MIMPI [Sudah Terbit]

By beliawritingmarathon

1.3M 113K 11.3K

[Sudah Terbit] ... Kehidupan Icha sekilas mungkin seperti gadis SMA biasa. Bagaimana jika hidup Icha sebenarn... More

2. Not Red Riding Hood
3. Permintaan Pertama
4. Mimpi Icha
PERKENALAN
5. Serigala Licik
6. Dreamcatcher
7. Pangeran Tampan
8. Kakak Kelas
9. Bad Mood
#Profil Icha
10. Liontin
#Profil Ardo
11. Tentang Sebuah Kisah
12. Misi Pencurian
13. Permintaan Ketiga
14. Siapa Ardo?
15. Tantangan
16. Gosip
17. Hidden
18. Kencan?
19. Merida Abad 21
20. One Step
Side Story #1
21. Lost Dream
22. Sweet and Bitter
23. Pintu Rahasia
24. Like A Nightmare
25. Mimpi Itu Tidak Nyata
26. Permintaan Keempat
27. Rumit
28. Pengakuan
29. Kebohongan Yang Lain
30. Sahabat Lama
31. Penyesalan Sang Serigala
32. Forgive Me
33. Perjuangan
34. Permintaan Kelima
35. Once Upon Time (END)
UCAPAN TERIMA KASIH
GIVEAWAY MIMPI
PEMENANG TESTIMONI MIMPI!!!
INFO PO NOVEL MIMPI

1. Kalung Keramat

123K 6.3K 720
By beliawritingmarathon


---
Hidup memang tidak seindah drama Korea, tidak serumit sinetron Indonesia, tidak juga seajaib FTV. Tapi nyatanya hidup itu sepahit pare. Sesosok gadis berambut panjang terkapar di pinggir lapangan tepat di bawah pohon mangga yang teduh. Tapi tenang, rambutnya dikuncir ekor kuda, bukan digerai kemudian punggungnya bolong. Tidak.

"Es teh... oh ibu peri yang baik hati aku butuh es teh..." ucapnya pelan.

"Mimi peri kali yang bakalan datang." Sesosok gadis lain, kali ini berambut pendek sebahu duduk di samping gadis berkuncir ekor kuda tadi sambil mengatur napasnya yang masih tersengal.

"Astaga, kapan lo duduk di samping gue, Met?" Gadis itu bangkit dari tanah, eh ralat bangkit dari posisinya yang terbaring di rumput. Ia membersihkan rambutnya yang dihiasi rumput kering yang tidak bergoyang.

"Sejak Avatar Aang muncul kembali di bumi." Meta menatap sahabatnya itu dengan kesal. "Lari lo cepet amat kayak cheetah. Tega lo ya nggak nungguin gue. Padahal gue dihukum gini gara-gara lo nih, Cha."

Icha meringis. Ia tahu semua memang kesalahannya. Salah Pak Sam juga harusnya. Kenapa harus muncul lagi saat si Joko sudah bilang jika jam pelajaran olahraga kosong pagi ini. Icha yang notabene malas mengikuti pelajaran olahraga, langsung tancap gas ke kantin begitu mendengar berita menggembirakan itu.

"Maaf deh, Met. Salahin si Joko tuh. Informan nggak akurat dan terpercaya. Kan gue udah seneng kalau Pak Sam pergi. Jadinya gue bebas nggak ikut jam olahraga. Maafin gue dong." Icha mencolek-colek pipi Meta. Tetapi Meta masih saja cemberut.

"Iya gue maafin. Tapi gue nggak mau terlibat tindakan kriminal lagi sama lo." Meta berdiri dari duduknya. Menepuk-nepuk bokongnya yang sedikit kotor.

"Lo kira gue habis ngerampok apa? Tindakan kriminal. Lebay lo ah. Eh, mau ke mana lo?" Icha ikutan berdiri.
Meta menunjuk ke arah lapangan basket di mana teman-teman sekelasnya sedang bermain basket. "Gabung sama temen-temen."

