36

5.8K 365 34
                                    

Kinal Pov

Pagi yang cerah diiringi kicauan burung di luar sana. Aku terbangun dengan senyum lebar mengembang di kedua sudut bibirku. Rasanya lelah semalam untuk mengerjakan tugas-tugasku telah sirna setelah semalam Ve meneleponku. Bahagianya punya pacar bidadari.

Aku segera bergegas membersihkan diri karena pagi ini aku akan menjemput kekasihku yang berpipi bakpao itu. Entahlah, pipinya itu ibarat bakpao yang masih hangat, empuk.

Selesai mandi, aku langsung memakai pakaian dan segera turun. Saat aku turun, tampak di meja makan ada Opa, Papa juga Om Bram sedang asyik mengobrol. Aku heran dengan Omku ini, sudah punya rumah sendiri, tapi seminggu ini tidak pulang ke sana. Katanya sih, rindu dengan rumah masa kecilnya ini.

"Heh! Melamun aja kamu. Sini! Makan terus ke kampus." Aku menjulurkan lidahku dan duduk di sebelah Opa. Sementara Papa dan Omku duduk di hadapanku.

"Kinal, gimana sama kuliahnya?" Tanya Opa setelah menelan sepotong telur.

"Biasa aja, Opa, nggak ada yang istimewa. Yang istimewa mah Cherrybelle." Terasa di kakiku sebuah tendangan dan aku tahu itu kaki siapa.

"Opa! Papa nih, masa kaki Kinal di tendang-tendang." Aduku pada Opa yang langsung tertawa kecil. Sedangkan aku bisa melihat Papa mendelik padaku.

"Kalian ini, udah pada tua juga. Cepet makan!" Aku tersenyum miring melihat kedua pria dewasa di hadapanku yang menatap kesal padaku.

Kalau ada Opa dirumah, hidupku akan selalu sejahtera, adil dan makmur karena semua fasilitas di tambah, uang jajan bertambah di ATM, dan aku akan menjadi orang paling benar di rumah ini meski aku yang salah. Tapi bukan berarti aku selalu melakukan kesalahan, ya? Paling benar maksudnya aku yang selalu Opa bela dari pada kedua pria dewasa ini.

"Berangkat sekolah sama siapa kamu?" Tanya Om Bram yang membuat aku langsung mendengus kesal. Entah mengapa Om Bram selalu menganggap aku masih sekolah padahal sudah kuliah.

"Kuliah, Om, kuliaaah! Bukan sekolah. Di kira aku masih TK apa." Gerutu kesal.

"Ya elah, sama aja juga. Mau sekolah apa kuliah, artinya sama. Sama-sama nyari ilmu, padahal ilmu belum tentu mau nyari kamu." Aku hanya memutar bola mataku malas mendengar ucapannya yang kadang lupa dengan umurnya.

"Udah ah, Kinal buru-buru mau ke kampus." Aku beranjak dari dudukku setelah menghabiskan sarapanku. Sebelum aku pergi, aku mencium pipi ketiga pria di hadapanku itu.

"Kinal pergi, ya? Jangan pada kangen." Kataku menyengir. Opa hanya tersenyum sedangkan Papa dan Omku mencibir aku. Kompak sekali mereka kalau sudah urusan mencibirku.

"Opa udah kirim uang lagi di ATM kamu, Nal. Kalo laper langsung makan, mau beli apa-apa nggak usah minta Papa kamu lagi."

Tuh, kan? Opa selalu tahu kalau rekeningku harus di isi setiap saat karena baju di Mall sedang banyak yang sale. Lumayanlah, hari ini bisa belanjain calon istri hahaha.

*****

Aku turun dari mobil dan melihat Veranda sudah berdiri di teras depan. Senyumnya menyambut aku yang juga sedari tadi tersenyum menatapnya yang selalu tampak cantik. Aaaa! Jadi ingin di halalin cepat-cepat.

"Pagi, Kinay!" Sapanya dengan mengecup pipiku sekilas dan kemudian langsung masuk ke dalam mobil meninggalkan aku yang masih membeku karenanya.

Aku pun segera menyusulnya dan menjalankan mobilku ke kantornya. Sepanjang jalan aku merasa benar-benar bahagia melihatnya terus tersenyum. Bahkan aku tidak tahu mengapa dia tersenyum terus.

"Kamu kenapa?" Tanyaku sedikit meliriknya.

"Ah? Gapapa kok. Cuma seneng aja karena kamu jemput aku." Jawabnya tersenyum kepadaku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Semua Karena Cinta(Completed)Where stories live. Discover now