Heal Your Heart | BBH - COMPL...

By Hunstuff

272K 36.4K 1.9K

{COMPLETE STORY} Someone will heal your heart. Revisi - (21 September 2018 - 10 February 2019) More

Prolog & Cast
1 - Bukan apa-apa
2 - Tolong
3 - Rahasianya
4 - Seperti permainan
5 - Fakta
6 - Lebih dekat (Jin Sihyeon)
7 - Kebodohan
8 - Takdirnya
9 - Untuk melindungimu
10 - Apa itu cinta?
11 - Trauma
12 - Hari pernikahan
13 - Jin Saera
Spesial Chapter A
Spesial Chapter B
15 - That XX
16 - Save Me
17 - Zhang Yixing
18 - Perasaan asing
19 - Dari neraka
20 - Aku akan ada disini + Promot
21 - Baekhyun di masalalu
22 - Drugs
23 - Gift
24 - A Tragedy
25 - Secret?
26 - Pieces of Past
27 - Ain't Story
28 - Fell Down
29 - Let You Go
30 - Breath
31 - Farewell
32 - Terrible day ever
33 - Let Me Save You
34 - Forsaken
35 - Apology
36 - Done
37 - Rise
38 - Distance
39 - Byun Baekhyun
40a - We Broke Up, Again.
40b - Missing Girl (end)
Epilog
Heal Your Heart Gallery's

14 - Hidup baru

6K 813 23
By Hunstuff

Time Has Passed.

××××

Dulu, aku sering bermimpi.

Di dalam mimpiku, aku sedang duduk terdiam sambil mengamati sepasang suami istri yang sedang bertengkar dengan seorang kakek tua.

Mereka terlihat seperti sedang membicarakan masalah-masalah sepele yang tidak kumengerti. Anehnya, semakin lama, pertengkaran mereka semakin menjadi. Kakek tua itu melempari pasangan suami istri itu dengan benda-benda yang ada di dekatnya.

Aku menjerit.

Salah seorang dari mereka menoleh dan menghampiriku. "Gwenchana Sieun-ah, kakek hanya sedang tidak enak badan. Gwenchana..." ujarnya sambil memelukku.

Ibu? Apakah itu kau? Apakah wanita yang sedang memelukku ini adalah Ibuku? Bagaimana bisa?

Aku tidak punya Ibu, Ayah atau apapun itu yang kalian sebut dengan keluarga. Aku hanya punya diriku sendiri. Kenapa aku berada di tengah-tengah keluarga ini?

Siapa aku?

****

Baekhyun terbangun dengan keadaan ngilu di sekujur tubuhnya. Ah, dia baru ingat jika semalaman dia menjaga Sihyeon yang terus saja merancau tidak jelas dalam tidurnya dan jatuh tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.

Ngomong-ngomong soal Sihyeon, kemana perginya wanita itu? bukankah seharusnya dia masih berada di atas tempat tidur?

Sambil meregangkan tubuhnya yang pegal-pegal, Baekhyun melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar.

Dia langsung mendapati Sihyeon yang sedang terduduk di atas sofa dengan pandangan menerawang.

"Kau sudah baikan?"

Sihyeon menolehkan kepalanya dan mengangguk pelan. Baekhyun menghela nafasnya dan ikut duduk di samping Sihyeon.

"Menurutmu aku ini aneh ya?"

Ingin rasanya Baekhyun menganggukkan kepalanya jujur, hanya saja mengingat kondisi Sihyeon yang katanya sedang kambuh membuat pria itu mau tidak mau menggelengkan kepalanya, berbohong.

"Tidak kok, memangnya apa yang aneh?"

Sihyeon mendelikkan matanya. "Tidak usah bohong! Aku tahu kok jika di dalam hatimu kau sedang mengataiku aneh."

"Hhh, memangnya kenapa jika kau aneh?"

"Orang-orang akan terus menjauhiku, mengataiku dan meninggalkanku. Seperti Yixing oppa."

"Yixing seperti itu padamu?"

Sihyeon terdiam. Wanita itu lalu merubah posisi duduknya menghadap Baekhyun sambil menatap pria itu.

