25

3.9K 345 12
                                    

Author Pov

Seorang gadis berambut panjang berwarna cokelat yang terurai berjalan menuruni tangga rumahnya. Sesekali dia bersenandung menyanyikan beberapa lagu yang terlintas di pikirannya. Rumah besar dengan gaya klasik itu tampak sepi walau di huni beberapa orang.

Dia berjalan menuju pintu luar. Namun langkahnya terhenti ketika seseorang membuatnya terkejut.

"Naomi, Papa pulang kok kamu malah nyelonong pergi." Gadis itu menoleh dan wajah yang tadinya sangat gembira mendadak berubah datar tanpa ekspresi.

"Ngapain anda kemari?" Tanya Naomi malas.

Pria dengan setelan jasnya itu tersenyum manis ke arah Naomi. Meski sudah berumur lebih dari setengah abad, pria itu masih tampak tampan dengan kumis tipis di bawah hidungnya. Di tambah tubuh tinggi dan wangian parfum yang membuatnya tampak lebih segar dari umurnya.

"Belum berubah? Saya ini Papa kamu, Mi. Jadi sekali-kali bersikaplah baik. Toh, biaya kuliah kamu juga dari Papa." Ucap Pria itu duduk di sofa cokelat yang sebelumnya dia tempati.

"Kalau anda Papa saya, anda akan bertanggungjawab atas kelahiran saya dulu." Pria itu hanya melirik sekilas ke arah Naomi yang menatapnya semakin tajam.

Seolah tidak mendengar ucapan Naomi, pria itu mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan secarik kartu nama. Dia menatap Naomi sebentar dan kemudian menghela nafas.

"Kamu tau Jessica Veranda? Pasti tau dong." Naomi mengerutkan keningnya heran ketika pria yang mengaku Papanya itu menyebut nama seorang CEO muda terkenal itu.

"Papa kesini cuma mau kamu bawa ini ke dia. Kasih ini ke dia langsung. Dan ini nama kantornya, Papa yakin kamu udah tau tapi biar kamu nggak nyasar bawa aja kartu nama dia. Nggak perlu bilang kalo ini dari Papa atau kamu sebut nama Papa. Kasih aja dan kalau dia tanya..." Pria itu diam sebentar. Matanya bergerak ke kiri dan ke kanan seolah mencari kata-kata yang pas.

"Jawab aja ini dari orang terpentingnya." Lanjutnya dan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Mata tajamnya itu menatap Naomi yang masih diam.

"Ambil." Katanya saat melihat Naomi yang ragu ingin mengambil amplop itu.

Tak lama setelah pria itu mengatakan itu, tangan putih Naomi menggapai amplop cokelat itu di atas meja. Sejenak dia menatap kartu nama berwarna biru yang tadi tergeletak di atas amplop. Dan setelahnya, tanpa mengatakan apapun, Naomi meninggalkan pria itu yang masih memandanginya.

"Seandainya kamu tau, Papa menyesal sudah membuat Mama kamu seperti sekarang." Gumam pria itu menundukan kepalanya.

*****

Naomi keluar dari mobilnya dan berjalan menuju pintu kaca. Di sana ada seorang pria dengan setelan security-nya menghampirinya dengan sopan.

"Mohon maaf, Mba. Mbanya mau bertemu siapa?" Tanya pria itu tersenyum.

"Ini, Pak, saya temannya Bu Veranda. Bu Verandanya ada?" Tanya Naomi membalas senyuman pria tersebut.

"Oh, Bu Verandanya ada. Silahkan masuk." Naomi mengangguk kecil dan berjalan menghampiri dua perempuan di meja resepsionis.

"Permisi, Mba. Saya temannya Bu Veranda, apa saya bisa bertemu Bu Veranda?" Tanya Naomi dengan ramah.

"Maaf, sebelumnya apakah sudah membuat janji dengan Bu Veranda?" Tanya perempuan berbaju merah maroon di hadapan Naomi itu.

"Ah, iya, saya belum membuat janji sih, tapi saya harus memberikan ini secepatnya, dia tahu saya kok."

Setelah di beri izin dan beritahu harus melewati jalan mana, Naomi segera berjalan menuju ruangan Veranda. Dia yang awalnya di tawarkan untuk di antar hanya menolak pelan. Dia tidak mau siapapun melihat reaksi Veranda terhadapnya.

Semua Karena Cinta(Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat