Semua Karena Cinta(Completed)

By dnhpo_

171K 15K 866

Semua bisa terjadi karena cinta yang di miliki. Dua orang gadis yang sedari kecil bersahabat, berpisah ketika... More

1
2
3
4
5
6
7(Revisi)
8
10(Revisi)
11(Revisi)
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

9(Revisi)

5.6K 492 44
By dnhpo_

Author Pov

Beby memarkirkan mobilnya di depan rumah Kinal. Saat memasuki rumah Kinal, Beby melirik Shania yang sedang memperhatikan sesuatu.

"Kenapa, Nju?" Tanya Beby mengikuti arah pandangan Shania.

"E..enggak. aku cuma ngerasa kalo kita di ikutin deh, Beb." Kata Shania masih memperhatikan pagar rumah Kinal yang terbilang tinggi.

"Di ikutin? Sama siapa?" Tanya Beby mencoba berjalan ke dekat pagar namun di tahan oleh Shania.

"Siapa yang ngikutin?" Pertanyaan Kinal membuat keduanya menoleh.

"Eh kak Kinal. Anu.. kak, nggak tau juga. Aku cuma ngerasa aja hehehe." Ucap Shania sedikit menenangkan dirinya.

"Ya udah masuk. Btw, kok kalian barengan?" Tanya Kinal menatap keduanya bergantian.

"Tadi gue gak sengaja ketemu dia di deket sekolahannya." Jawab Beby cepat. Kinal hanya mengangguk dan masuk ke dalam.

Saat masuk ke dalam rumah, Beby hanya bisa menggeleng melihat sahabat-sahabatnya sedang bermain di ruang keluarga. "Ini berantakan banget sih? Nggak malu apa sama kak Ve?" Ucap Beby mengangkat bungkus ciki dan segala macam.

"Yaelah, Beb. Kak Ve aja fine-fine ae kok." Jawab Nabilah yang sibuk memainkan jarinya di atas stick PS.

"Serah dah. Duduk sini, Shan." Ucap Beby menyuruh Shania duduk di sofa yang sudah dia bersihkan dari bungkus makanan. Shania membuka sepatunya dan menduduki sofa yang tadi sudah di bersihkan Beby. Matanya melihat-lihat ke sekeliling rumah Kinal.

"Rumah ini sedikit berubah ya?" Celetukan Shania barusan, reflek membuat Lidya dan Nabilah mem-pause game yang mereka mainkan dan menoleh ke arah Shania. Bahkan Jeje yang sibuk menonton permainan Nabilah dan Lidya, juga menoleh. Viny menutup novelnya dan melihat ke arah Shania juga.

"Lo pernah kesini?" Tanya Viny menatap Shania penuh selidik.

"Ah itu...." Shania bingung harus menjawab apa. Saat Shania akan menjawabnya lagi, tiba-tiba....

Prang!!

Kinal terjengit dan menjatuhkan satu gelas jus yang dia buat untuk Shania.

"KAMPRET!! SIAPA ITU YANG MECAHIN KACA RUMAH GUA?!!!" Teriak Kinal dan berlari keluar. Sahabatnya, Ve dan juga Shania ikut berlari keluar. Mereka melihat sebuah motor meninggalkan depan rumah Kinal. Kinal berlari, bermaksud mengejar motor itu, namun di tahan oleh Shania.

"Jangan, Kak!" Pekik Shania menahan lengan Kinal. Semua menoleh pada Shania kecuali Beby yang tahu maksud Shania.

"Kenapa?" Tanya Kinal bingung.

"Gapapa sih. Cuma takut kak Kinal kenapa-napa. Kan baru aja sakit." Ucap Shania melirik pada Beby.

"Iya tuh bener, Nal." Ucap Jeje menimpali.

"AAAAAA!!!" Teriakan Gracia dari dalam kamar Kinal, membuat mereka semua berlari terburu-buru ke kamar Kinal.

"Gre, kenapa sayang?" Ucap Veranda menghampiri Gracia yang menutup wajahnya dengan bantal.

"Itu kak, tadi ada cicak jatuh." Ucap Gracia yang membuat mereka semua langsung terlihat lemas.

"Gue kira ada surat kaleng anceman." Ucap Viny dengan wajah malasnya.

"Kebanyakan baca buku lo." Kata Nabilah yang hanya mendapat cengiran dari Viny.

"By the way, yang tadi pecah kaca mana ya?" Pertanyaan Kinal mendapat jawaban dari seorang Veranda yang menatap bingung pada sebuah pecahan kaca yang ada di bawah jendela kamar Kinal.

"Kaca kamar kamu." Ucap Veranda mendekati serpihan kaca itu.

"Eh... Eh... Jangan di pegang." Ucap Kinal menghentikan langkah Ve.

"Kenapa?" Tanya mereka semua bersamaan.

"Ya kalo dipegang takut bedarah gitu tangannya." Ucap Kinal dengan suara pelan. Mereka hanya mengangguk sambil tersenyum kecil menatap Kinal yang berjalan menuju pecahan kaca itu.

"Ini apaan deh?" Tanya Kinal mengangkat sebuah botol plastik yang di dalamnya terdapat selembar kertas dan beberapa kerikil. Sepertinya untuk pemberat.

Viny dan Beby maju untuk melihat lebih dekat. "Siniin." Kata Viny mengambil botol itu dan mengeluarkan kertas yang ada di dalam sana. Dan ketika dia buka kertas itu, mata mereka yang membacanya membelalak tak percaya.

"What the? Gila! Kinal! Gue kira surat anceman, ternyata surat gaje dari penggemar lu. Nih!" Ucap Viny melempar kertas itu pada Kinal. Sementara Kinal hanya cengengesan menerima kertas dari Viny.

"Ye malah cengar-cengir gak jelas." Ucap Jeje keluar dari kamar.

Kinal melirik Veranda yang masih diam di tempatnya. Sedangkan yang lain sudah kembali ke bawah. "Kenapa?" Kata Kinal yang mengagetkan Veranda.

"Gapapa." Ucap Veranda cepat dan meninggalkan Kinal sendiri.

"Cemburu mah bilang aja." Gumam Kinal tersenyum kecil.

*****

Setelah kejadian waktu itu, Kinal sedikit bingung karena itu adalah pertama kalinya dia mendapat surat kaleng hingga memecahkan kaca jendela kamarnya.

Hari ini Kinal dan semua sahabatnya juga orang tua mereka, berkumpul di rumah Beby. Kinal dengan senangnya mengambil makanan yang sudah di siapkan ART yang ada dirumah Beby.

"Bukan temen gue lo." Ucap Jeje membuat semua tertawa. Kinal yang sibuk memakan makanannya hanya menjulurkan lidahnya.

"Pelan-pelan, sayang makannya." Ucap Mama Lidya.

"Hehehehe enhak sih, bhundha." Ucap Kinal dengan mulut penuh.

"Ke Dady, yuk." Bisik Viny pada Jeje. Mereka pun berpamitan pergi menuju ke arah dapur karena Papa Beby ada disana membantu ARTnya.

"Dady!" Panggil mereka berbarengan.

"Loh? Kok kesini? Masuk-masuk. Dady lagi masak nih." Ucap Papa Beby melihat Viny dan Jeje masuk ke dalam dapur.

"Dad, kita mau tanya sesuatu." Ucap viny dengan wajah serius. Boby, Papa Beby, langsung menghentikan tangannya yang sedang mengaduk sayur. Di liriknya kedua anak sahabatnya itu.

"Mau tanya apa?" Tanya Boby kembali menggerakkan tangannya.

"Soal kita." Jawab Jeje pelan. Boby tahu maksud kedua anak ini. Dia berhenti memasak dan meminta ARTnya melanjutkan.

"Kalian? Kenapa emangnya?" Tanya Boby lagi.

"Dady gak usah pura-pura nggak tau deh. Harapan terakhir kita tuh cuma Dady. Pliisss, Dad ceritain ke kita. Kita tau, ada sesuatu yang kalian semua sembunyiin." Ujar Viny memohon.

Boby menghela nafasnya dan melirik Lidya juga Nabilah yang ternyata ikut masuk saat Viny dan Jeje ke dapur.

"Kalian berdua juga mau tau?" Tanya Boby pada Lidya dan Nabilah yang mengangguk cepat.

"Ke ruangan Dady." Ucap Boby berjalan ke ruangannya dan di ikuti ke-empatnya.

"Kalian mau tau apa?" Tanya Boby saat mereka sudah berada di sebuah ruangan kerja karena terdapat sebuah meja kerja dan beberapa rak buku.

"Kita... Pengen tau tentang masa kecil kita, Dad. Kita ngerasa, ada beberapa ingatan kita yang kita lupain tapi kita nggak tau karena apa kita bisa lupa." Kata Viny menatap punggung ayah dari sahabatnya.

"Sejak kapan kalian menyadari kalau kalian melupakan sesuatu?" Pertanyaan Boby dengan bahasa yang tidak biasa, menyadarkan ke-empatnya bahwa Boby tahu banyak tentang mereka dan akan memberitahu mereka.

"Baru beberapa minggu ini, Dad." Jawab Jeje mengingat beberapa kejadian yang mereka alami.

"Kalian tau? Shania Junianatha?" Tanya Boby membalikan badannya menatap ke-empat gadis itu. Mereka mengangguk dengan tatapan bingung.

"Dia juga teman kecil kalian. Tapi tragedi itu sudah merenggut nyawanya." Ucap Boby menunduk. Dia selalu sedih mengingat bagaimana istri tercintanya juga anaknya yang belum lahir kedunia, meninggal secara tragis.

"Ma.. maksud Dady, Shania udah meninggal gitu?" Tanya Nabilah kaget. Wajah yang lainnya pun ikut kaget. Boby mengangguk mengiyakan.

"Tapi, beberapa tahun yang lalu, dia lahir kembali dalam wujud sebagai saudara kembar dari Shania Gracia. Awalnya Dady gak percaya kalau di dunia ini tuh bener-bener ada reinkarnasi. Tapi.... Saat melihat gadis itu... Dady percaya sama ramalan itu." Ucap Boby tersenyum ke arah mereka.

"Ramalan?" Tanya mereka berbarengan.

Boby mengangguk dan melanjutkan ceritanya. "Ya. Ramalan tentang bagaimana kalian dan jodoh kalian. Sebelum tragedi itu terjadi, kami mengajak kalian ke sebuah pasar malam. Disana ada seorang nenek peramal. Karna iseng, kita semua mendatangi nenek itu. Tapi di luar dugaan, baru kami datang, nenek itu sudah berkata yang mengagetkan kami semua." Boby tersenyum dan memggeleng kecil. Ingatannya kembali pada saat mereka berdiri di depan seorang nenek-nenek.

"Sungguh ajaib anak-anak kalian, dua gadis kecil ini, sangat terlihat jelas kalau mereka akan berjodoh." Ucap nenek itu menunjuk ke arah Shania dan Beby kecil. Kedua anak itu langsung bersembunyi di balik tubuh Devan yang tersenyum melihat tingkah dua gadis kecil yang sepertinya ketakutan.

"Ma... Maksud nenek? Mereka berjodoh?" Tanya Boby tidak percaya. Di lihatnya Beby dan Shania bergantian dan kembali melihat ke arah nenek itu.

"Ya! Anakmu dan dia, akan berjodoh. Mereka telah di gariskan untuk berjodoh. Namun, bukan gadis kecil ini yang menjadi jodohnya. Gadis ini akan pergi ke alam baka dan akan kembali ke dunia ini sebagai gadis lainnya. Dan mereka! Akan mengacau balaukan keluarga kalian! Dan jangan lupa! Gadis kecil berambut pendek itu juga akan berjodoh dengan satu gadis yang selalu dia jaga! Mereka di jodohkan dengan sesamanya. Jangan menentangnya!" Teriak nenek itu menatap anak-anak kecil yang ada di hadapannya.

"Kita pergi." Ucap Mama Shania saat menyadari apa yang di maksud oleh nenek itu.

"JANGAN MENCOBA MENJAUHKAN MEREKA DARI JODOHNYA! ITU AKAN MENJADI PETAKA DALAM KEHIDUPAN MEREKA! MEREKA TIDAK AKAN PERNAH BAHAGIA JIKA MEREKA DI PISAHKAN! INGATLAH BAIK-BAIK!" Teriak nenek itu kepada mereka.

"Jadi... Shania sama Beby itu? Jodoh?" Tanya Nabilah tidak percaya. Boby mengangguk dan menatap ke-empatnya.

"Ya, mereka berjodoh. Sama seperti Kinal, Kinal berjodoh dengan seseorang. Dulu, kami pernah ke sana saat kami masih SMA, kami pergi ke sana bersama kekasih kami. Dan saat itu, kami juga di ramal. Papa Kinal di ramal bahwa anaknya kelak akan berjodoh dengan anak dari orang yang pada saat itu menjadi pacarnya. Tanpa kami duga, Devan putus dengan kekasihnya itu. Dan kalian tau, siapa mantan kekasih Devan?" Keempatnya menggeleng dengan wajah penasarannya.