Bukannya menjawab pertanyaan Baekhyun, Sihyeon malah melontarkan kembali sebuah pertanyaan. "Kau ingin tahu sebuah cerita?"

"Cerita apa?"

"Dulu, aku punya seorang teman. Dia dibesarkan di keluarga yang sungguh hancur. Kedua orang tuanya dibunuh oleh kakeknya sendiri. Lalu adik perempuan satu-satunya hilang bak di telan bumi."

Sihyeon menghela nafasnya pelan sebelum melanjutkan, "parahnya, temanku itu malah di tuduh telah membunuh kedua orang tuanya. Dia dimasukan ke pusat rehabilitasi remaja selama setahun serta mendatangi psikiater setiap harinya."

Baekhyun terdiam. Dia tidak perlu memutar otaknya untuk berpikir siapakah teman yang Sihyeon maksud. Sihyeon hanya menceritakan kisahnya sendiri dengan tokoh orang lain.

Pria itu lalu mengangkat sebelah alisnya. "Lalu kenapa memangnya?"

Sihyeon mengedikkan bahunya. "Menurutmu dia orang baik atau jahat?"

"Baik."

"Hah? Benarkah?!"

Melihat dari ekspresi berlebihan Sihyeon, membuat Baekhyun semakin yakin jika wanita itu memang sedang menceritakan dirinya sendiri.

"Iya, jika benar dia itu di tuduh, maka dia orang baik bukan? Kedua orang tuanya mati bukan karena kesalahannya."

Sihyeon mengerjapkan matanya pelan sebelum menghela nafas kasar. "Kau tahu jika itu aku ya?" tanyanya dingin.

"Iya."

"Soojung eonni yang memberitahumu?"

"Hm."

"Jadi menurutmu, benar tidak jika aku ini baik?"

Hh, awalnya Baekhyun kira Sihyeon akan marah karena dia sudah terlalu banyak mengetahui rahasianya, tapi pada faktanya wanita itu hanya menghela nafas dan melontarkan sebuah pertanyaan bodoh. Nampak seperti Jin Sihyeon saat pertama kali bertemu dengannya, Stupid.

"Sejujurnya aku belum tahu." Baekhyun melirik Sihyeon yang nampak kecewa sebelum melanjutkan, "kau tidak marah?"

Sihyeon kembali menatap Baekhyun dengan cepat. "Marah? Maksudmu?"

"Sekarang, aku hampir saja tahu semua rahasiamu."

Wanita itu melontarkan sebuah senyuman kecut. "Rahasia ya..."

****

Entah apa yang telah dikatakan Jin Sihyeon pada Saera saat Baekhyun tidur tadi. Yang jelas, aneh sekali jika tiba-tiba Saera mengiriminya pesan singkat dengan isi,

Lekas sembuh menantuku, belilah obat muntaber di apotik ya...

P.s aku akan mengatur bulan madu kalian lagi nanti.

Muntaber?! Hah! Mau dikemanakan mukanya nanti jika berhadapan dengan Saera?! Hilang sudah harga dirinya sebagai pria.

Baekhyun menghela nafas pelan, tidak ada yang bisa dia lakukan lagi sekarang. Pekerjaannya di bar sudah dia serahkan pada Taehyung.

Yang tersisa sekarang hanya dirinya yang pengangguran. Mungkin kursi jabatan yang kosong bekas Ayahnya sudah menunggu, tapi tidak ada minat sedikitpun bagi Baekhyun untuk mendudukinya.

"Aku bosan," gumamnya.

Pria itu melirik Sihyeon yang duduk tidak jauh darinya dengan malas. Wanita itu juga nampak sekali hampir mati kebosanan. Mereka berdua malah tidak terlihat seperti sepasang pengantin baru.

"Mau keluar?"

Sihyeon menoleh, dia terdiam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. "Tunggu, aku mandi dulu."

Lalu Baekhyun juga langsung pergi bersiap-siap. Dia mengganti kaos putih tipisnya dengan sebuah hodie dan celana jins sobek-sobek-pakaiannya kemarin sebelum upacara pernikahan.

