungkook merayakan tahun baru sekaligus menyatakan perasaannya pada pria idaman se...