16

5K 412 28
                                    

Kinal Pov

Sudah hampir 3 jam aku diam menatapnya yang sedang menatap layar televisi. Setelah kejadian di kantornya, aku hanya bisa diam. Tidak ada jawaban apa-apa dari mulutnya. Dia terus diam, bahkan saat mendengar apa yang aku katakan, dia memilih menghindar dengan cara memintaku untuk pindah dari tubuhnya.

Ku mainkan ponselku yang sedari tadi berbunyi karena chat dari teman-temanku. Mereka meributkan hal-hal yang sungguh tidak penting.

"Mau aku buatin makan? kamu dari tadi belum makan." ucapnya tanpa menoleh padaku. Aku menggeleng dan memilih berdiri.

"Aku mau pulang." kataku singkat. Dia terlihat mengangkat wajahnya dan menaikan satu alisnya.

"Kenapa? bukannya mau nonton DVD? kok pulang?" tanyanya dengan wajah... kecewa? Entahlah, akupun tak paham.

"Enggak jadi deh. Aku pulang aja, Beby kayaknya butuh aku. Udah dulu ya, Kak? daaah." aku segera berjalan keluar sebelum dia kembali bertanya.

Rasanya, sakit tapi tidak berdarah. Aku menembaknya, tapi belum ada jawaban darinya. Mungkinkah dia shock? oke, aku tahu ini gila. Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku yang selama ini aku pendam untuknya.

"KINAL!"

Kakiku berhenti melangkah. Dia memanggilku dengan keras. Enggan untuk melihatnya, aku hanya terus diam dalam posisiku.

"Aku mau kamu disini, temenin aku." katanya. Terdengar suara langkahnya mendekatiku.

"Beby butuh aku, Kak." ujarku beralasan. Dia berdiri dihadapanku dan menarik kedua tanganku yang bebas.

"Aku tau kamu ngehindarin aku. Tolong, kasih aku waktu buat jawab. Aku mohon," ucapnya meletakan tangan kanannya di pipi kiriku. Sedangkan tangan kirinya, masih menggenggam tangan kiriku.

"Aku mohon, Nal. Aku janji, aku bakal jawab secepatnya." lanjutnya meyakinkanku. Aku pun mengangguk dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Sini, makan dulu. Habis itu kita nonton. Jangan teriak-teriak loh kalo nonton. Bisa budek telinga aku..." dia terus mengoceh sambil meletakan beberapa makanan diatas meja makan. Kami memutuskan memesan makanan, daripada harus memasak. Bukannya tidak bisa, tapi gadis ini sedang malas katanya. Jadi, aku harus mau memakan makanan siap saji.

"Udah? bawelnya udah? cerewet banget sih, siniin itu ayam gorengnya. Aku laper." kataku berusaha meraih sepotong ayam goreng yang ada di dekatnya. Dia tersenyum dan memberikannya padaku.

Sepanjang kami makan, tidak ada yang berbicara. Kami saling diam menikmati makan malam kami. Beberapa kali aku lihat dia mencuri lirik ke arahku. Biarkan saja, siapa tahu dia sedang menimbang-nimbang dengan keputusannya.

"Makan tuh nasinya yang banyak. Jangan lauk doang." katanya membuatku melihat ke piring dihadapanku.

Aku hanya bisa menyengir dan menambah nasi. Dia ini meski badannya kecil, tapi aku kalah jika disuruh makan nasi. Aku lebih suka makan lauknya daripada makan nasi.

Selesai makan malam, aku dan dia berjalan ke arah kamarnya. Dia mengajakku menonton DVD yang baru saja dia beli. Aku rasa itu film horor. Sepertinya aku harus sok kalem dan sok tidak penakut di depannya. Ya malulah, tidak mungkin memiliki badan besar tapi penakut. Meski kenyataannya begitu sih.

"Duduk dulu sana, aku nyalain." suruhnya yang tidak aku turuti.

"Kinal, duduk dulu di atas tempat tidur tuh." suruhnya lagi. Aku menggeleng, "aku mau ke kamar mandi dulu. Kebelet." ucapku membuatnyat tertawa kecil.

"Ya udah sana, gitu aja kok minta ijin." Aku langsung masuk ke dalam toilet. Beginilah aku, sebelum menonton sesuatu yang berbau horor, selalu memilih ke toilet. Kan malu kalau tiba-tiba ketakutan, terus merasakan sesuatu yang basah. Oke, itu memalukan.

Semua Karena Cinta(Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora