#1 WONWOO ✔

By ampullavater

314K 23K 961

(Diamond Boys series pt. 1) [18+] Situs Pann milik Korea Selatan sedang marak memperbincangkan beberapa laki... More

Prolog
1
2
3 (☡)
4
5
6
7
9
10
11
12 (☡)
13 (☡)
14
15
16 (☡)
17
18
19
20
21 (☡)
22
23 (☡)
24
Epilog
Bonus Chapter : 1. Honeymoon
Bonus Chapter : 2. Jeon Wonjoon
Bonus Chapter : 3. Happiness
🎉🎉🎉

8

7.5K 895 58
By ampullavater

15 menit dari waktu mandi Wonwoo sering digunakan untuk 'bertapa' belakangan ini. Sejak kunjungan ke restoran kecil milik Im Taeho itu, dia jadi gemar berdiam diri di bawah guyuran shower, untuk sekadar melamun atau merenung. Contohnya seperti sekarang, Wonwoo tengah memejamkan mata sembari menikmati percikan air dari shower yang membasahi rambut hingga ujung kakinya. Untung saja tidak ada perempuan di kamar mandi tersebut, jika ada, mereka pasti akan mimisan ketika melihat penampilan seksi Wonwoo ini.

Baik, lupakan intermezzo tadi. Wonwoo sedang berpikir keras sekarang. Sampai detik ini, dia belum berhasil mengungkap alasan mengapa Sera bisa tinggal di daerah pinggiran kota Seoul. Pernah sekali laki-laki itu menyuruh Sekretaris Han untuk mencari informasi mengenai keluarga Hong, namun sialnya, Sekretaris Han tidak bisa berbuat banyak. Kabar mengenai keluarga Hong tak bisa dilacak. Wonwoo penasaran, kemana perginya orang tua Sera? Kemana perginya kakak kandung Sera? Mengapa perempuan malang itu harus tinggal bersama laki-laki asing yang mengaku Sera adalah adiknya dan seorang pria tua berkursi roda?

Mungkin kalian pikir, satu-satunya jalan terbaik untuk menguak informasi tersebut adalah dengan bertanya langsung kepada Sera. Tapi, Wonwoo tidak bisa melakukannya. Ada rasa sungkan jika dia bertanya langsung pada Sera, mengingat betapa terlihat bahagianya perempuan itu ketika bersama Im Taeho dan juga si laki-laki asing pemilik butterfly rash di wajahnya itu, walau mereka hidup dalam kemiskinan. Apa keluarga Hong sedang mendapat masalah dan si Sera diungsikan di sana? Tapi, masalah apa yang menimpa mereka sampai mereka terpisah begitu?

Wonwoo tak henti-hentinya membatin. Selain memikirkan hal tersebut, dia juga tengah merenungkan apa saja yang telah dilakukannya setelah hari berkunjung ke tempat tinggal 'baru' Sera. Sesuai perkataan laki-laki itu tempo hari, Wonwoo menjadi 'supir pribadi' Sera sekarang. Dia mengantar dan menjemput perempuan itu setiap dia akan pergi bekerja. Meskipun Sera dan Im Taeho berulang kali menolak keras, namun Wonwoo tetap bersikukuh melakukannya. Dia sampai rela mengikuti kursus mengemudi demi Sera–lama-lama Wonwoo bosan menghubungi Sekretaris Han hanya untuk mengantarnya ke suatu tempat, dia ingin lebih mandiri. Wonwoo juga mencari tahu jadwal pekerjaan Sera, yang mana perempuan itu bekerja di toko buku setiap hari Senin – Rabu dari pukul 9 pagi sampai pukul 1 siang, kemudian bekerja di apartemennya setiap hari mulai jam 3 sore sampai jam 7 petang.

