Semua Karena Cinta(Completed)

By dnhpo_

170K 14.9K 866

Semua bisa terjadi karena cinta yang di miliki. Dua orang gadis yang sedari kecil bersahabat, berpisah ketika... More

1
2
3
4
5
6
7(Revisi)
8
9(Revisi)
10(Revisi)
11(Revisi)
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

14

4.7K 424 19
By dnhpo_


Author Pov

Kinal terbangun dari tidurnya. Keringatnya mengucur sangat deras dan nafasnya tersengal-sengal seperti baru saja berlari maraton. Veranda yang tidur di sampingnya langsung terbangun dan menatap Kinal bingung.

"Nal, kenapa?" tanya Veranda khawatir dan langsung memeluk Kinal dari samping. Gadis tomboy itu hanya terus menggeleng kecil.

"Nggak. Nggak mungkin dia yang bunuh Mamaku, nggak." kata Kinal terus menerus. Matanya sudah meneteskan air mata sejak tadi.

"Kak Ve, nggak mungkin dia yang bunuh Mamaku, Kak." Veranda semakin mengeratkan pelukannya. Dia tidak tahu harus berkata apa karena dirinya sendiri tidak tahu apa yang Kinal mimpikan.

"Udah ya? kamu cuma mimpi buruk aja. Yuk, yuk, bobo lagi." ujar Veranda mencoba menenangkan Kinal.

Veranda membaringkan tubuh Kinal yang penuh keringat untuk tidur kembali. Keringat terus mengucur dari dahi dan badannya, hingga baju yang dia kenakan sangat basah.

"Buka kancing atasnya ya, biar kamu nggak kepanasan." lanjutnya lagi sembari membuka dua kancing piyama yang Kinal kenakan.

Nafas Kinal masih memburu karena ketakutan. Bahkan pandangannya menerawang tidak menentu. Veranda yang melihat itu sangat khawatir dengan keadaan Kinal. Di ambilnya ponsel yang tergeletak diatas nakas dan dia segera menghubungi kontak teman Kinal yang dia ambil dari ponsel Kinal.

Nomor pertama tidak ada yang mengangkat. Begitu pula dengan nomor kedua. Nomor ketiga tidak aktif dan saat nomor keempat, suara musik yang menurut Veranda itu adalah musik yang menyeramkan. Karena yang dia tahu, itu adalah musik yang sering ada di film-film horor.

Setelah mendengar musik itu beberapa saat, suara serak khas orang bangun tidur menyambutnya.

"Hallo, siapa sih yang nelponin gue malem-malem? nggak tau apa gue lagi mimpi di cium Gaby." Veranda mengangkat satu alisnya mendengar penuturan orang tersebut.

"Hallo, Bil. Ini kak Ve, maaf ya ganggu malem-malem." ujar Veranda tidak enak.

"Apa? ini kak Ve? eh, maaf-maaf kak Ve. Ada apa ya, kak? kok nelponin Nabilah?" tanya Nabilah yang terdengar seperti orang yang fresh.

"Ini, Bil, Kinalnya tiba-tiba bangun terus keringetnya banyak banget. Kayaknya dia mimpi buruk deh, dia sering kayak gini ya?"

"Nggak kok, kak. Dia nggak pernah kayak gitu. Tapi yang biasa kita lakuin ke Kinal kalo lagi mimpi buruk itu, ya cuma di peluk, kak. Kakak peluk dia aja terus sampe dia tenang. Terus biarin aja, entar tidur-tidur sendiri." Jelas Nabilah.

"Oh gitu, ya udah deh. Makasih ya, Bil? maaf udah ganggu malem-malem." kata Veranda.

"Iya kak sama-sama."

Sambungan pun terputus. Veranda kembali meletakan ponselnya ke atas nakas dan langsung memposisikan dirinya untuk memeluk Kinal.

"Udah ya? bobo lagi yuk, nggak ada apa-apa kok. Kamu cuma mimpi buruk." ucapnya meletakan kepala Kinal di ceruk lehernya. Kinal yang merasakan dirinya di peluk, segera melingkarkan tangan kanannya pada pinggang ramping Veranda dan tertidur dengan pulas.

Veranda yang merasakan deru nafas Kinal yang sudah teratur sedikit meliriknya. Dia tersenyum dan mengecup puncak kepala Kinal.

"Jangan kayak gini lagi, aku takut kamu kenapa-napa." lirihnya mengeratkan pelukannya.

*****

Suara cicitan burung gereja terdengar merdu di pagi hari. Sinar matahari yang belum terasa panas namun hangat, menelusup masuk melewati sela-sela gorden yang terbuka sedikit.

Kinal membuka matanya perlahan, merasakan sinar matahari mengenai kelopak matanya. Rasa nyaman dari pelukan seseorang membuatnya sedikit enggan untuk bangun. Dia kembali mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher yang menurutnya adalah tempat paling nyaman yang pernah dia rasakan.

Veranda yang sedari tadi sudah bangun hanya tersenyum merasakan Kinal yang enggan bangun dan malah mengeratkan pelukannya. "Bangun..." bisiknya tepat di telinga Kinal. Gadis tomboy itu tidak merespon.

"Kinal, bangun..." bisiknya lagi.

CUP!

Satu kecupan mendarat di pipi gembul Veranda. "Pagi bidadari... kalo tiap hari aku bangun ada kak Ve, bisa-bisa aku nggak mau bangun terus. Maunya dikasur aja sama kak Ve." kata Kinal menatap mata Veranda.

"Dasar gombal. Ayo bangun, kamu mesti kuliah hari ini." ujar Veranda berusaha melepaskan diri dari pelukan Kinal.

"Nggak mau. Mau sama kak Ve aja. Lagian hari ini aku kuliahnya jam siang. Jadi... kita bisa berdua-duaan." ucap Kinal yang di akhiri dengan bisikan. Veranda menggeleng kecil dan menarik hidung Kinal.

"Tapi aku kerja, Kinal. Ayo lepas, kalo nggak aku nggak mau lagi ketemu kamu." ancam Veranda berpura-pura memasang wajah datarnya.

"Kak Ve, kalo mukanya datar gitu, mirip sama Jessica Jung, loh. Makin cantik." gombal Kinal tersenyum.

"Dasar, ayo buruan bangun. Nanti aku terlambat ke kantor, Nal." Kinal pun melepaskan tubuh kurus Veranda dan beralih mengambil ponselnya.

Veranda duduk di pinggir tempat tidur dan menguncir cepol rambutnya. Kinal melirik ke arah sampingnya dan langsung meneguk air liurnya susah payah saat melihat leher belakang Veranda yang sangat putih.

Buset, itu kulit apa ubin? putih amat kek salju. Batin Kinal menggeleng kecil.

"Semalem kamu mimpi apa sampe keringetan?" tanya Veranda yang sudah berdiri dan menatap Kinal yang masih menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Mimpi? eemm... semacam mimpi buruk. Tapi lupain aja." jawab Kinal cepat dan langsung mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang sudah di penuhi oleh chat dari sahabat-sahabatnya.

Veranda mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Kinal, menghela nafas lega karena Veranda tidak menanyainya lebih dalam.

*****

"Kinal! itu telornya di balik, malah di liatin terus. Aduh! gosongkan telornya. Ini lagi, kenapa ada kulit telornya juga? kamu mau makan kulit telor apa? Apaan nih? masa ampun! ini keju buat apa? banyak bener lagi." Kinal hanya bisa diam sambil melihat Veranda yang mengomel.

Veranda membuang telur yang sudah gosong itu ke dalam sampah dan membersihkan dapur yang hampir saja Kinal hancurkan.

"Kamu itu mau bikin apa sih? kenapa nggak panggil Bibi aja?" tanya Veranda berkecak pinggang. Kinal hanya menyengir dan menyodorkan ponselnya.