"Vivi yang kalian kenal sebagai Mama dari Naomi. Tapi pada saat kami mengajak kalian ke pasar malam itu, kami pergi bersama kakak kandung Vivi juga suaminya. Mereka adalah orang tua kandung dari Veranda."

"Jadi... Naomi itu jodoh Kinal?" Tanya Jeje tidak percaya.

"Dady juga nggak tau pasti. Kami berhenti saling menghubungi setelah Devan dan Vivi putus. Setelah itu, tidak ada yang tau keberadaan Vivi sampai kalian kuliah di kampus yang sama. Devan begitu senang mengetahui Naomi adalah anak Vivi, jadi dia sangat senang kalau Kinal bertemu dengan jodohnya." Jelas Boby tersenyum mengingat bagaimana raut wajah sahabatnya itu ketika menceritakan bahwa dia menemukan mantan kekasihnya.

"Terus... Kemana orang tua kak Veranda? Dady tau kan, mereka dimana?" Tanya Lidya cepat.

"Jessica Veranda... Gadis malang itu... Orang tuanya di bunuh empat hari sebelum kejadian itu. Keduanya di bunuh secara sadis dengan bajingan tidak tau terima kasih itu!" Nafas Boby terlihat naik turun ketika menceritakan bagian dimana membuat Kinal selalu menjaga Veranda pada saat itu.

"Kita gak ngerti maksud Dady. Ceritain dari awal, Dad." Kata Lidya yang di angguki sahabat-sahabatnya.

"Oke, Dady jelasin dari awal. Dulu kami selalu meminta untuk bersekolah di sekolah yang sama. SD, SMP hingga kami kuliah. Deva dan Vivi sudah berpacaran saat mereka kelas 1 SMA. Tapi sangat di sayangkan, mereka putus di tengah jalan. Padahal hubungan mereka sangat mengundang banyak orang iri. Meski kelakuan Devan playboy, dan keduanya sering bertengkar karena Vivi sering memergoki Devan jalan dengan gadis lain, tapi mereka tetap baik-baik saja. Dady jug-"

"Putusnya karena apa, Dad?" Sela Jeje cepat.

"Yaelah angry bird. Gue lagi serius dengerin malah lo sela." Gerutu Nabilah membuat Boby tersenyum. Dia melihat Nabilah sama persis dengan ayahnya, Nabilo.

"Entahlah, tiba-tiba Vivi meminta putus dengan alasan nggak jelas. Dan setelah itu, kami nggak tau dimana dia. Bahkan saat kami bertanya dengan kakaknya, Mama Veranda, dia juga tidak tahu keberadaan Vivi. Aneh bukan?" Keempatnya mengangguk dengan raut wajah terheran-heran.

"Terus gimana bisa Papa ketemu sama Mamanya Kinal?" Tanya Nabilah penasaran.

"Setelah putus dari Vivi, Devan jadi orang yang dingin, pemarah, dan arogan. Devan dan Jessie, Mama Kinal, bertemu karena sebuah perjodohan tapi ternyata perjodohan itu membuat Devan berubah drastis." Ujar Boby sedikit menjeda ucapannya.

"Jessie itu bener-bener kayak malaikat, dia bisa ngerubah sikap Devan yang arogan dan dingin setelah ditinggal Vivi. Seandainya, dulu Devan cepat bertindak... Kalian masih bisa kumpul bareng sama Jessie...." Nada bicara Boby semakin merendah saat mengingat kejadian yang menimpa istri sahabatnya itu.

"Emangnya... Mama di bunuh siapa?" Pertanyaan Jeje membuat Boby mengangkat wajahnya dan menampakan ekspresi terkejut.

"Darimana kamu tau kalau Mama Kinal di bunuh?" Tanya Boby cepat.

"Dari koran lama, Dad...." Jawab Jeje menunduk takut.

"Koran lama? Ah! Iya, Dady lupa kalo udah di kasih tau, Ayah. Ya, benar. Apa yang di bilang Jeje itu benar. Jessie meninggal karna di bunuh oleh seseorang yang sangat kami kenal. Kalau saja Devan cepat menyusul, Kinal gak bakal ngelihat pembunuhan itu dan...." Ada sedikit keraguan dalam diri Boby saat akan melanjutkan ceritanya.

"Dan?" Tanya ke-empatnya kompak.

"Dan Kinal tau siapa orang yang ngebunuh ibunya juga orang tua Veranda. Dia melihat semua kejadian itu bersama Veranda. Bahkan darah orang tua Veranda menciprat tepat ke wajah keduanya. Haaahh.... Dady gak bisa lanjutin ceritanya." Ucap Boby mengusap wajahnya kasar.

