SINCERITY [COMPLETE]

Da lounarist

99.7K 3.2K 48

Apa yang membuatnya lebih merasakan luka? Adakah orang lain yang mampu menyembuhkannya? Tidak ada, hanya oran... Altro

For Your Information
Casting
SINCERITY - 1
SINCERITY - 2
SINCERITY - 3
SINCERITY - 4
SINCERITY - 5
SINCERITY - 6
SINCERITY - 7
SINCERITY - 8
SINCERITY - 9
SINCERITY - 11
SINCERITY - 12
SINCERITY - 13
SINCERITY - 14
SINCERITY - 15
SINCERITY - 16
SINCERITY - 17
SINCERITY - 18
SINCERITY - 19
SINCERITY - 20
SINCERITY - 21
SINCERITY - 22
SINCERITY - 23
SINCERITY - 24
SINCERITY - 25
SINCERITY - 26
SINCERITY - 27
SINCERITY - 28
SINCERITY - 29
SINCERITY - 30
SINCERITY - 31
SINCERITY - 32
SINCERITY - 33
SINCERITY - 34
SINCERITY - 35 [Ending]
Info

SINCERITY - 10

2.2K 96 2
Da lounarist

Rizal berpendapat jika adiknya seperti bidadari, mungkin terdengar gombal dan berlebihan. Tapi siapapun yang melihat Kinar malam ini, akan beranggapan yang sama. Wajah cantik dan sumeh milik Rere diturunkan kepada putrinya, tidak ada yang bisa memungkiri jika Kinar adalah sosok muda Rere. Sementara Daniel yang sudah menunggu Kinar sedari tadi hanya terdiam, melihat paras ayu gadis itu. Ia tidak bisa menahan rasa kagumnya. Ia tidak pernah tahu sosok Kinar dengan jiwa yang anggun, dan malam ini Daniel telah mengetahui semuanya. Jika Kinar lebih dari sosok bidadari.

Bunda mendorong kursi roda Kinar menuju ketempat dimana Rizal dan Daniel berada, kedua pipi gadis itu terasa memanas. Dan bersemu merah, itu membuat Rizal lebih ingin menggoda adiknya.

"Bukan hal buruk menerima ajakan seorang Daniel," suara Rizal memecah keheningan. Juga membuat Daniel terperanjat dan segera mengalihkan pandangan dari Kinar menuju Rizal.

Mendengar ucapan Rizal dengan nada sarkastik, membuat Kinar menatap abangnya itu dengan tajam. Sorot matanya seperti mengatakan bicara sekali lagi, aku patahkan tanganmu!  Tapi Rizal tetap Rizal, ia tidak mempan hanya mendapatkan tatapan tajam dari adiknya. Malahan dia lebih antusias menggoda sang adik, sebab itu menjadi kesenangannya. Dalam hal lain, Rizal mencoba membuat diri Kinar kembali seperti dulu walaupun dia melakukannya sedikit demi sedikit.

"Jaga adik gue, ya, kalau lecet atau buat dia nangis gue nggak akan pernah maafin lo!" Mendengar penuturan atau lebih tepatnya sebuah gertakan dari Rizal yang ditujukan kepada Daniel, membuat Kinar memutar kedua bola matanya. Ia sudah terbiasa mendengar ucapan seperti itu dari abangnya. Dan yang paling membuat Kinar malu adalah, abangnya itu terlalu posesif. Membuatnya merasa risih dengan setiap gertakan yang ditujukan. Entah kepada Kinar sendiri atau bahkan kepada teman Kinar, seperti halnya saat ini. Yang mana Rizal benar-benar mengeluarkan kalimat ancaman untuk Daniel.

"Nggak perlu berlebihan deh, kak," kata Kinar merespon ucapan Rizal.

"Kalau dia apa-apain kamu, atau nggak bisa jaga kamu gimana, dek?" Rizal sudah menatap kearah Kinar.

Kinar berdecak malas, "nggak bakal. Kak Daniel orang baik dan akan selalu jagain aku kaya abang jaga Kinar. Percayain aja deh sama kak Daniel, bang. Lagian juga nggak akan ada yang nggoda-in Kinar nanti."