"Aku tuh mau bikin telor dadar yang ada bawang-bawangannya gitu, Kak. terus di kasih keju gitu. Tapi disini nggak ada parutan keju, jadinya aku lelehin aja kejunya. Aku mana tau ada ART disini, orang sepi begini." jelas Kinal menoleh kiri kanan.

Veranda memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut. Perilaku Kinal memang berniat baik, namun hampir saja meledakan seisi dapurnya.

"Mendingan, sekarang kamu jalan ke meja makan, terus kamu duduk di kursi. Inget! di KUR-SI. Jangan sampe kamu duduk di meja." suruh Veranda berbalik untuk membuat sarapan pagi. Sedangkan Kinal memilih menurut daripada harus membuat Veranda makin marah.

Dengan manisnya Kinal duduk di kursi meja makan. Matanya pun tak henti-hentinya melihat di sekitarnya. "Gede bener nih rumah. Ya meski gedean rumah gue sih, tapi sumpah demi apapun, kalo gue tinggal disini mungkin gue bakal ketakutan." monolog Kinal sambil mengetuk-ngetukan jarinya ke meja.

Beberapa saat kemudian, Veranda datang membawa dua piring nasi putih dan dua gelas susu putih.

Kinal memicingkan matanya melihat apa yang Veranda bawa. "Kak Ve, kita cuma makan nasi putih sama susu doang? nggak ada lauknya gitu?" tanya Kinal kecewa.

Veranda memutar bola matanya malas. "Emangnya kamu mau makan nasi putih doang sama minum susu? nggak kan? sabar dong, aku ambilin dulu lauknya." ucap Veranda kembali ke dapur.

"Kirain cuma makan nasi putih doang." gumam Kinal pelan.

Veranda kembali lagi dengan membawa satu nampan berisi sayur yang Kinal tidak tahu itu sayur apa dan satu piring berisi telur dadar yang Kinal inginkan tadi.

"Ini sayur, kak?" tanya Kinal menunjuk satu mangkok besar berisi sayur.

Veranda mengangguk, "iya, itu sayur sawi putih. Kamu nggak tau?" tanya Veranda menatap Kinal bingung.

Kinal menggeleng dan masih memperhatikan sayur sawi itu. "Aku nggak suka makan sayur dari dulu. Soalnya pait." ujar Kinal. Veranda terdiam saat mendengar ucapan Kinal. Dia merasa seperti ada yang pernah berkata seperti itu.

"Ya udah, ayo cobain dulu. Sayur tuh enak, Nal." kata Veranda menyendokan sayur ke dalam piring Kinal.

"Eh, kak. Jangan, entar aku nggak makan gimana?" ujar Kinal menahan tangan Veranda. Veranda menggeleng dan terus menaruh sayur ke piring Kinal.

"Kak ve, udah segitu aja." kata Kinal mencoba merebut sendok sayur dari tangan Veranda.

Mereka tidak menyadari kalau seseorang sedang tersenyum menatap keduanya. "Ini kenapa sih, kok berantem?" Veranda terdiam dan menoleh.

"Oma? sejak kapan Oma disini?" tanya Veranda tersenyum kikuk.

"Dari tadi, ini siapa? kok Oma nggak tau kalo ada tamu?" tanya Oma mengusap kepala Kinal. Kinal hanya tersenyum manis dan mengambil sendok sayur tadi, untuk mengembalikan sayurnya.

"Oh, ini Kinal, Oma temen Ve." jawab Veranda. Oma mengangguk dan duduk di samping Kinal.

"Kamu anaknya Devan ya?" Kinal menoleh pada Oma dan mengangguk pelan.

"Oma kok tau nama Papa Kinal? Oma peramal ya?" Ucap Kinal bercanda. Veranda yang mendengar itu langsung menendang kaki Kinal yang ada di bawah meja.

"Aduh! Oma, kak Ve nih nendang-nendang kaki aku." adu Kinal meringis kesakitan.

"Ve, jangan gitu dong. Itu kakinya Kinal sakit." ujar Oma membuat Veranda mengangguk kecil.