Laki-laki itu menerawang jauh, memikirkan sikapnya yang sudah sampai sejauh ini. Masih ada ingatan akan ucapan menyakitkan yang pernah Sera lontarkan satu tahun silam, masih ada juga rasa kecewanya terhadap perempuan itu. Namun, entah mengapa kini Wonwoo enggan untuk bersikap buruk kepada Sera lagi. Dia berniat untuk melupakan kenangan menyakitkan itu dan ingin memulai semuanya dari awal. Tapi tentu, laki-laki itu tak luput dari keraguan. Apa semua yang kulakukan ini benar? Apa memaafkan Sera dan melupakan kenangan buruk itu adalah pilihan terbaik?, Wonwoo bertanya pada dirinya sendiri.

Dia pun menghela napas, untuk yang kesekian kalinya Wonwoo gagal mendapat jawaban pasti. Alhasil, laki-laki itu akhirnya mematikan shower. Dia lalu mengeringkan badannya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe berwarna putih. Handuk kecil yang bertengger di leher Wonwoo digunakan untuk mengeringkan rambut sembari berjalan ke arah dapur. Renungan tadi rupanya sukses membuatnya merasa haus. Saat Wonwoo sampai di dapur untuk mengambil air, mata laki-laki itu membulat karena mendapati Sera yang sedang membersihkan ruang tamunya.

"Selamat sore, Tuan Jeon." sapa Sera seraya membungkuk sopan.

"K-Kau, kenapa sudah ada di sini?!" tanya Wonwoo kebingungan.

Si lelaki bermarga Jeon melirik ke arah jam dinding, detik berikutnya, Wonwoo menepuk kening. Sial, ini sudah jam 3 lewat 15 menit. Laki-laki itu mandi terlalu lama sehingga terlambat menjemput Sera. Sementara si perempuan Hong hanya tersenyum sembari terkekeh. "Memang sudah seharusnya saya kemari tanpa Tuan jemput. Saya harus sampai di sini tepat waktu, jika tidak, gaji saya akan dipotong." tuturnya.

Wonwoo merasa bersalah. "Maafkan aku."

Sera menggeleng, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. "Tuan sama sekali tidak salah. Justru, Tuan terlalu baik karena mau mengantar-jemput saya selama ini."

Laki-laki itu tak membalas. Kini dia sibuk menelaah si perempuan cleaning service apartemennya ini. Luka lecet di dahi dan tangan Sera sudah sembuh total, sedangkan lutut kirinya masih tampak diperban–jahitan lukanya sudah dilepas seminggu yang lalu di poliklinik rumah sakit, Wonwoo yang mengantarnya ke sana. Lelaki bermarga Jeon itu sedikit berdecak kala meneliti perban yang tampak lusuh tersebut. "Kau belum mengganti perbannya?"

Sera mematung. Dia segera menghentikan aktivitasnya, lalu melirik ke arah lutut kirinya. Sera mengernyit seketika. "Ah, sepertinya saya lupa, Tuan! Saya buru-buru datang kemari setelah bekerja di toko buku, jadi belum sempat menggantinya."

Wonwoo melengos. Laki-laki itu segera menghampiri Sera dan menarik tangannya. "Ikut aku!" perintah Wonwoo.

Dia membawa Sera ke kamar. Setelah memaksa Sera duduk di pinggir ranjang, Wonwoo langsung membuka laci nakas paling bawah di dekat tempat tidurnya untuk mengambil pembalut luka anti infeksi dan satu buah kasa steril yang masih baru–ya, Wonwoo baru membeli kedua barang tersebut kemarin demi melengkapi kotak P3K apartemennya. Wonwoo lantas berlutut di depan Sera, meraih kaki kiri perempuan itu dan mulai mengganti perbannya. Pertama-tama, dia membuka balutan kasa yang lama. Lalu, Wonwoo menggunting dan membubuhkan pembalut luka anti infeksi sesuai dengan luas luka bekas jahitan di lutut Sera yang sekarang sudah berwarna kehitaman. Setelah itu, dia membalut semuanya dengan kasa steril yang baru. Wonwoo melakukannya dengan sangat hati-hati, bahkan dia sampai menggunakan handscoon steril juga saat mengganti perban Sera layaknya seorang dokter muda.

Sera mengirjap beberapa kali. Pemandangan di depannya saat ini benar-benar seperti mimpi. Sang majikan yang sangat tampan tengah berlutut di hadapannya dalam keadaan rambut setengah basah dan hanya mengenakan bathrobe, memamerkan tulang selangka yang sanggup membuat Sera terpaku selama beberapa detik karena terlalu seksi. Sadar akan apa yang dipikirkan, perempuan itu buru-buru membuang muka. Menyembunyikan semburat merah di pipinya dan menghentikan pikiran liarnya terus berlanjut.

"Sudah."

Tak lama kemudian, Wonwoo selesai mengganti perban Sera. Dia menegakkan badan dan membuang perban lama beserta handscoon yang sudah terpakai ke tempat sampah. "Jangan terulang lagi, bahaya kalau perbanmu terlambat diganti! Lukamu bisa terinfeksi dan tambah parah!" terang Wonwoo.

Sera berdiri dengan salah tingkah, lalu membungkuk ke arah Wonwoo. "Terima kasih banyak, Tuan Jeon. Maaf, saya sudah ceroboh."

Wonwoo tak menjawab. Dia menoleh ke arah Sera, berjalan mendekatinya hingga berhenti tepat di depan perempuan itu. Sekarang, jarak mereka bisa terbilang sangat dekat. Pandangan Wonwoo sedikit direndahkan, sedangkan Sera harus mendongakkan kepala demi bisa menyatukan pandangan mereka. Sejenak, Wonwoo terlihat gelagapan. Fuck, wanginya masih sama seperti dulu!, rutuknya dalam hati. Ya, wangi tubuh Sera yang sangat khas–yakni perpaduan antara wangi karamel dan vanilla— tengah menggelitik hidung Wonwoo, membuat gemuruh jantung laki-laki itu makin menjadi-jadi. Pasalnya, wangi tersebut adalah wangi favorit si lelaki Jeon selama bertahun-tahun, kini dia bisa menciumnya lagi dan membangkitkan memori indah yang pernah mereka ukir.

"B-Berhenti bicara formal padaku!" titah Wonwoo–berupaya menghapus lamunan barusan. "Kita sudah saling kenal cukup lama, Sera!"

Sera mematung, terlalu kaget mendengar perkataan Wonwoo barusan. Belum sempat dia memberi respon, Wonwoo malah sudah mengalihkan topik pembicaraan. "Kau diantar siapa kemari?"

"S-Saya naik bus, Tuan J-Jeon." jawab Sera gagap.

Wonwoo mendadak memegang kedua bahu Sera. Tatapan laki-laki itu semakin intens dan mengintimidasi. Padahal, sebenarnya Wonwoo sedang mati-matian menahan debaran jantungnya sekarang. "Sudah kukatakan, jangan bicara formal!"

Sera menelan ludah beberapa kali, sedikit kalang kabut dengan situasi saat ini. "W-Wonwoo-ssi?.."

"Kau memanggil si orang asing itu dengan sebutan 'Oppa', kenapa tidak bisa memanggilku seperti itu juga?"

Entah setan apa yang merasuki, kata-kata tersebut keluar begitu saja dari mulut Wonwoo. Sera semakin canggung dibuatnya. Perempuan itu berusaha mengalihkan pandangan, menimang-nimang apa yang harus dilakukan. Detik berikutnya, Sera baru bisa kembali memandang Wonwoo dengan sarat penuh ragu. "Wonwoo-oppa..."

Tak dapat dipungkiri, jantung Wonwoo seolah berhenti berdetak setelah mendengar Sera memanggilnya dengan sebutan 'Oppa' untuk yang pertama kali. Laki-kali itu kembali merutuk dalam hati. Sial, aku masih menyukainya!

Namun sayang, momen manis itu hanya bertahan selama beberapa detik. Suara bel apartemen yang dibunyikan berulang kali membuyarkan intensi mereka. Wonwoo berdecak kesal, ada saja tamu yang datang di saat yang tidak tepat dan benar-benar merusak momen langka ini. Lantas, dia pun menuju pintu depan sambil berdengus, meninggalkan Sera yang masih melongo di kamarnya. Wonwoo langsung membukakan pintu tanpa memeriksa intercom terlebih dahulu, saking kesalnya.