"Dad, maksud Dady.... Kinal sama kak Ve... Inget semuanya?" Tanya Lidya tidak percaya. Boby menggeleng. Ada setetes bulir bening di ujung matanya namun ke-empat gadis itu tidak mengetahuinya.

"Mereka, dan kalian... Gak inget apapun tentang tragedi itu. Hanya.... Beby dan Shania yang mengingat semuanya dengan jelas. Dady selalu kasihan sama Beby. Sebelum dia tau kalau Shania sudah lahir kembali, dia sering murung dalam kamar. Terkadang, Dady sering mergokin dia ngebuka isi mainan lamanya. Mainan yang sering kalian mainkan bareng-bareng. Bahkan, dia pernah nangis dalam kamarnya sendiri karena selalu dapet mimpi buruk..." Tangis Boby pecah saat mengingat bagaimana anak gadisnya terpuruk sendirian.

"Dad...." Mereka semua menoleh ke sumber suara yang datang dari arah pintu. Terlihat Beby dengan air mata yang membanjiri pipi tirusnya.

"Sayang... Sini, nak." Ucap Boby yang juga sudah menangis. Beby berjalan ke arah ayahnya dan langsung di peluknya ayahnya itu.

"Maafin Beby, Dad. Beby bikin sedih Dady ya?" Ucap Beby menatap ayahnya yang menggeleng cepat.

"Enggak sayang, kamu nggak pernah bikin Dady sedih. Ini takdirmu, nak. Harusnya Dady yang minta maaf. Seandainya, kami tidak ikut campur urusan mereka, Momy sama yang lainnya nggak bakal terluka, nak." Boby menghapus air mata Beby. Sementara ke-empat gadis itu hanya menatap sepasang anak dan ayah itu.

"Jadi... Cuma Beby yang inget? Kenapa kita nggak inget? Bahkan Kinal yang ngelihat kejadian pembunuhan, dia nggak inget." Kata Nabilah bingung. Beby menoleh ke arah teman-temannya.

"Karena kalian di minumkan sebuah cairan kimia yang membuat ingatan kalian saat kejadian itu menghilang.  Tapi.... Kalau kalian di kasih lihat beberapa barang dan tempat-tempat yang menyangkut orang di masalalu atau menyangkut suatu kejadian, kalian bisa mengingat itu kembali. Awalnya gue gak percaya, tapi waktu di jelasin sama Ayah, gue baru percaya." Penjelasan Beby membuat Boby tersenyum dan mengusap puncak kepala anak gadisnya.

"Lo? Lo udah tau?" Tanya Viny menatap Beby. Beby mengangguk mengiyakan.

"Gue di kasih tau Dady setelah gue ketemu lagi sama Shania Junia yang sekarang kalian kenal sebagai Shania Junianatha." Beby membuka ponselnya dan memperlihatkan dua foro gadis kecil.

"Coba lihat, dua gadis kecil ini kalau di liat-liat.... Mirip kan?" Tanya Beby tersenyum. Viny mengangguk dan disusul yang lainnya. Di tatapnya wajah Beby dan Boby bergantian.

"Dia Shania Junia dan Shania Junianatha. Dulu, Shania sering cerita tentang reinkarnasi ke gue. Sampe sekarang, gue masih inget gimana Shania cerita tentang reinkarnasi. Gue nggak percaya, tapi.... Waktu gue ngelihat sendiri, dia datengin gue di makam waktu itu. Gue sadar, reinkarnasi itu emang ada. Dia lahir kembali sebagai Shania Junianatha." Jelas Beby tersenyum lebar.

"Lo tau darimana kalau dia beneran reinkarnasi Shania Junia?" Beby terkekeh mendengar pertanyaan Nabilah.

"Dari dagunya." Jawab Beby singkat.

"Dagu?" Mereka semua kembali memperhatikan dua foto yang Beby perlihatkan.

"Ah! Iya! Tahi lalatnya sama-sama di dagu dan di tempat yang sama." Ucap Viny setelah menemukan apa yang di maksud Beby.

"Yap!" Kata Beby tersenyum.

"Oke, anak-anak... Karena kalian udah tau. Dady tinggal keluar ya?" Ucap Boby berjalan ke arah pintu.

"Dad! Bentar!" Panggilan Lidya menghentikan langkah Boby yang akan keluar.

"Ya?" Tanya Boby menoleh pada Lidya.