"Oma tau Papa kamu, Nal. Siapa sih yang nggak kenal Papa kamu. Papa kamu kan terkenal banget." jelas Oma tersenyum.

Segitu terkenalnya ya si Papa? Batin Kinal memakan sarapannya.

"Kak Ve, ini sayur macem apaan?" tanya Kinal menjauhkan wajahnya dari sendok.

Veranda dan Oma tersenyum mendengar ucapan Kinal. "Itu yang namanya sayur, Nal. Kamu tuh mesti makan sayur. Biar sehat terus." kata Oma menggeleng kecil. Kinal menatap Veranda dengan tatapan memohonnya.

"Rasain lagi deh, pasti bakal ketagihan." kata Veranda melanjutkan makannya.

"Ve, besok Oma harus ke luar negri. Kamu tau kan, perusahaan kita yang ada di Belanda sedikit ada masalah. Kalo kamu yang harus kesana, kasian sepupu-sepupu kamu itu." ucap Oma mengoleskan selai coklat ke atas roti.

Kinal yang mendengar itu menoleh pada Oma. "Oma meski udah lanjut usia, tapi masih kuat banget ya? Kinal aja kalah." Ujar Kinal membuat Oma terkekeh pelan.

"Kamu tuh bisa aja. Oma di sana juga berobat, Kinal. Bukan buat kerja aja. Biasanya juga Veranda yang kesana." ucap Oma tersenyum.

"Oma, kok Oma betah sih tinggal sama kak Ve? dia galak loh sama aku. Masa perut aku pernah di tonjok. Kan sakit Oma." ujar Kinal mengadu. Veranda mendelik pada Kinal yang tidak menghiraukannya.

"Kalo kamu di tonjok, berarti dari kamunya yang salah. Ve itu anaknya pendiem, tapi kalo udah ada yang macem-macem sama dia, dia bakal bertindak." ucap Oma tersenyum. Veranda tersenyum kemenangan menatap Kinal yang memasang wajah datarnya.

Setelah menghabiskan sarapan, Kinal memilih mengantarkan Veranda yang memang mobilnya masih berada di cafe Jeje.

*****

Seorang gadis kecil berambut sebahu dengan manisnya duduk di sebuah gazebo yang letaknya di belakang rumah sahabatnya. Dia menengok kiri kanan menunggu seseorang datang.

"Kinal! ayo, kita makan." teriak seorang gadis kecil berambut panjang. Gadis itu membawa sepiring nasi dan sebotol air mineral.

"Kak Ve, bawa makan apa?" tanya Kinal kecil melirik tangan Veranda kecil yang meletakan piring tersebut ke atas gazebo.

"Tadi Mama ambilin kita telur semur, tahu goreng kesukaan kamu, sama tadi aku ambil sayur kesukaan aku. Ini namanya sayur pare, enak loh. Mau coba?" tanya Veranda kecil menyodorkan piringnya.

Kinal yang mendengar kalau itu adalah sayur kesukaan Veranda, dengan cepat mengangguk. Karena yang dia tahu, segala yang Veranda suka adalah makanan yang manis.

"Kinal mau? sini kak Ve suapin ya? tapi harus abis sayurnya. Ayo, buka mulut." ucap Veranda menyodorkan sendok yang berisi makanan.

Kinal membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima suapan dari Veranda. Kakinya bergoyang-goyang sembari mengunyah makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya.

Beberapa detik kemudian, Kinal terdiam dan menatap Veranda yang dengan lahapnya memakan makanannya. Veranda yang merasa di perhatikan langsung menoleh.

"Kenapa?" tanya Veranda dengan mulut penuh.

Wajah Kinal terlihat begitu merah dan matanya berair. Dia menatap Veranda penuh dengan tanya. Ingin memuntahkan, tapi dia tidak ingin melihat Veranda sedih karena itu adalah makanan favoritnya.