"Bentar deh. Nunggu Pak Sam manggil kita dulu." Dalam hati Icha menghitung mundur dari angka 3. Dan benar, Pak Sam langsung berteriak memanggil nama Icha dan Meta sekeras penjual sayur di komplek perumahan Icha. "Nah bener kan kata gue. Ayok."

Icha menarik tangan Meta menuju lapangan sebelum Pak Sam semakin kencang meneriakkan nama dua gadis itu.

--**--

Icha menuangkan bedak bayi di telapak tangannya. Kemudian menepuk-nepuknya di semua bagian wajahnya. Tak lupa ia juga mengeluarkan baby cologne dan mengusapkannya di beberapa bagian tubuhnya.

"Yes, sudah wangi. Setidaknya penampakan gue nggak kayak troll yang jelek dan bau." Icha nyengir di depan kaca wastafel di dalam toilet cewek.

"Troll itu apaan Cha?" tanya Meta dengan wajah bingung bin polos.
Kepala Icha otomatis menoleh ke Meta. "Lo pernah nonton Frozen nggak? Atau lo pernah nonton The Smurfs?" Meta mengangguk cepat.

"Nah itu yang namanya troll."

"Eh? Itu kan troll-nya imut, Cha." bela Meta. Ia tidak terima troll di film itu dikatain jelek dan bau oleh Icha.

"Troll yang asli itu bau dan jelek. Kalau di film Disney mah emang dibuat imut, lucu dan gemesin." Icha merapikan baju seragam OSIS yang ia kenakan. Memastikan jika dirinya layak untuk ditatap. Kali aja ada pangeran nyasar ke sekolahnya.

"Balik yuk."

"Yuk. Eh, bentar." Icha sekali lagi memperhatikan penampilannya di depan cermin. Seperti ada yang kurang dari dirinya. Tapi apa?

"Kalung gue? Kalung gue di mana Meta?" Icha panik luar biasa. Ia meraba-raba lehernya. Mencari ke semua sudut toilet itu hingga ke tempat sampah, kecuali closet dan lubang pembuangan. Nggak mungkin masuk ke situ kan?

"Jatoh kali, Cha. Atau tadi pagi lo lupa pake?" Meta juga membantu Icha mencari kalungnya.

"Nggak kok. Tadi pas lari masih ada di leher gue." Icha sudah kebingungan ketika tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Apa iya jatoh di lapangan?"
Tanpa aba-aba Icha dan Meta langsung berlari keluar dari toilet menuju lapangan.

--**--

Icha dan Meta membagi tugas. Icha mencari di lapangan di mana mereka berlari tadi sedangkan Meta mencari di lapangan basket. Icha sudah celingak-celinguk ke sana ke mari. Kalau perlu dia sampai ngesot di lapangan, tetapi kalung itu tidak ketemu juga. Icha juga mencari di bawah pohon mangga di mana ia tepar tadi. Nihil. Kalung itu tetap tidak ditemukan.

Akhirnya Icha memutuskan untuk menghampiri Meta yang sepertinya sudah frustasi akut.

"Nggak ketemu, Met?" tanya Icha dengan nada lemas. Meta menggeleng pelan.

"Gimana dong?" Meta tidak tahu bagaimana sejarah kalung itu, tetapi ia tahu jika benda itu sangat berharga bagi Icha. "Balik ke kelas? Pasti Bu Susi udah masuk kelas ini. Gue nggak mau dapet hukuman untuk kedua kalinya."

Icha menatap ujung sepatunya lesu. "Tapi gue nggak bisa balik kalau kalung itu belum ketemu."

Meta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Di lain sisi ia ingin membantu Icha, tetapi ia juga takut dengan Bu Susi. "Ya udah kalau gitu..."

Belum sempat Meta menyelesaikan kalimatnya terdengar pengeras suara mengeluarkan bunyi gemerisik.

"Tes... tes... Pengumuman. Mohon perhatiannya pada seluruh siswa-siswi SMA Tunas Bangsa. Bagi yang kehilangan sebuah kalung, mohon segera ke ruang guru menemui Pak Tri. Sekali lagi. Bagi yang kehilangan sebuah kalung, mohon..."