Sihyeon selesai satu jam kemudian dengan pakaian yang tidak jauh beda dengan Baekhyun. Wanita itu juga menggunakan Hoodie dan celana jins ketat, wajahnya juga sudah berpoleskan make up tipis.

"Kenapa lama?" gerutu Baekhyun sambil berjalan keluar dari apartement Sihyeon.

"Wanita butuh waktu lama untuk tampil cantik," sahut Sihyeon sambil mengekor di belakang Baekhyun.

Mereka memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di Mcdonals sebelum memutuskan akan pergi kemana.

Sihyeon memesan dua porsi cheseeburger deluxe dan segelas cola besar, sementara Baekhyun hanya memesan satu porsi burger biasa.

Bagusnya, Jin Sihyeon nampak sama sekali tidak peduli dengan yang namanya gemuk. Wanita itu makan dengan lahap tanpa menghiraukan tatapan Baekhyun atau orang lain yang lewat.

"Pelan-pelan saja makannya."

Sihyeon mengangguk pelan sebelum menghabiskan semua burgernya dan meneguk habis minumannya.

Wanita itu kini malah menatap Baekhyun yang sedang memakan burgernya dengan tenang.

"Tahu tidak, apa yang aku pikirkan saat pertama kali bertemu denganmu?" tanyanya tiba-tiba.

Baekhyun menggelengkan kepalanya acuh dan kembali makan.

"Ahh, pria ini tampan tapi sayang kurus."

"Apha?!" seru Baekhyun dengan mulut penuh makanan.

"Aku tidak kurus," terangnya tidak terima setelah menelan makanannya.

"Kau kurus. Berapa berat badanmu?"

"Hah? 52 kilogram. Pertanyaanmu sensitif sekali tahu!"

"Lihat! Untuk ukuran berat badan seorang pria kau itu termasuk kurus! Aku akan membuatmu gemuk sebentar lagi. Lihat saja!"

Baekhyun terdiam. Membuatnya gemuk?

"Memangnya aku kelincimu! Tidak! Aku tidak mau gemuk! Lagi pula, berat badanku ini sudah ideal!"

Wanita itu membulatkan matanya kesal pada Baekhyun sebelum menghela nafas pelan. "Baiklah terserah kau saja."

"Yasudah. Jadi kita mau kemana?"

Sihyeon menopang dagunya di atas meja, memikirkan beberapa tempat yang ingin dia kunjungi kecuali mall. Karena jujur saja tidak ada tempat lain yang Sihyeon tahu selain mall.

"Aku tidak tahu," ujarnya lesu.

"Bagaimana jika pantai?"

"Haendeu?!"

"Setuju!"

****

Haeunde Beach, Busan.

Sihyeon melangkahkan kakinya menapaki pesisir pantai dengan kaki telanjang. Wanita itu lantas tersenyum tipis ketika air laut menyentuh kakinya.

Dia merentangkan tangan nya sambil memejamkan mata.

Ibu, ayah... Aku baik-baik saja.

"Heh dingin tahu! Cepat pakai sepatumu!" omelan Baekhyun di belakangnya membuat Sihyeon mau tidak mau harus melangkah mundur dan ikut duduk di samping pria itu.

"Kupikir bukan keputusan yang tepat datang ke pantai saat musim dingin seperti sekarang ini."

Sihyeon mengangguk saja. Wanita itu menggunakan kembali sepatunya sebelum menoleh pada Baekhyun. "Kenapa kau mau menikah denganku?"

"Hah?"

"Kenapa?"

Baekhyun mengedikkan bahunya. "Tidak tahu. Aku hanya dipaksa Ayahku untuk menikah denganmu?" ujarnya terdengar tidak yakin.

"Begitu..."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku? Hmm, karena orang yang aku cintai menyuruhku untuk menemukan pria lain yang lebih pantas bagiku."

"Maksudmu Yixing?"

"Hm."

Mereka terdiam cukup lama dengan pemikiran masing-masing. Baekhyun dengan pemikirannya tentang betapa kuatnya Cinta Sihyeon pada Yixing dan Sihyeon dengan pemikirannya tentang apakah Baekhyun sudah melupakan Yeri apa belum.

Lalu, "kau mau memulai hidup baru denganku?"