"Woo! Miss you so bad!"

Kaeun mendadak muncul dari balik pintu dan spontan memeluk erat Wonwoo. "Kenapa tidak pernah menghubungiku lagi, hm? Aku merindukanmu!" rengek Kaeun, pelukannya semakin agresif.

Laki-laki itu ingin mengumpat. Wonwoo merutuki kebodohan dirinya yang tidak memeriksa intercom terlebih dahulu. Mengapa dia melupakan eksistensi si jalang satu ini? "Lepaskan!"

Wonwoo melepas paksa pelukan Kaeun, kemudian menghadiahi perempuan itu tatapan galak. "Kenapa kau tiba-tiba datang? Jangan bersikap seenaknya seolah kau ini pacarku!" bentak Wonwoo.

Lee Kaeun hanya mengerucutkan bibir. Pandangannya kini jatuh pada bathrobe putih yang dikenakan Wonwoo. Jujur, perempuan itu cukup terkejut melihat Wonwoo, ini pertama kalinya Kaeun disambut sang partner seks dengan penampilan demikian. Tetapi, dia juga tidak dapat menyembunyikan gairahnya yang tersulut oleh karena pakaian Wonwok. Kaeun tersenyum penuh arti. "Hari ini kau seksi sekali, Woo." pujinya genit.

"Apa-apaan—"

Langsung saja, Kaeun menerjang Wonwoo dengan melumat rakus bibirnya. Dia menyudutkan laki-laki itu ke dinding, tangan-tangannya mulai bergerak menjelajahi tubuh laki-laki itu dengan berani. Tangan kanan Kaeun hendak membuka tali bathrobe Wonwoo, sedangkan tangan kirinya mengambil ancang-ancang untuk menyentuh selangkangan laki-laki itu. Tapi dalam satu gerakan cepat, Wonwoo berhasil mendorong Kaeun dengan tenaga yang besar. Sampai-sampai membuat perempuan itu terdorong ke belakang dan kepalanya menghantam pintu. Ya, Wonwoo berhasil mencegah Kaeun 'memperkosa' dirinya.

"Aw!" rintih Kaeun kesakitan.

"Aku tidak mau bermain denganmu, bodoh!" tukas Wonwoo tajam sembari memperbaiki keadaan bathrobe-nya yang hampir terlepas.

Sambil memegang kepala bagian belakang, Kaeun meringis seraya menatap Wonwoo heran. "Kau kenapa sih, Woo? Kita sudah lama tidak melakukannya, kan? Toh, aku sudah membawa beberapa kondom ke sini." protesnya.

Dia mengguncang lengan kanan Wonwoo. "Aku akan ke Paris sore ini, Woo. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita bisa melakukannya?"

"Aku sudah muak, Lee Kaeun!"

Kata-kata tajam itu berhasil Wonwoo lontarkan dengan sepenuh hati. Entah mengapa, sekarang dia merasa jijik dengan perempuan di depannya ini. Hasrat untuk melakukan seks dengan Kaeun seolah menguap tak meninggalkan sisa. Wonwoo tidak ada keinginan lagi untuk melampiaskan rasa frustasinya kepada Kaeun. Ya, karena sekarang Wonwoo memang tidak pernah merasa frustasi lagi.

"Ayo, kita berhenti menjadi partner seks," kata Wonwoo dingin. "Mari kita ubah perjanjiannya. Aku akan berhenti menjadikanmu partner seks, tapi aku akan tetap menyuruh agensi ayahku untuk meroketkan namamu. Aku sudah tidak ingin bermain-main lagi, Lee Kaeun."

Kaeun menautkan alisnya. Memang perjanjian baru tersebut terdengar sangat menguntungkan dirinya, tapi ada rasa bimbang melihat tingkah Wonwoo saat ini. "Apa yang terjadi, Woo? Mengapa tiba-tiba—"

"Sudah, pergi dari apartemenku sekarang!" seru Wonwoo marah. "Aku sudah menjelaskan semuanya, tidak perlu bertanya lagi!"

Wonwoo mengusir paksa Kaeun dari apartemennya, lalu mengunci rapat pintu apartemen agar si jalang tidak bisa masuk. Laki-laki itu menghembuskan napas kasar, kesal karena diserang Kaeun sekaligus bingung akan perubahan dirinya. Akan tetapi, Wonwoo cukup terkejut karena tak jauh dari tempatnya berdiri, Sera tengah berada di ambang pintu kamar seraya memandangnya dengan ekspressi tidak bisa dibaca. Mata mereka kembali saling bertemu. Wonwoo merasa sangat malu sekarang. Pasti perempuan itu sudah menangkap basah perbuatan Kaeun barusan.

"T-Tadi itu—"

Wonwoo hendak memberikan penjelasan pada Sera, namun entah mengapa, lidahnya mendadak kelu. Seakan baru sadar dari lamunan, Sera langsung menghindari tatapan Wonwoo dan membungkuk minta maaf. "Ma-Maafkan aku. Seharusnya aku tidak menguping percakapan kalian, maaf karena sudah tidak sopan."

Sial, Sera ternyata mendengar semuanya. "A-Aku dan dia sudah selesai!" sahut Wonwoo, yang anehnya merasa bersalah kepada Sera.

Sera hanya membalas dengan senyum tipis, dia kemudian kembali membersihkan ruang tamu dan tidak lagi beradu pandang dengan Wonwoo. Keheningan kini menyelimuti mereka berdua. "Ah, aku membawakan kimchi jigae untuk Wonwoo-oppa." kata Sera canggung.

Ada gejolak kegembiraan di dalam diri Wonwoo begitu Sera memanggilnya demikian. "Benarkah? Terima kasih."

"Paman Im yang memaksaku untuk memberikannya. Aku sudah menaruhnya di meja makan. Makanlah."

Segera saja, Wonwoo berjalan ke meja makan. Di sana sudah ada semangkuk kimchi jigae yang masih hangat dan mengepulkan asap, juga ada segelas air mineral dan semangkuk kecil. Mendadak, Wonwoo jadi lapar melihat pemandangan menggiurkan itu. Langsung saja, dia duduk di kursi dan mengambil sendok yang ada di dekatnya, lalu menyantap kimchi jigae dengan semangat. Dia sungguh menyukai kimchi jigae ini, rasanya luar biasa enak. Wonwoo jadi menyesal karena waktu itu tidak sempat mencicipi hidangan pemberian Im Taeho.

Mata sipit Wonwoo itu kembali memandang Sera. Dia menangkap perempuan itu tidak fokus dengan pekerjaannya sekarang. Wonwoo berasumsi dirinya lah yang menyebabkan Sera begitu. Pasti Sera masih terkejut melihat adegan tidak senonoh laki-laki itu bersama 'mantan' partner seksnya tadi. "Hong Sera?"

Perempuan itu menoleh karena panggilan Wonwoo barusan. Dia tersenyum hangat. "Ya, ada apa?"

Wonwoo menatap Sera dengan sangat dalam. Dia menghentikan kegiatan makannya sejenak. Ada kebingungan di raut wajah laki-laki itu. Begitu banyak kalimat yang ingin dia sampaikan, namun tidak bisa dipilih satu-satu. Hingga pada akhirnya, Wonwoo justru melayangkan pertanyaan yang sama sekali tidak terprediksi oleh Sera.

"Apa yang terjadi pada keluarga aslimu?"

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

286K 34.4K 55
"Hanya Cinta, itu tak akan cukup. Maka kepercayaan akan membuatnya sempurna." Byun Baekhyun & Oh Sehyun (Sebelum baca ini disarankan baca FF Baekhyun...
168K 19K 63
(0,0) tempat sumbu x dan y bertemu. (nol koma nol) kala dua garis kehidupan terjalin. © purewhitewater 2019
375K 39.1K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
275K 22K 36
Ketika Sungyoung harus berurusan dengan pria yang merupakan pria paling brengsek yang pernah ia temui. Sialnya, ia harus jatuh cinta! 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