"Siapa yang sering Kinal jagain? Kalo yang sering Kinal jagain, berarti gadis yang Kinal jagain itu adalah jodoh Kinal. Berarti bukan Naomi, kan? Dan siapa yang minumin kita cairan kimia itu?" Tanya Lidya menatap penuh harap pada Boby.

"Entahlah, itu masih abu- abu buat Dady. Entah Naomi atau... Veranda. Karena dulu Kinal punya sumpah untuk terus jagain Veranda apapun caranya. Dan yang menumin cairan kimia itu... Kalian bisa tanyakan pada Beby semuanya." Jawab Boby tersenyum pada Lidya yang masih terlihat tidak mengerti.

"Apa maksud kalian? Reinkarnasi? Cairan kimia? Naomi atau Veranda jodoh gue? Berarti bener? Mama meninggal bukan karena ngelahirin gue? Tapi karena di bunuh? Bahkan gue nggak inget siapa yang ngebunuh! Jelasin!" Boby menatap Kinal dengan tatapan sendu. Dia tahu, meski mereka di berikan cairan kimia penghilang ingatan, mereka akan mengingat semuanya.

"Kinal!" Suara berat Devan membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh.

"Kamu nggak seharusnya tau, nak. Tapi... Mau bagaimanapun juga, kalian sudah tau meski hanya setengah cerita." Ucap Devan memasuki ruangan Boby di susul sahabatnya yang lain.

"Oke. Sekarang, Kinal minta sama kalian semua, jelasin secara rinci. Kenapa cuma Kinal yang nggak di kasih tau? Hah?" Kinal menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya.

"Sayang, Mama kamu di bunuh karena menyelamatkan Mama Veranda. Dan Mama Veranda, adalah kakak kandung mantan pacar dari Papa kamu. Kalian diramalkan untuk berjodoh dengan sesama. Awalnya kami tidak percaya, namun.... Beby dan Shania menyadarkan kami kalau ramalan itu nyata." Ucap Nabilo, Ayah Nabilah. Kinal menatap wajah Nabilo penuh tanya.

"Terus... Maksud kalian Kinal ada di tempat sama Veranda saat kejadian pembunuhan itu?" Mereka semua mengangguk menjawab pertanyaan Kinal.

"Tapi.... Saat kejadian itu, kalian masih mengingat jelas bagaimana pembunuhan itu. Namun, setelah tragedi pembantaian yang ngebunuh Momy Beby dan Mami Nabilah, Dyo memutuskan untuk meminumkan kalian cairan kimia penghilang ingatan." Ucap Nabilo menunduk. Dia hampir menangis kalau saja tidak ada sahabat dan anak-anaknya, dia pasti akan menangis menjerit.

"Ayah..." Lirih Kinal menatap Dyo yang menunduk. Sedangkan Lidya menatap tak percaya pada Ayahnya.

"Ke... Kenapa kita di minumin cairan itu?" Tanya Viny cepat.

"Agar kalian tidak mengingat tragedi tragis itu. Tapi sayangnya, saat kami meminumkan cairan itu pada Beby, itu sama sekali tidak mempan. Dia sudah ditakdirkan untuk mengingat semuanya, karena dia harus mengingat siapa jodohnya. Maafkan kami, anak-anak." Lidya langsung berlari memeluk Bundanya. Dia menangis dan mengucapkan terima kasih.

"Makasih, Bun. Makasih, Yah. Karena kalian, kita nggak inget hal keji itu." Ucap Lidya menangis.

"Lo nggak inget, gue yang kesiksa." Celetuk Beby memasang wajah cemberutnya. Kinal tersenyum dan berjalan merangkul sahabatnya itu.

"Sekarang, gue sama yang lain bakal nginget semuanya. Lo nggak usah takut lagi. Kita bakal cari orang itu. Orang yang udah ngebunuh Mama dan orang tua kak Ve. Eh... Tapi, kok kak Ve bisa tinggal sama Omanya Shania dan Gracia sih?" Tanya Kinal menatap ke arah Boby yang melirik Devan.

"Gue nih yang harus jawab?" Tanya Devan yang di angguki sahabatnya.

"Iyalah, Dev. Terus siapa kalo bukan lo? Gue?" Ucap Vino, Ayah Viny, dengan tersenyum mengejek.

"Kampret lo. Jadi, setelah tragedi pembantaian itu, Veranda di bawa kabur oleh orang yang mau ngebunuh kamu, Nal. Ups!" Devan langsung menutup mulutnya saat dia mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan.