Sihyeon terdiam. Merasa sangat terkejut hingga tidak sadar jika matanya membulat lebar dan mulutnya menganga.

"Tidak mau juga tidak apa-apa!" seru Baekhyun cepat.

Bagaimanapun juga sekarang status Baekhyun adalah suami Sihyeon, sebenarnya wajar saja jika pria itu berkata ingin memulai hidup baru.

Masalahnya, mereka menikah tidak berdasarkan Cinta. Tidak ada sedikitpun perasaan seperti Cinta diantara mereka.

Hatu mereka sudah mempunyai pemiliknya masing-masing. Akan sulit sekali untuk kembali menarik perasaan mereka yang sudah bersarang.

Meskipun begitu, Sihyeon menelan ludahnya dengan susah payah sebelum menolehkan kepalanya pada Baekhyun. "Ayo Baek, ayo kita mulai hidup baru."

Baekhyun menoleh dengan cepat dan menatap Sihyeon tidak percaya. Dia tidak menduga jika Sihyeon akan langsung setuju dengan mudahnya.

Pria itu diam-diam bersyukur dalam hatinya, mungkin menyembuhkan hati Sihyeon tidak akan sesulit yang dipikirkannya.

****

"Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Na Bi?"

"Dia sudah keluar dari kampusnya di Jepang. Ahjussi memintaku untuk mengawasi anak itu dan pacar barunya," terang Teahyung di telpon.

Baekhyun lalu menghela nafas lega. "Lebih bagus jika kau tinggal saja di apartement Na Bi. Aku curiga gadis itu akan tinggal bersama dengan Johnny."

"Tidak usah khawatir. Pikirkan saja bagaimana caranya untuk tidur dengan istrimu."

"Jaga mulutmu!"

Baekhyun memutuskan telponnya secara sepihak sambil menggerutu pelan. Mangapa Kim Taehyung tahu bahwa dia belum tidur dengan Sihyeon? Apa jangan-jangan pria itu juga menganggap dirinya penyuka sesama jenis seperti ayahnya dan Na Bi?

"Aku sudah selesai," ujar Sihyeon dengan kepala yang menyembul dari balik pintu kamar. Wanita itu lalu keluar dari sana sambil menyeret dua buah koper besar di kedua tangannya.

Baekhyun lalu mengambil alih kedua koper itu dan menyeretnya menuju parkiran diikuti oleh Sihyeon di belakang.

Kemarin mereka telah memutuskan untuk tinggal di apartement Baekhyun saja karena apartement yang Sihyeon tinggali sekarang ini masih atas nama Yixing.

Tidak mungkin bukan jika Baekhyun tinggal di apartement milik mertuanya? Dia tidak mau di cap sebagai menantu yang tidak tahu malu.

Mobil yang Baekhyun kendarai melaju dengan kecepatan standar tanpa kendala. Mereka baru tiba di apartement Baekhyun sejam kemudian.

Sihyeon langsung membereskan semua pakaiannya ke dalam lemari yang telah Baekhyun siapkan. Setelah membereskan semuanya, Sihyeon menghela nafas pelan.

Wanita itu lalu mencari keberadaan Baekhyun di seluruh penjuru apartemen. Hasilnya pria itu tidak terlihat dimana-mana. Karena bosan, Sihyeon memutuskan untuk menyusuri kamar Baekhyun dan melihat-lihat beberapa foto yang di pajang di dinding ruang tamu.

Ada potret Baekhyun sewaktu kecil dan sebuah foto keluarga. Ayahnya, Ibunya, dan seorang anak laki-laki lainnya yang berdiri berdampingan dengan Baekhyun.

Sihyeon mengerutkan keningnya bingung, bukankah Baekhyun punya seorang adik perempuan?

Foto-foto selanjutnya baru memperlihatkan masa-masa Baekhyun sewaktu kuliah dengan beberapa temannya-beberapa diantaranya sudah berkenalan dengan Sihyeon.

Lalu, matanya terpaku pada sebuah foto berwarna baby blue, yang menampilkan Baekhyun sedang berdiri membelakangi kamera.

Baekhyun nampak sedang menatap sebuah pekarangan rumah yang kebetulan lumayan Sihyeon hapal-rumah Moon Yeri.