Icha dan Meta saling berpandangan. Seperti sebuah koneksi 4G, dua gadis itu langsung berlari menuju ruang guru. Beberapa anak yang mereka lewati merasa heran dengan dua gadis yang berlarian seperti dikejar kucing garong.

Kalung gue. Itu pasti kalung gue.
Icha berlari secepat mungkin hingga dirinya tidak sadar sudah meninggalkan Meta jauh di belakangnya.

--**--

Icha menatap Pak Tri tanpa berkedip. Gadis itu menatap sebuah amplop yang ia terima dan wajah Pak Tri secara bergantian.

"Ini serius Pak? Saya nggak minta gaji sama Bapak lho. Kok dikasih amplop gini?" tanya Icha dengan wajah oon mirip Kang Idoi di sinetron Dunia Terbalik.

"Siapa yang ngasih kamu gaji? Kerja aja belum dapet gaji. Ngawur. Di dalam amplop itu ada kalung kamu." Pak Tri menunjuk amplop putih yang dipegang Icha.

Icha masih merasa heran. Ia menoleh pada Meta yang ada di sampingnya. Meta mengangkat bahunya.
"Kok Bapak bisa tahu kalau dalamnya itu ada kalung?"

"Tadi sudah saya lihat, diraba dan diterawang. Emang kalung kok isinya. Ada suratnya juga itu. Tapi kata si penemu kalung kamu, Bapak tidak boleh baca. Nanti Bapak kena sawan kalau berani ngintip." Pak Tri bergidik ngeri sedangkan Icha meringis mendengar penuturan Pak Tri.

"Bapak aneh ih." celetuk Meta. "Kalau gitu kami pamit, Pak. Permisi."
"Iya sana-sana, saya lagi sibuk."
Icha dan Meta keluar dari ruang guru dengan banyak pertanyaan di kepala mereka.

--**--

Icha diam-diam membuka isi amplop itu ketika jam pelajaran Matematika masih berlangsung. Tadi dua gadis itu sudah menjelaskan ke Bu Susi jika mereka mencari kalung milik Icha yang hilang. Meski dengan muka merah, Bu Susi mengijinkan Icha dan Meta duduk di bangku mereka.
Benar kata Pak Tri, isinya memang sebuah kalung dan selembar surat. Tapi ada yang janggal dengan kalung itu. Mendadak Icha kembali panik. Meta yang duduknya jauh dari Icha menangkap kecemasan di wajah sahabatnya itu.

"Lho liontinnya mana?" Icha mencari lagi di dalam amplop itu siapa tahu liontinnya jatuh. Tapi tetap saja tidak ada. Sialan. Ke mana sih?

Dengan gerakan cepat Icha membuka surat yang dibentuk menjadi origami kodok itu.

Teruntuk bidadari pemilik kalung cantik ini,

"Waduh, tulisannya jelek amat yah?"

---

Hai,  salam kenal.  Aku April di bulan Oktober. 😄 Gimana,gimana ceritanya? Garing banget kayak kripik atau renyah kayak rengginang?

Ditunggu banget vote, coment,  dan sarannya yah... 

Sampai jumpa hari Rabu.  😘😘

Xoxo,
April

Continue Reading

You'll Also Like

185K 12.1K 48
Banyak orang terheran-heran bagaimana gadis berwajah polos ini ternyata seorang badgirl yang langganan bk dan selalu pindah-pindah sekolah selama 2-3...
6M 305K 95
"Nggak boleh ya, suka kamu dan dia?" By Arumi E. #3 in Teen Fiction (21/2/17) #3 in Teen Fiction (02/3/17) #3 in Teen Fiction (06/5/17) #3 in Teen Fi...
5.4K 583 27
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siap...
12.2K 4.3K 50
[DAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021- END] Mulai dari surat-surat tanpa nama yang ditemukan Shin Hyora di depan rumahnya, sampai mendapati kenyataan yang b...