"Apa? Orang yang mau ngebunuh aku? Maksud Papa?" Kinal menatap Papanya penuh selidik.

"Jadi gini, Nal...." Boby yang mendapat tatapan memohon dari Devan langsung menggantikan Devan bercerita.

Kinal kecil yang baru saja keluar dari pintu villa, langsung membelalakan matanya ketika melihat Veranda di tarik oleh seseorang. Matanya menatap tidak percaya ke sekelilingnya. Darah sudah berceceran dimana-mana. Papanya, Lidya, Viny, Jeje, Nabilah, Papi Nabilo dan Appa Vino, sudah tergeletak tak sadarkan diri.  Di hampirinya mereka yang sudah tergeletak, namun saat dia  mendengar suara teriakan Veranda, dia langsung mengejar Veranda.

"Kak Ve!!" oramg yang menarik Veranda menoleh menatap Kinal dengan seringaian. Di hempaskannya tubuh Veranda yang kurus ke tanah dan beralih mengambil sebilah pisau yang tergeletak di dekat mayat seorang wanita, mayat dari ibu Nabilah. Di ambilnya pisau itu dan dia kembali berjalan ke arah Veranda yang berusaha merangkak menuju Kinal yang berlari ke arahnya. Tapi, belum sempat dia mendekati Kinal, kakinya sudah ditarik. Veranda kecil terhempas sedikit jauh dari tempatnya tadi.

"Berhenti!!" Teriakan Kinal yang sangat nyaring menghentikan orang itu dan menolehkan kepalanya. Kinal kecil berlari ke arah Veranda dan langsung memeluk Veranda yang juga memeluknya erat.

"Kak Ve tenang ya? Ada Kinal di sini, jangan takut. Kan Kinal pinter karate. Kinal bakal jagain kak Ve." Ucap Kinal dengan logat anak usia 7 tahun. Kinal menatap wajah pria yang tadi menggeret Veranda.

"Buah hati Devan dan Jessie... Haah... Aku kira orang bodoh itu sudah membunuhmu, anak cantik. Kamu menyayangi Veranda?" Orang itu menatap Kinal dengan tatapan tajamnya. Tapi, bukannya takut, Kinal kecil malah menatapnya dengan tatapan tajam pula.

"Kenapa? Kenapa Om ngebunuh Mama sama tante Jihan dan Om Farish? Mereka kan nggak salah apa-apa? Om jahat! Om bisa masuk neraka kalau ngebunuh manusia! Kalau Om juga mau ngebunuh kak Ve, Om harus langkahin Kinal dulu." Veranda menatap Kinal tidak percaya. Di
remasnya baju Kinal agar gadis tomboy itu menatapnya.

"Kinal... Jangan gitu, kak Ve nggak mau Kinal kenapa-napa." Ucapan Veranda tidak di gubris oleh Kinal. Kinal terus menatap tajam ke arah pria itu.

"Pintar berbicara ya? Sama seperti Papamu. Kamu mau tau? Kenapa Om ngebunuh Mama kamu dan Orang tua Kakak kamu? Itu karena salah mereka. Mereka yang udah gagalin pembunuhan keluarga Roni! Tapi, kamu tau? Sekarang Roni sudah MATI! Dan anaknya juga akan mati di tangan si bodoh itu! Dan kamu... Kamu juga akan mati di tanganku! Hahahahhaaaa" Tawa orang itu menggema.

"Om jahat! Om Roni dan keluarganya nggak punya salah sama Om. Bahkan mereka baik sama Om! Om jahat! Beby! Kejar Shania!!!" Kinal yang mendapati Beby keluar dari persembunyiannya langsung menyuruh Beby mengejar Shania yang entah di bawa kemana.

"Saat kamu menemukannya, dia sudah tergeletak tak bernyawa. Hahahaha mari anak kecil, sambutlah kematianmu." Ucapan orang itu langsung membuat Kinal memeluk erat Veranda. Sementara Beby berlari, menuruti perkataan Kinal dengan air mata mengucur deras.

"AAAAAA!" Teriakan Kinal membuat Beby menoleh kembali, ia dapati Kinal tertikam sebilah pisau yang menancap tepat di bahu kirinya. Veranda terus menangis di pelukan Kinal. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

"Kinal!!!!" Teriak Beby makin menangis. Dia sangat bingung saat itu, hanya dia yang masih membuka mata dan juga Veranda yang ada dalam dekapan Kinal.

