Ghost bullies

By DhetiAzmi

1.7M 88.2K 3.7K

" Nikmati saja apa yang aku lakukan, setelah itu kamu boleh menyesal." Diganggu makhluk halus tidak pernah te... More

1. Hantu?
2. Hantu Mesum
3. Haseum
4. Pergi?
5. Mimpi Panas
6. Belum Sadar
7. Apa maksudnya?
8. Tidak Peka
9. Tidak Peka II
10. Kepo
11. Pengganggu Kencan
12. Pergi!
13. Penggemar
14. Kita Berbeda, Cinta Ini Salah
16.Jangan Tahan Aku Disini
17. Terimakasih (END)
Epilog

15. Debaran Ini Berbeda

38.9K 3.7K 91
By DhetiAzmi

MELEPASKAN tidak semudah ketika menyuruhnya untuk pergi. Cinta tidak akan membiarkannya pergi, cinta akan tetap bertahan meski logika mengatakan untuk melepaskan.

Cinta itu seperti pecahan kaca, terkadang  seseorang tidak sadar jika di setiap sudutnya ada beberapa pecahan yang bisa menyakiti, bahkan melukainya. Mungkin itu yang dirasakan Risa saat ini, ia sudah merasakan sudut bagian terlukanya.

Risa tidak mengerti, mengapa ia menangisi kepergian Haseum. Tidak mungkin karena alasan jika dirinya mulai mencintai Haseum. Karena jantungnya masih berdebar ketika berhadapan dengan Ari. Tapi di sisi lain, hatinya sakit. Seakan tidak terima ketika Haseum mengatakan sebuah perpisahan dan meninggalkannya pergi.

Mengapa nasibnya seperti sedang di permainkan, kenapa takdir bermain-main dengan hidupnya. Risa tidak mengerti, meskipun ia bukan pribadi yang ingin tahu. Tapi kali ini, Risa perlu mencari tahu jawaban yang terus saja mengusik ketenangannya.

Dua hari sudah berlalu, cuti yang Risa ambil untuk mengisi waktu dengan istirahat tidak terlaksanakan. Semua hancur, semua karena Haseum. Hantu yang kini hilang dan tidak pernah Risa lihat lagi keberadaannya.

"Kenapa? Bengong terus," tegur seseorang, memberikan minuman dingin ke arah Risa.

Risa mengerjap, mendongak memandang si pemilik tangan yang terulur di depan wajahnya.

"Eh, Bang Ari." balas Risa, menerima minuman kaleng pemberian Ari.

Ari tersenyum, pria itu ikut duduk di samping Risa.

"Kenapa?"

Risa yang baru saja meneguk minuman kalengnya menoleh, memandang Ari yang juga tengah memandanginya.

"Apa?" ulang Risa.

Ari menghela napas, senyum pria itu tidak luntur meski seharian ini pekerjaannya cukup berat karena baru saja turun barang.

"Aku perhatiin kamu ngelamun terus sepanjang jam kerja, kenapa?" lanjutnya.

Risa mengerjap, apa sikapnya begitu terlihat mencolok. Memang, seharian ini Risa tidak bersemangat sama sekali.

"Ah, enggak apa-apa Bang. Cuma sedikit gak enak badan aja." elaknya.

Ari memandang Risa penuh selidik "Jangan bohong."

Tentu saja Ari tidak mudah percaya dengan alasan Risa. Karena Ari hapal betul sikap Risa, jika wanita itu sedang tidak enak badan. Risa akan terus mengeluh, atau meminta istirahat. Tapi kali ini berbeda, Ari perhatikan wanita itu sering kali melamun. Bahkan lingkaran hitam di kedua matanya terlihat tampak jelas, apa Risa kurang tidur? Padahal ia baru saja mengambil cuti selama empat hari. Apa yang wanita itu lakukan sampai tidak tidur.

Risa kembali menoleh dengan ekpresi tidak mengerti.

"Bohong apa?" tanyanya.

Ari menghela napas, ia beranjak dari duduknya.

"Enggak apa-apa," Ari tersenyum, membuat dahi Risa semakin berkerut.

Ari masih memasang senyum menawannya "Kalo ada apa-apa cerita aja sama aku, jangan di pendem sendiri. Terus, jangan kerutin dahi terus." Ari menyentuh kening Risa, mengusapnya pelan dengan ibu jari.

Risa diam, matanya membulat dengan sempura mendapat perilakuan dari Ari. Manik matanya bertemu dengan manik mata sendu milik pria itu.

Ari terkekeh melihat ekpresi Risa "Kamu lucu banget." serunya, mengacak-acak rambut Risa pelan.

Risa masih dalam ekpresi yang sama, bahkan mulut wanita itu menganga cukup lebar. Sebelum akhirnya mengerjap ketika sadar jika Ari sudah tidak ada di sampingnya. Risa mengusap rambut yang baru saja di sentuh Ari. Apa ini? Kenapa rasanya jadi terasa aneh, debaran itu tidak besar seperti biasanya.

**

Hana benar-benar sudah jengah dengan tingkah hantu yang beberapa hari ini selalu muncul di tempatnya. Dia beralasan jika hanya di tempat Hana lah ia aman. Apa maksudnya? Dia pikir kontrakan Hana panti sosial untuk para hantu. Hana jengah, padahal beberapa minggu kemarin Hana baru saja mengirim seorang hantu ke nirwana ketika kalung yang hilang ketika hantu itu kecelakaan di temukan.

Dan sekarang, Hantu yang selalu menempel kepada temannya bersembunyi di tempatnya. Hana heran, Haseum sudah menceritakan semuanya. Menceritakan keinginan dan perpisahannya dengan Risa, hanya saja Hantu itu masih saja tidak hilang. Dan Hana mulai menebak, bukan itu jawaban yang Haseum inginkan.

"Kamu kenapa masih di sini? Katanya mau pergi?" tanya Hana, bukan Hana tega. Hanya saja ia merasa terganggu. Beberapa hari ini kencannya dengan Irvan selalu batal karena makhluk gaib ini.

"Jangan ngingetin itu, aku juga gak tahu kenapa aku masih mengambang di sini." kesalnya,

Hana memutarkan kedua bola matanya malas, tidak ada yang bisa Hana lakukan sama sekali karena hantu yang kini memasang wajah di tekuk tidak mengingat sedikitpun memori hidupnya. Apa Haseum mati karena kecelakaan, membuat benturan di kepalanya hingga ia tidak bisa mengingat apapun.

Bagaimana bisa Hana membantu pria itu, sementara ia sendiri kesulitan mencari petunjuknya. Biasanya beberapa Hantu datang kepada Hana untuk meminta bantuan agar mereka terlepas dari rasa penasarannya. Sementara Haseum tidak menginginkan itu, bagaimana bisa Haseum menginginkan itu sementara hantu itu amnesia.

"Kamu bener-bener gak inget apapun, oppa?" tanya Hana.

Haseum mendesah "Berapa kali aku harus bilang? Kalo aku inget aku gak mungkin diem di sini."

Lagi, Hana hanya bisa mendesah kesal. Kenapa respon pria itu selalu saja marah. Apa ia meninggal karena meminum kiranti.

Tok tok!

Tidak lama pintu di ketuk, Hana memandang Haseum yang sibuk dengan dirinya sendiri. Hana berdecak lidah kesal, dengan malas ia melangkah untuk segera membuka pintu yang di ketuk tidak sabaran.

"Siapa sih, gak sabar banget." keluh Hana,

Tidak lama pintu terbuka, mendapati seorang wanita yang tengah berdiri di ambang pintu dengan ekpresi tidak terbaca. Tapa izin ia masuk ke dalam, detik berikutnya mata Hana membelalak. Sadar bahwa ia sudah melewatkan hal penting.

"Haseum,"

Haseum yang tengah asik dengan dunianya diam, bahkan dua wanita itu bisa merasakan jika pergerakan tubuh hantu itu menegang. Suara familier yang masuk ke dalam indranya membuat Haseum membeku.

Haseum masih takut dengan hatinya sendiri, tapi wajahnya tetap menoleh ke arah sumber suara.

"Ri..sa," balasnya, wajah pria itu terlihat shock.

Risa masih tidak percaya bahwa pria yang melayang di ruangan Hana adalah Haseum. Tapi ketika mendengar namanya di sebut Risa mulai yakin bahwa hantu itu adalah Haseum, pria yang beberapa hari ini membuatnya murung. Tapi, bukankah Haseum pergi, bukankah pria itu mengatakan kepada dirinya akan pergi? Lalu kenapa pria itu ada di sini.

"Kamu..., kenapa ada di sini?" tanya Risa, suaranya sedikit gemetar.

Haseum masih diam, lidahnya terasa kelu. Bahkan seluruh otot tubuhnya tidak bisa ia gerakan. Haseum memandang Hana seolah mengatakan jika pria itu butuh bantuan, sementara Hana sendiri menggelengkan kepalanya. Tidak bisa melakukan apapun, semuanya sudah terjadi.

"Umh, kamu..., kenapa ada di sini?" Haseum balik bertanya.

Risa geram, kekesalannya memuncak begitu saja. Dengan cepat Risa melangkah mendekati Haseum, menarik baju pria itu. Sayangnya tidak tersentuh dan menembus ke arah tembok.

Risa menggertakan giginya "Munculin wujud kamu," pekik Risa.

Haseum yang terkejut mendengar pekikan Risa mengabulkan keinginan wanita itu. Hingga akhirnya beberapa pukulan mendarat di tubuh Haseum.

"Hantu sialan! Mesum! Kurang ajar! Kamu bilang kamu pergi, tapi ternyata kamu asik di sini sama Hana." Kesal Risa, memukul Haseum membabi buta.

Haseum tidak melawan, hantu itu tetap diam di tempatnya.

"Kamu salah paham, Ris. Aku di sini...,"

"Aku gak peduli, pokoknya kamu udah jahat sama aku. Kamu udah gangguin aku, kamu udah sakitin aku, kamu bilang kamu mau pergi nyatanya kamu masih di sini. Kamu jahat, kamu gak sadar apa yang udah kamu lakuin buat aku gak bisa makan? Kamu gak sadar kamu udah bikin aku gak mau ngapa-ngapain!" Risa terus saja memukul tubuh Haseum.

Haseum sendiri tidak bisa melakukan apapun selain menutup wajah dengan kedua tangannya ketika Risa menyerangnya tiada henti. Sementara Hana yang melihat pemandangn itu tersenyum, pikirannya kembali bernostalgia ke dalam masa lalu. Masa dimana ia jatuh cinta kepada sosok hantu pria yang kini sudah hilang terbawa hembusan angin.

Apa yang bisa Hana lakukan? Hana tidak mungkin memisahkan dua orang itu. Tapi Hana takut, jika suatu saat nanti Risa mengalami rasa sakit seperti apa yang Hana rasakan. Sampai sekarang, Rasa sakit itu tetap ada ketika ia mengingat wajah pria itu. Sekuat apapun Hana melupakan, sosok itu masih terus menetap di dalam hatinya.

Versi lengkapnya tersedia di Karyakarsa dan google playbook ❤️🙌

Continue Reading

You'll Also Like

812K 31.1K 20
Mengharap cinta yang ditunggu-tunggu ternyata kesampaian bagaimana rasanya? senang? Bahagia? Bagi Fiona Alberthat ialah senang sekaligus kecewa. Sen...
5.9K 850 12
✔ Seorang guru Ilmu Sosial yang masih junior mendapat amanah besar dengan hadirnya Naruto yang dua kali tidak naik kelas. Nakal dan suka melawan, tet...
1.4K 556 44
"Kamu tahu alasan kenapa malam ada setelah senja?" Pertanyaan tiba-tiba dari Ananta itu membuatku menoleh. "Karena malam gelap, Ta. Sedangkan senja a...
3.2K 371 28
[BELUM REVISI] Mungkin kalian pernah mendengar istilah? 'Orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti' Mungkin itu yang audrey alami,seorang g...