Ucapan Kinar barusan membuat keheningan, bunda, Rizal maupun Daniel saling terdiam. Mengunci mulut masing-masing dengan rapat, tidak ada yang berinisiatif untuk membalas ucapan Kinar. Sebab, mereka tahu kemana arah pembicaraan Kinar. Yang mana pasti menyayat hati.

"Gue ajak dia sekarang, ya, bang. Nanti keburu malam. Percaya aja sama gue, gue bakal jaga Kinar." Daniel menepuk pelan bahu Rizal, lantas ia berjalan menghampiri Kinar yang terduduk diatas kursi roda. Sebelum membawa Kinar berangkat, Daniel terlebih dahulu meminta izin pada Rere.

"Tante, bolehkan kalau Kinar aku ajak?"

Rere mengangguk, "boleh. Tante titip Kinar, ya, dan pulang jangan larut malam."

Daniel tersenyum dan mengangguk, kemudian lelaki itu mencium punggung tangan Rere. Sebagai rasa hormat kepada yang lebih tua, setelah itu dia mendorong kursi roda Kinar.

***

Sejak tadi, Kinar hanya diam. Sama sekali tidak ingin membuat suasana menjadi rileks dan tidak tegang seperti itu. Daniel fokus kearah jalanan, saat ini dia sedang mengemudi. Jujur saja, Daniel tidak suka dengan situasi seperti ini. Situasi awkward membuat Daniel mengantuk, apalagi gadis disebelahnya memang benar-benar tidak mengucapkan satu kata apapun. Daniel menghela napasnya, hendak mengajak Kinar berbicara.

"Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Daniel sedikit ragu, masih terfokus pada jalanan dihadapannya.

Pertanyaan Daniel membuat Kinar berhasil menoleh kearahnya, gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun selain menatap Daniel datar. Namun tidak lama kemudian, Kinar menjawab. "Aku baik-baik aja, memang kenapa kak?"

Daniel menghela napasnya lega, dia pikir Kinar tidak akan suka jika pergi keluar bersama dengannya. Sebuah senyum terbit dibibir Daniel.

"Mau es krim?" Tawar Daniel, lantas kedua mata Kinar berkilat-kilat.

"Serius? Dimana?" Tanya Kinar antusias.

Daniel mengangguk mantap.

Ball room terlihat ramai, jejal penuh dengan orang-orang berjas dan berpakaian rapi. Namun ada beberapa yang hanya mengenakan jeans dengan atasan kemeja. Semua orang terlihat sibuk, entah itu bergurau, menyapa atau hanya sekedar berbicara mengenai bisnis.

Kening Kinar berkerut dengan jelas, gadis itu sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Daniel. Bahkan sedari tadi, lelaki itu mendorong kursi rodanya menyapu jalanan yang ada. Sehingga Kinar merasa sedikit malu menjadi bahan tontonan oleh orang asing yang kini menatapnya. Ia merutuki Daniel dalam hatinya. Ia juga kesal dengan Daniel, yang katanya lelaki itu akan membelikannya es krim seperti waktu itu. Tapi nyatanya, Daniel malah mengajaknya kesebuah acara pernikahan yang diadakan di hotel berbintang lima ini.

Daniel membawa Kinar menuju sudut ruangan, yang mana terdapat sofa dan meja. Lantas Daniel duduk disofa tersebut dengan menghadap kearah Kinar, ia tersenyum tulus. Meskipun Kinar memanyunkan bibir karena kesal.

"Kamu marah?" Tanya Daniel dengan polosnya.

Membuat kesalahan, tapi tidak tahu kesalahannya. Payah. Ujar Kinar dalam hati.

Daniel terkekeh, lalu dia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Kinar sendirian disana.

Menyadari kepergian Daniel, Kinar semakin kesal dan cemberut. Ia bahkan hendak menghubungi Rizal untuk menjemputnya, dan mengadu pada Rizal bahwa Daniel tidak becus menjaganya. Persetan dengan Daniel, dia lebih kesal dengan lelaki itu. Tapi ketika tangannya hendak mengeluarkan ponselnya dari dalam sling-bagnya, telinga Kinar mendengar sesuatu. Yang mana membuat pertahannya runtuh begitu saja.

"C'mon, Arga, aku merindukanmu. Datang dan itu udah cukup buat kita senang. Lagian juga, kamu ngapain ada disana?"
"..."
"Arga, datang seenggaknya demi aku. Aku bakalan ada buat kamu."
"..."
"No, Arga. Sama sekali nggak keberatan akunya, lagian ini semua juga demi hubungan kita."
"..."
"Are you seriously? Serius? Kamu bakalan balik? Dan temuin aku? Beneran, Ga? Nggak bohong, kan?"
"..."
"Oke oke, aku bakalan pegang omongan kamu. So, see you."
"..."
"Ya, bye."

Satu yang dirasakan Kinar, hatinya teramat sakit. Seperti ribuan pedang menghunus tepat dijantungnya. Atau gulungan ombak menggoyahkan kakinya yang berdiri tegak diatas pasir. Kinar terlalu mempercayai semuanya, dia terlalu berharap lebih. Hingga kenyataan pahit itu kembali dirasakannya, yang membuat dirinya meradang. Kinar tidak tahu, ujian apa ini? Dia tidak mengerti dengan jalan hidup miliknya yang dia lalui. Dia bahkan tidak mampu memungkiri jika dia adalah perempuan malang yang menginginkan harapannya tercapai. Tapi, siapa yang peduli?

Jelas Kinar mendengar pembicaraan tadi, Aliva adalah perempuan yang pernah Arga sukai. Dan tidak sengaja Kinar mendengar percakapan Aliva dengan seseorang, yang dia yakini adalah Arga. Lelaki sama yang pernah membuat hari-harinya ceria. Dia yakin itu adalah Arga yang sama. Pikirannya semakin tidak karuan, wajah Kinar pucat pasi. Menahan semua amarah dan keterkejutan dalam waktu bersamaan. Pendiriannya goyah, kenangan yang perlahan mampu dia lupakan kini kembali diingatnya. Yang hanya diinginkannya adalah, melampiaskan amarahnya.

***

"Daniel, lo udah dateng?"

Daniel menoleh, ia dapat melihat Jonathan dengan balutan tuxedo putih, pria itu terlihat dewasa dan berwibawa. Daniel saja merasa pangling dengan teman sepupunya itu.

"Eh, bang. Gimana kabarnya?" Daniel menjabat tangan Jonathan, lalu memeluknya ala pria.

"Gue baik, so, mana sepupu lo itu?" Jonathan celingukan mencari sepupu laki-laki Daniel yang terpaut empat tahun dengan Daniel, yang mana adalah temannya.

"Masih di kantor, kayaknya dia masih patah hati deh." Katanya dengan terkekeh.

"Lo datang sama siapa?" Jonathan mengalihkan pembicaraan.

Mendengar pertanyaan Jonathan, membuat Daniel menepuk dahinya dengan keras. Ia melupakan Kinar yang entah apakah gadis itu masih berada di tempat dia meninggalkannya? Setelah pamit pada Jonathan, Daniel lantas melenggang pergi untuk menghampiri Kinar ... yang masih berada di tempat tadi. Daniel segera menghampirinya, meminta maaf karena sempat meninggalkannya sendirian di tempat ramai ini.

Daniel berlutut dihadapan Kinar, kepalanya mendongak untuk menatap wajah Kinar. Ia sedikit terkejut menyadari wajah Kinar yang linglung dengan pucat pasi seperti itu.

"Eh, Kinar, kamu baik-baik aja kan?"

"Bawa Kinar pulang, kak." Cicit Kinar. Nyaris tak terdengar ditelinga Daniel.

Tidak membutuhkan waktu lama, Daniel segera mendorong kursi roda Kinar dan membawa gadis itu pergi dari tempat itu. Yang mereka tidak tahu adalah, seseorang memerhatikannya sedari tadi.

***
To be continued

Hayo, siapa yang bisa jawab? Siapa yang merhatikan Daniel dan Kinar?
See you next chapter

Continua a leggere

Ti piacerà anche

135K 17.8K 56
END [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalny...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
20.6K 1.5K 15
Lupakan dan lepaskan. Cover by @aerobrush
12.6K 2.7K 46
Labirin Kala & Rasa "Mengisolasi nostalgia, mendegradasi cela dan mengekspansi karsa" Gendari berpikir bahwa mengabadikan kegagalan kisah cintanya di...