"Hiks...hiks...hiks... Lidya, Nabilah, Jeje, Viny... Tolong Beby. Beby bingung. Hiks hiks kak Ve," Beby kecil terus menangis hingga suara teriakan Kinal menyadarkannya untuk berlari.

"BEBY!! LA...RIHH!! KE...JAR SHANIA!! BI... BIAR AKU YA..YANG JAGAIN.. KAK VE..." Ucap Kinal yang terus memeluk Veranda. Dia susah payah menahan sakit di bahunya. Orang itu memutar pisaunya hingga Kinal merasakan bahunya akan patah.

"Mario!!" Suara teriakan Boby membuat Kinal bersyukur dalam hati karena ternyata Boby masih hidup.

Boby berlari ke arah orang yang dia panggil Mario itu dan menghajar tepat di wajahnya. Dua orang lelaki itu bergulat dengan tinjuannya. Sedangkan Kinal yang tidak kuat berdiri, langsung ambruk di pelukan Veranda kecil.

"Kinal! Jangan tinggalin aku." Ucapan Veranda membukakan mata Kinal. Mata itu langsung menatap tepat di mata Veranda.

"Aku nggak bakal ninggalin kak Ve kok." Ucap Kinal pelan sambil tersenyum kecil.

"Dady! Tolong!" Boby yang mendengar suara Veranda langsung menyudahi pertengkarannya dengan Mario. Di ikatnya tangan Mario dan segera ia telfon polisi. Barulah dia menyelamatkan anak-anaknya.

"Begitulah ceritanya. Mario berhasil di tangkap. Tapi, beberapa dari kita meninggal di tempat." Ucap Boby menunduk setelah menyelesaikan ceritanya.

"Dan orang yang sudah ngebunuh Shania... Sama sekali belum bisa ditemukan keberadaannya. Dan gue, yang bakal nemuin orang itu dan ngejeblosin dia ke penjara." Ucap Beby penuh emosi. Boby mengusap bahu anaknya dan menatap Kinal yang mengerutkan keningnya.

"Veranda di culik orang yang membunuh Shania setelah pemakaman Shania, Mama Nabilah, Momy Beby, Mami Jeje dan Mimi Viny. Dia di culik, tapi seseorang berhasil menyelamatkannya namun sialnya, orang yang menyelamatkan Veranda di bunuh karena dia tidak mau memberitahukan keberadaan Veranda. Ayah mengusulkan untuk meminumkan cairan kimia yang dia racik untuk menghilangkan ingatan kalian agar kalian tidak memiliki trauma yang besar. Kalau kamu mau tau Beby tau tentang cairan itu atau nggak, jawabannya nggak, Kinal. Dia baru tau setelah pertemuannya dengan Shania. Dia benar-benar bingung karena kalian tidak mengenal Shania." Ucapan Boby seakan mengetahui apa yang di fikirkan Kinal.

"Auuw!" Kinal memekik memegang bahu kirinya. "Nyeri lagi? Lo istirahat aja." Ucap Jeje menuntun Kinal keluar dari sana.

"Jangan ada yang cerita tentang ini ke Veranda. Dia belum boleh tau tentang ini." Ucapan Dyo membuat ke-empat gadis yang masih berdiri itu menatapnya.

"Kenapa, Yah?" Tanya Lidya menatap Ayahnya.

"Belum waktunya, nak." Ucap Dyo tersenyum.

"Ayo! Kita kembali ke tempat semula. Malah ngobrol di sini." Ucap Boby yang di angguki semua. Mereka pun melanjutkan acara berkumpulnya yang sempat tertunda.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sorry ye? Kemarin jailnya gue kambuh😂
Yg kemarin cuma zonk guys😂
Yang ini yang beneran😁

Cieee yang kemaren ada momen Venomenal😏
Waktu ngeliat kak Ve sama kak kins upload di igstory, gue cuma bisa teriak" + jingkrak" kek orang kesurupan😂😂😂😂 berasa kek di kasih duit milyaran uiy😂😂

Dah ah gue mo nulis chatline duls😎 siapa ya kira-kira?😎😏

Btw, kak Ve kok mukanya makin antagonis(?) Tapi cantik😍😍😍😍

Maap typo

See u
GBU





Yv

Continue Reading

You'll Also Like

180K 1.4K 26
kalau gak BP yaaa gs minor dni udah pasti jorok jadi mending kalau gak sesuai jauh2 reupload karena di ban wp 😌☝️
102K 6.8K 49
Jaemin dengan obsesinya menginginkan keturunan dari sosok yang di anggapnya bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah sa...
1.7M 65K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
118K 12K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...