14

4.7K 423 19
                                    


Author Pov

Kinal terbangun dari tidurnya. Keringatnya mengucur sangat deras dan nafasnya tersengal-sengal seperti baru saja berlari maraton. Veranda yang tidur di sampingnya langsung terbangun dan menatap Kinal bingung.

"Nal, kenapa?" tanya Veranda khawatir dan langsung memeluk Kinal dari samping. Gadis tomboy itu hanya terus menggeleng kecil.

"Nggak. Nggak mungkin dia yang bunuh Mamaku, nggak." kata Kinal terus menerus. Matanya sudah meneteskan air mata sejak tadi.

"Kak Ve, nggak mungkin dia yang bunuh Mamaku, Kak." Veranda semakin mengeratkan pelukannya. Dia tidak tahu harus berkata apa karena dirinya sendiri tidak tahu apa yang Kinal mimpikan.

"Udah ya? kamu cuma mimpi buruk aja. Yuk, yuk, bobo lagi." ujar Veranda mencoba menenangkan Kinal.

Veranda membaringkan tubuh Kinal yang penuh keringat untuk tidur kembali. Keringat terus mengucur dari dahi dan badannya, hingga baju yang dia kenakan sangat basah.

"Buka kancing atasnya ya, biar kamu nggak kepanasan." lanjutnya lagi sembari membuka dua kancing piyama yang Kinal kenakan.

Nafas Kinal masih memburu karena ketakutan. Bahkan pandangannya menerawang tidak menentu. Veranda yang melihat itu sangat khawatir dengan keadaan Kinal. Di ambilnya ponsel yang tergeletak diatas nakas dan dia segera menghubungi kontak teman Kinal yang dia ambil dari ponsel Kinal.

Nomor pertama tidak ada yang mengangkat. Begitu pula dengan nomor kedua. Nomor ketiga tidak aktif dan saat nomor keempat, suara musik yang menurut Veranda itu adalah musik yang menyeramkan. Karena yang dia tahu, itu adalah musik yang sering ada di film-film horor.

Setelah mendengar musik itu beberapa saat, suara serak khas orang bangun tidur menyambutnya.

"Hallo, siapa sih yang nelponin gue malem-malem? nggak tau apa gue lagi mimpi di cium Gaby." Veranda mengangkat satu alisnya mendengar penuturan orang tersebut.

"Hallo, Bil. Ini kak Ve, maaf ya ganggu malem-malem." ujar Veranda tidak enak.

"Apa? ini kak Ve? eh, maaf-maaf kak Ve. Ada apa ya, kak? kok nelponin Nabilah?" tanya Nabilah yang terdengar seperti orang yang fresh.

"Ini, Bil, Kinalnya tiba-tiba bangun terus keringetnya banyak banget. Kayaknya dia mimpi buruk deh, dia sering kayak gini ya?"

"Nggak kok, kak. Dia nggak pernah kayak gitu. Tapi yang biasa kita lakuin ke Kinal kalo lagi mimpi buruk itu, ya cuma di peluk, kak. Kakak peluk dia aja terus sampe dia tenang. Terus biarin aja, entar tidur-tidur sendiri." Jelas Nabilah.

"Oh gitu, ya udah deh. Makasih ya, Bil? maaf udah ganggu malem-malem." kata Veranda.

"Iya kak sama-sama."

Sambungan pun terputus. Veranda kembali meletakan ponselnya ke atas nakas dan langsung memposisikan dirinya untuk memeluk Kinal.

"Udah ya? bobo lagi yuk, nggak ada apa-apa kok. Kamu cuma mimpi buruk." ucapnya meletakan kepala Kinal di ceruk lehernya. Kinal yang merasakan dirinya di peluk, segera melingkarkan tangan kanannya pada pinggang ramping Veranda dan tertidur dengan pulas.

Veranda yang merasakan deru nafas Kinal yang sudah teratur sedikit meliriknya. Dia tersenyum dan mengecup puncak kepala Kinal.

"Jangan kayak gini lagi, aku takut kamu kenapa-napa." lirihnya mengeratkan pelukannya.

*****

Suara cicitan burung gereja terdengar merdu di pagi hari. Sinar matahari yang belum terasa panas namun hangat, menelusup masuk melewati sela-sela gorden yang terbuka sedikit.

Semua Karena Cinta(Completed)Where stories live. Discover now