Semua Karena Cinta(Completed)

By dnhpo_

171K 15K 866

Semua bisa terjadi karena cinta yang di miliki. Dua orang gadis yang sedari kecil bersahabat, berpisah ketika... More

1
2
3
4
5
6
7(Revisi)
8
9(Revisi)
10(Revisi)
11(Revisi)
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

19

3.8K 397 33
By dnhpo_

Author Pov

"Bisa nggak, ya?" gumaman seorang gadis berambut pendek itu sangat terdengar oleh sahabatnya yang duduk di hadapannya.

"Lo dari tadi mantengin laptop tapi kagak ngetik, ngerjain apaan, sih?" Ucap sahabatnya yang sudah melongokan kepalanya ke depan laptop yang sedaritadi tidak di sentuh.

"Sapa tuh, Vin? cakep amat. Gebetan baru ya?" si empunya laptop hanya memutar bola matanya malas. Dia kembali menatap layar laptopnya.

"Lo tau dia siapa?" Tanya gadis itu tersenyum tipis.

"Entah, gue aja nanya ke lo, gimana sih," jawab sahabatnya dengan tampang kesal.

"Namanya Shani. Udah beberapa hari gue deket sama dia, tapi... dia udah punya." Ujarnya dengan nada lemah.

"Baru pacaran kan? belum nikah aje. Yang nikah aje bisa cerai apalagi yang pacaran. Gue doain tuh, dia putus sama pacarnya." Kata sahabatnya sambil tertawa.

"Yee, gue nggak sejahat itu, Nabilah." Keduanya kembali sibuk dengan ponselnya masing-masing.

"Viny! Nabilah! kok tumben cuma lo berdua? mana yang lain?" Jeje yang baru datang tampak bingung karena sahabatnya tidak lengkap.

"Entah, Kinal bolos kuliah, Beby katanya sakit, Lidya... eh, itu anak kemana ya?" Nabilah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kepalanya menoleh kiri kanan mencari keberadaan Lidya.

"Lah? emang itu bocah kuliah?" tanya Viny heran.

"Iya, tadi pagi gue liat dia lari-lari di parkiran. Kayaknya sih, dia telat." Jeje nampak berfikir mendengar penjelasan Nabilah.

"Lo nyadar nggak sih, ada yang Lidya sembunyiin dari kita. Dia jarang banget tuh, kumpul sama kita sekarang." Viny dan Nabilah mengangguk membenarkan. Memang beberapa hari ini Lidya sangat jarang bisa berkumpul dengan mereka. Bahkan saat mereka telepon ke Ayahnya, Ayahnya bilang kalau Lidya pergi bersama Kinal. Padahal mereka tahu kalau Kinal sedang uring-uringan di dalam kamarnya.

"Kayak ada yang dia cari gitu. Tapi apa ya?" Gumam Jeje menggigit bibir bawahnya.

Viny memicingkan matanya saat melihat seseorang yang dia kenal. "Itu Kak Ve bukan sih?" Ucapan Viny mengalihkan pandangan Nabilah dan Jeje. Keduanya langsung mengikuti arah yang Viny tunjuk.

"Iya, itu Kak Ve. Ngapain ya, disini?" Viny hanya mengindikan bahunya dan mulai berdiri.

"Mau kemana, Vin?" Tanya Jeje bingung.

"Ke Kak Ve, lo pada mau ikut nggak?" Jeje dan Nabilah mengangguk. Ketiganya segera berjalan ke arah gadis CEO muda yang tampak elegan dengan pakaiannya hari ini.

"Kak Ve!" Panggilan Viny mengalihkan pandangan Veranda yang terlihat sedang mencari seseorang.

"Eh, kalian." Ucap Veranda tersenyum manis ke arah mereka.

"Kak Ve ngapain disini? mau daftar kuliah lagi?" Guarau Nabilah. Veranda hanya menggeleng sambil tersenyum

"Enggak, Kakak cuma nyari Kinal. Kalian tau kemana Kinal?" Ketiganya saling memandang. Mereka sangat heran dengan Veranda. Gadis di hadapan mereka itu terus menatap mereka penuh harap.

"Kinal dirumahnya, Kak. Katanya dia lagi galau. Habis di tolak orang." Jawab Viny mewakili. Veranda mengerutkan keningnya. "Rumah?" Tanyanya dengan heran.

Ketiganya kompak mengangguk. Mereka makin bingung saat pertanyaan itu terlontar dari Veranda.
"Kalian yakin? aku baru dari rumahnya. Kata Bibi dia ke kampus," ucap Veranda. Jeje menyenggol lengan Viny dan Viny menyenggol lengan Nabilah.

"Kok malah senggol-senggolan gitu, kalian tau Kinal, nggak?" Tanya Veranda lagi.

"Eemm... ke kampus ya, Kak? tapi setau kita, Kinal nggak ke kampus. Ya kan, Vin?" Viny mengindikan bahunya karena memang dia tidak tahu.

"Lah? fakultas lo kan deket sama Kinal, gimana dah," kata Jeje. Viny menoleh pada Nabilah yang juga mengindikan bahunya.

"Gue jauh, kalo yang ditanya Beby, gue masih bisa jawab." Ucap Nabilah cepat.

"Eemmm... yang deket kan, cuma Lidya. Coba lo telpon tuh kunyuk satu." Viny mengangguk dan mulai menelepon seseorang yang tak kunjung mengangkat teleponnya.

"Bentar ya, Kak Ve, belum diangkat." Kata Viny tidak enak. Veranda hanya mengangguk.

"Hallo, Lid? lo dimana?"

"Ngapa dah, nelponin gue. Kan gue udah bilang, gue ke Jogja."

"Hah? Jogja? yang bener lo ke Jogja? kapan lo ke Jogjanya?" Semua mendelik ke arah Viny.

"Lah, kemarin sore gue chat kalian, masa nggak masuk? kemarin sore gue ke Jogja, Viny!"

"Yang bener lo? berarti matanya Nabilah yang siwer nih," kata Viny menoyor kepala Nabilah.

"Eh, enak aja! gue beneran tadi liat tuh bocah lari-lari di parkiran." Balas Nabilah tidak terima.

"Tapi ini Lidya bilang kalo kemarin sore dia berangkat ke Jogja. Terus siapa yang lo liat tadi?" Nabilah mengindikan bahunya.

"Hallo, Lid? ini si Nabilah katanya liat lo tadi pagi lari-lari di parkiran. Lo beneran ke Jogja?"

"Eh, bencong! gue beneran ke Jogja. Entar gue kirim foto ke grup. Masa temen sendiri pergi lo pada nggak tau. Padahal udah gue chat."

"Mana ada chat, nggak ada sama sekali. Bo'ong kan lo? biar bisa jalan-jalan sendiri." Jeje dan Nabilah mengkode Viny agar cepat menyelesaikan teleponnya.

"Enak aja, gue kesini karena sesuatu. Entar kalo gue udah pulang, gue kasih tau kalian. Udah dulu ye? gue mau ketemu seseorang dulu."

"Lah? dimatiin. Belum juga nanya," gumam Viny memasukan ponselnya ke dalam saku jaketnya.

"Maaf, Kak Ve. Ternyata Lidya ke Jogja. Si Kinal kemana dah," kata Viny menoleh kiri-kanan.

"Kak Ve, mendingan Kak Ve pulang dulu. Entar kalo kita ketemu Kinal, kita hubungin Kak Ve. Gimana?" Pertanyaan Jeje itu hanya diangguki Veranda. Kemudian gadis itu berpamitan untuk pergi.

"Si Kinal ke kampus? yakin nggak tuh, jangan-jangan Bibi di suruh dia buat bilang begitu ke Kak Ve."  Kata Viny heran.

"Bisa jadi, Vin. Tapi setau gue, Kinal nggak pernah kayak gitu deh," timpal Nabilah.

Ketiganya terdiam beberapa saat. Hingga mata ketiganya tidak sengaja melihat sesuatu. "ITU LIDYA!" seru mereka bersamaan. Mereka segera berlari mengejar orang berbaju coklat itu.

Sesampainya di parkiran, mereka terdiam saat orang yang mereka kejar menaiki sebuah mobil. "Kek kenal mobilnye," gumam Nabilah memicingkan matanya.

"Bil! Itu kan mobil lo!" Seru Viny menepuk pundak Nabilah.

"Oh iye! mobil gue oiy! mobil gue!" Teriak Nabilah yang berlari. Namun berhenti karena tangan Jeje yang menarik Hoodie jaketnya.

"Lo mau kemana? ngejar? percuma, mobil lo pake kekuatan turbo mesinnye. Sok-sokan ngejar, sengklek tuh kaki." Kata Jeje menghentikan Viny dan Nabilah.

"Iya juga ya," gumam keduanya. Jeje menggeleng dan berjalan ke arah mobilnya.

"Lo gimana sih, sama mobil sendiri lupa." Kata Viny. Nabilah hanya cengengesan sambil mengikuti Jeje yang masuk ke dalam mobil bagian belakang.

"Lo ngapain, Je?" Tanya Nabilah menatap Jeje yang sedang mengotak-atik laptopnya.

"Gue lagi nge-cek nomor plat mobil lo." Jawab Jeje singkat. Nabilah mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Tapi, itu Lidya atau bukan ya?" tanya Viny sendiri.

"Kalo gue sih, percaya itu bukan Lidya. Soalnya kan, gue juga pernah di jadiin kambing hitam." Ucap Nabilah. Viny mengangguk dan mulai memperhatikan Jeje yang sedaritadi diam memandang layar laptopnya.

"Gotcha!! liat, guys! apa yang gue temuin disini." Ujar Jeje dengan senyum miringnya.

"Apaan, Je?!" Ucap Nabilah dan Viny bersamaan. Keduanya langsung berebut menatap layar laptop Jeje.

"Ternyata, orang yang bawa mobil lo itu, nggak jauh dari rumah lo. Kok aneh ya?" Gumam Jeje dengan sangat heran.

"Bentar, itu wilayah rumahnya Lidya, Je!" Seru Nabilah. Jeje langsung melihat kembali ke layar laptopnya. Dan benar, di titik merah yang ada dalam layar laptop Jeje adalah letak rumah Lidya.

"Nggak, nggak mungkin. Ini laptop gue yang salah pasti!" Kata Jeje kembali mengotak-atik laptopnya. Memang dari antara mereka ber-enam, Jeje adalah orang yang pandai mengotak-atik laptop atau komputer. Bahkan dia pernah meng-hack website sekolah untuk memanipulasi nilainya. Dan oleh sebab itu, Jeje sering di panggil si otak robot oleh sahabatnya. Karena otak Jeje memang benar-benar seperti robot jika di beri sebuah komputer atau laptop.

"Je, tenang-tenang. Kita pasti di mainin sama teknologi. Sekarang, kita coba ke rumah Lidya." Ucap Viny menenangkan. Jeje menghela nafasnya dan mengangguk. Ketiganya segera masuk ke dalam mobil Jeje, karena Nabilah yang mobilnya hilang dan Viny memang sedang malas membawa mobil.

*****

Di lain tempat, seorang gadis bertubuh tinggi terus memperhatikan beberapa orang yang sedang berbincang-bincang di salah satu meja restoran. Dia terus berusaha menguping pembicaraan orang-orang itu.

Gila, gue nggak nyangka. Kinal sama yang lainnya harus tau. Ayah juga harus tau. Ucapnya dalam hati. Dia mengeluarkan ponselnya dan segera mengetik sesuatu ke seseorang. Matanya terus bergerak memperhatikan orang-orang yang tidak tahu keberadaannya itu.

*****

Jeje menghentikan mobilnya di depan rumah yang terbilang besar. Mereka segera keluar saat melihat mobil yang tadi mereka lihat di kampus melaju meninggalkan depan gerbang rumah itu.

"Anjing! cepet banget sih!" Umpat Jeje menghentakan kakinya ke tanah.

"Guys!" Nabilah dan Jeje yang masih mengumpat langsung menghampiri Viny yang sedang berdiri di depan pintu pagar.

"Apaan?" Tanya Nabilah menghampiri Viny yang tampak pucat.

"Darah, guys! darah!" Pekik Viny yang langsung mendorong pintu pagar besar itu. Ketiganya langsung berlari ke dalam rumah.

"AYAH!" teriak ketiganya yang langsung berlari ke arah pria yang perutnya sudah bersimbah darah. Nafas pria itu tampak putus-putus. Wajahnya memperlihatkan kalau dia sedang menahan sakit pada luka di perutnya.

"Ayah!" Panggil mereka. Pria itu mulai membuka matanya. Senyum tipis tampak di wajah yang masih sangat terlihat tampan.

"Jeje, ce-cepat ka-kamu hu... bungi Kinal... dia da-dalam bahaya." Jeje mendelik saat mendengar ucapan pria itu. Dia mengangguk dan segera menghubungi Kinal. Sementara Viny terus memangis memeluk kepala pria itu.

"Nabilah! malah bengong, cepet bantuin!" Seru Viny mengagetkan Nabilah. Gadis itu tersadar dan langsung menatap Viny.

"Ah, iya! bantuin apa? gue mesti apa?!" Teriak Nabilah panik.

"TELPON AMBULANS!! Malah nanya!" Seru Viny yang juga panik.

"Iya-iya, ambulans ya, telpon ambulans. Handphone gue mana?!! handphone, handphone!!" Teriak Nabilah sambil merentangkan tangannya. Dia sangat terlihat panik.

"ADUH!! JAKET LO, BIL, JAKET!" Teriak Viny lagi.

"Jaket? Kenapa sama jaket gue?" Tanya Nabilah ribut sendiri.

"DALEM KANTONG JAKET LO, NABILAH!!" Seruan Viny membuat Nabilah mengangguk-anggukan kepalanya.

"Oh iya, jaket-jaket. Telpon ambulans." Gumam Nabilah mengambil ponselnya dalam jaket. Tangannya sangat terlihat gemetaran saat akan menelepon ambulans.

Sementara Jeje terus berusaha menelepon Kinal yang ponselnya tidak aktif. "Ini kemana sih, si Kinal!" Seru Jeje yang sudah panik.

"Ayah, Ayah bertahan sebentar ya? ambulansnya dikit lagi dateng." Ucap Viny yang terus menangis. Sedangkan Nabilah hanya bisa berdiri sambil berdoa dalam hati.
"AH SHIT!! Kinal kemana sih!!" Geram Jeje.

Tak lama kemudian, ambulans datang. Mereka segera membawa Ayah Lidya ke rumah sakit.

*****

Gadis bergingsul yang menggunakan hoodie nerah terus memakan sebungkus jajan anak sekolahan. Dia baru saja keluar dari SMA lamanya. Entah apa yang dia lakukan disana. Matanya terus menatap anak-anak SMA yang sedang asyik mengoper bola orange itu dengan semangat.

"Main macem apa itu, main kok berantem." Gumamnya memakan kembali makanannya.

"Kinal!"

"Argh!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dududu~

Karna kmren bnyk yg YAME, entar gue update YAME 😉
Tp rada maleman ya, gue mesti ngurus sesuatu😁
Mungkin sekitar jam 22 atau lebih. Terserah mo nunggu atau gk 😂

Yv

Continue Reading

You'll Also Like

786K 58K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
724K 67.6K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
YES, DADDY! By

Fanfiction

302K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
197K 24.5K 43
Sentuhan cinta, kasih sayang, dan kehangatan yang hanya untuknya. Dimohon untuk membaca season pertama dulu ya luv agar tidak bingung saat membaca s...