"Kinal mau lagi ya? makanya liatin kak Ve." ujar Veranda menyendokan makanannya lagi dan menyodorkan ke mulut Kinal. Dengan senyum di paksakan, Kinal menerima suapan kedua Veranda dan mengunyahnya. Hingga suapan kelima, dia benar-benar tidak tahan. Lidahnya terasa terbakar dan mati rasa.

Kinal melompat dari atas gazebo itu dan berlari memutari gazebo. Teman-temannya yang lain, yang sedari tadi bersembunyi di balik semak-semak langsung tertawa kencang melihat Kinal yang kepedasan dan merasakan pahit.

"MAMA! KINAL NGGAK MAU MAKAN SAYUR LAGI! SAYURNYA PEDES, PAIT BANGET. HUUAAAAA!" teriak Kinal masih berputar-putar.

Veranda yang melihat itu mengejar Kinal yang tidak mau diam karena merasakan pahit dan pedas bercampur menjadi satu dalam mulut kecilnya.

"Kinal berhenti! ini minum dulu!" teriak Veranda mengajar Kinal.

"NGGAK MAU! KINAL MAU PULANG!" Ucap Kinal berlari menuju pintu dan masuk ke dalam rumah.

"HAHAHAHA KINAL! KAK VE! TUNGGUIN!" teriak Jeje, Lidya, Nabilah, Viny, Beby dan Shania bersamaan. Mereka mengejar Veranda dan Kinal yang sudah berlari masuk ke dalam.

"Udah inget?" tanya Beby menatap Kinal yang masih mengigit sendok.

"Jadi, gue nggak suka makan sayur itu gara-gara sayur pare?" tanya Kinal pada Beby. Beby mengangguk sambil terkekeh pelan.

"Lagian, udah tau pedes. Masih aja di makan." kata Beby meledek.

Keduanya sedang duduk di kantin kampus. Hari ini hanya mereka yang sibuk di kampus, sementara teman-temannya yang lain, entah sibuk apa.

"Ya mana gue tau. Lagian gue belum inget sepenuhnya." ujar Kinal menyendokan baksonya.

"Ya, pokoknya dulu lo itu sayang banget sama kak Ve. Jeje godain kak Ve aja, lo yang selalu nggak terima." ucap Beby mengingat bagaimana Kinal dulu.

"Masa? segitu posesifnya gue?" tanya Kinal yang diangguki Beby.

"Lo itu macem bodyguard-nya kak Ve. Kemana-mana selalu bareng kak Ve. Bahkan ni ya, lo itu paling berani dari kita semua. Disaat kak Ve di gangguin anak kelas 5 SD, kita mundur dan lo maju dengan tampang sok berani. Tapi gue akui kalo lo emang berani." ujar Beby tersenyum.

Kinal tersenyum mendengar penjelasan Beby. Dia membayangkan bagaimana dirinya dulu yang sangat menjaga Veranda.

"Btw, itu orang tua kak Ve udah nggak ada?" tanya Kinal lagi.

"Kalo yang lo maju sendirian dihadapan anak kelas 5 SD, ortunya kak Ve sama nyokap lo udah nggak ada. Tapi yang pas lo makan sayur parenya kak Ve, semua masih lengkap." jelas Beby yang berakhir lirihan.

Setiap membicarakan tentang orang tua, Beby akan mengingat bagaimana dulu dia melihat tubuh Momynya tergeletak tak bernyawa.

"Beb, sorry..." lirih Kinal menggenggam tangan Beby.

Beby menggeleng kecil dan tersenyum. "Selaw aja, Nal. Gue udah biasa kok. Oh iya, gue denger lo semalem tidur di tempatnya kak Ve ya? ciee, ada kemajuan ni ceritanya?" kata Beby mengalihkan pembicaraan.

Kinal tersenyum dan meminum es jeruknya. "Nggak kok, gue tidur disana juga karena disuruh dia gegara mantan sialannya itu." ucap Kinal menghela nafas beratnya.

"Mantannya? siapa? maksud lo Kevin?" tanya Beby. Kinal mengangguk.

"Bukannya si Kevin ninggalin dia karena Nadse ya?" tanya Beby lagi. Kinal mengangkat wajahnya dan mengerutkan keningnya bingung.

"Lo tau darimana dia putus sama Kevin karena di tinggal Kevin sama Nadse?" tanya Kinal cepat.

"Lah? lo nggak tau? dulu sesekolahan pada tau beritanya. Masa lo nggak tau. Katanya penggemar beratnya ketua OSIS, gimana sih lo." kata Beby melempar Kinal dengan sedotan.

"Eh, seriusan gue nggak tau. Ya kan lo tau sendiri, gue dulu tuh nggak peduli yang begituan. Yang gue peduliin tuh cuma satu, bisa deket sama kak Ve aja udah jadi kebahagiaan gue." ucap Kinal memeluk diri sendiri.

"Dasar, buta karena cinta." ujar Beby menggeleng kecil.

"Lo juga, gimana sama Shania? nggak lo tembak aja tuh bocah? lo sama dia kan udah kek perangko sama amplop. Nemplok mulu." kata Kinal tertawa.

Dia tidak menyadari perubahan wajah Beby. Gadis berlesung itu hanya terdiam dan tersenyum miris.

"Dia udah ada yang punya, Nal." ucap Beby pelan.

"Uhuk uhuk uhuk! lo yang bener aja, Beb? masa dia udah punya? bukannya dari antara kita berlapan, cuma lo berdua yang masih inget semuanya? kok dia begitu?" ujar Kinal meminum minumannya.

"Dulu kita kan masih kecil, Nal. Lagian orang tua kita baru bilang kalo kita udah berjodoh pas kita gede. Bukan pas kita kecil. Jadi, dia nggak tau kalo gue jodohnya. Ya udahlah, siapa tau itu cuma ramalan receh." kata Beby mencoba tersenyum.

"KINAL! BEBY!" keduanya memutar bola matanya malas saat mendengar suara nge-bass dari Lidya. Mereka mendengar kalau Lidya berlari.

"Nal, gimana kalo kita lari aja dari dia? kita kerjain dia, biar dia ngejar kita." ucap Beby memajukan badannya ke arah Kinal.

"Oke, kalo dia udah deketan, kita langsung lari. Oke?" Beby mengangguk setuju dan keduanya menghitung dengan jari tangan.

"TIGA!" teriak mereka berbarengan dan berlari secepatnya meninggalkan Lidya yang memang mengejar mereka.

"Woy!! kok lo bedua malah lari sih? KINAL! BEBY!!" Lidya terus mengejar Beby dan Kinal yang tertawa melihat Lidya mengejarnya.

"HAHAHAHA SINI, LID KEJAR KITA!" teriak Kinal sambil terus berlari menghindari beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang ada di hadapannya.

Acara kejar-mengejar pun terus terjadi antara tiga gadis itu. Hingga Kinal berlari menuju ke arah parkiran. Beby yang melihat itu, mengikuti Kinal dan ikut berlari menuju parkiran.

Sangking asyiknya mereka dengan larinya, mereka tidak melihat sebuah mobil berwarna silver berjalan begitu cepat ke arah keduanya.

Lidya yang melihat itu langsung berteriak memperingatkan dua sahabatnya. "BEBY! KINAL! AWAAAS!!"

TIIINN!!

"KINAL!!!"

Bugh!!

"Aarrgghh..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Siapa yang ketabrak, guys? 😱😱🙈🙈

Haduh, ternyata capek juga ya jalan" ke taman safari😑 rasanya kaki gue mau patah😑 maklum faktor U😂

Thank u yg udh mau baca dan mau menunggu diriku😘😘

Maap typo 😊

See u and GBU 😇

"Tidak perlu terlalu hanyut dalam kesedihan.
Sesedih, sedihnya orang, kesedihannya tidak akan bisa mengembalikan segala yang telah lenyap."

Yv

Continue Reading

You'll Also Like

71.6K 3.2K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
194K 9.5K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
42.6K 6K 36
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
73.5K 7.4K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...