Semakin Sihyeon mengamatinya, dia mengerti. Baekhyun sedang menatap sosok Yeri yang sedang menyembulkan kepalanya dari balik pintu dengan wajah ceria.

"Jangan dilihat."

Bingkai tadi di tarik dari genggaman tangannya dan di masukan ke dalam laci secara asal.

"Kenapa?"

"Tidak penting."

Sihyeon mendengus, dia merasa menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu tentang cerita Baekhyun di masa lalu.

Sedangkan pria itu malah terlihat tahu seluruh ceritanya luar dalam. Tidak adil.

"Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" ujar Baekhyun ketika melihat Sihyeon yang sedang menatapnya.

"Kenapa kau tidak ceritakan padaku apa yang terjadi padamu dan Yeri sebelum kalian putus?"

Baekhyun menghela nafas pelan. "Bukankah kau sahabatnya? Kenapa kau bisa sampai tidak tahu? Tanyakan saja pada sahabatmu sendiri."

"Aku hanya berteman dengannya hingga kelas dua SMA, kami tidak pernah berbicara lagi hingga setahun belakangan. Sekedar informasi aku drop out dari sekolah."

Baekhyun tidak terlalu tertarik dengan kata lainnya selain drop out.

Dengan kening yang berkerut Baekhyun bertanya, "kenapa kau drop out?"

"Tidak penting."

"Hah? Penting."

"Tidak."

Mereka saling bertukar pandangan tajam sebelum Sihyeon menghela nafas dan menarik salah satu bingkai foto dari atas meja.

"Adikmu kemana di foto ini?"

Baekhyun meliriknya sekilas. "Dia belum ada."

"Maksudmu?"

"Dia baru masuk ke dalam keluarga kami enam tahun yang lalu."

"Dia anak tiri?"

"Hm. Tapi tenang saja. Kami sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri kok."

"Begitu... Kenapa kakak dan adikmu tidak terlihat kemarin?"

"Mereka sibuk. Kakakku sudah menikah dan bekerja di Swiss. Adikku sedang mengurusi sekolahnya di Jepang."

Sihyeon mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Wanita itu lalu meninggalkan Baekhyun sebentar sebelum kembali lagi dengan sebuah bingkai foto lainnya.

"Ini." Sihyeon menyerahkan bingkai tersebut pada Baekhyun.

Baekhyun menerimanya dan mengerutkan keningnya begitu bingkai tersebut telah berada di tangannya.

"Ini... Fotoku?"

"Iya, itu fotomu yang kau lihat dulu di apartemenku."

Baekhyun mengangguk. "Kenapa kau memberikannya padaku?"

"Sebenarnya ini bukan milikku. Ini punya Moon Yeri. Aku mengambilnya ketika Yeri lengah dulu."

××××

Jin Sihyeon ⬆⬆⬆

Tebak yo tebak itu masa lalu siapa yang di atas. Yang jelas itu bukan Sihyeon sama Baekhyun. Itu adiknya Sihyeon, Sieun.


Aku tegasin kalo Yixing dan Saera sama sekali engga punya anak. Jadi, Hansol sama Sihyeon itu anak angkat mereka.


Oke segitu aja dulu yang bisa aku jelasin di chapter ini. Kalo ada yang kurang jelas bisa kalian tanyain disini yaa :)) dan maaf banget kalo misalkan chapter ini pendek:(

Bye~
Xoxo,

Continue Reading

You'll Also Like

29.4K 1.9K 24
Memang benar jika dikatatan kisah mereka seperti cemara. Meski tumbuh perlahan, namun kekokohannya tiada pernah goyang. Meski kemarau panjang atau ba...
158K 16.2K 64
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
124K 11.7K 31
Bukan kehidupan seperti ini yang aku inginkan, bukan pula cara seperti ini yang aku perlukan. Tetapi hanya bebas, bebas dan bebas yang aku butuhkan...
364K 16.9K 180
Lanjutan Predatory Marriage sebelumnya. [Novel Terjemahan] • Ditulis dan dibuat oleh Saha 사하 ~~~~~~~~~~~~~ 21+ Putri Leah menulis surat bunuh diri s...