Semua Karena Cinta(Completed)

By dnhpo_

171K 15K 866

Semua bisa terjadi karena cinta yang di miliki. Dua orang gadis yang sedari kecil bersahabat, berpisah ketika... More

1
2
3
4
5
6
8
9(Revisi)
10(Revisi)
11(Revisi)
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

7(Revisi)

6.4K 516 38
By dnhpo_

Author Pov

Kinal tersenyum-senyum menatap Veranda yanga berada di hadapannya. Sedangkan keempat sahabatnya sibuk memakan makanannya dan Beby sibuk melirik Shania yang memasang wajahnya biasa saja.

"Duh kalau makan yang bener dong." Kinal dengan santainya membersihkan sudut bibir Ve karena makanannya.

"Makasih." Ucap Ve singkat tanpa melihat Kinal.

Jeje dan Nabilah yang sedaritadi memang memperhatikan Kinal susah payah menahan tawanya agar tidak lepas.

"Kak Ve, mereka ini adiknya kak Ve ya?" Tanya Viny menatap Shania dan Gracia bergantian.

"Oh iya, mereka adik aku. Adik sepupu." Jawab Ve mengangguk kecil.

"Kalian berdua kembar ya?" Tanya Lidya memperhatikan wajah mereka baik-baik.

"Hehehehe iya, kak. Kita kembar tapi nggak identik." Ucap Gracia dengan senyum tipisnya.

"Tapi masih cantikan kakaknya." Ucap Beby pelan sambil terus memakan makanannya.

"Apa, Beb?" Tanya Jeje yang memang duduk disamping Beby.

Kepo banget sih ini angry bird. Gerutu Beby dalam hati.

"Nggak. Gapapa." Jawab Beby meneruskan makanannya. Sedangkan Shania tersenyum samar karena dia mendengar apa yang Beby ucapkan.

"Yeee... Ditanya malah bilang gapapa." Ucap Jeje sedikit menyenggol tangan Beby yang akan memasukkan sendok berisi makanan. Dan alhasil Beby tersedak karena Jeje terlalu kuat menyenggolnya.

"Uhuk...uhuk...uhuk!" Dengan reflek Shania menyodorkan minumannya dan menepuk pelan punggung Beby.

"Pelan-pelan dong kalo makan." Ucap Shania dengan raut wajah khawatir.

Semua yang ada disana langsung berhenti makan dan memperhatikan Shania yang terlihat sangat khawatir pada Beby.

Kinal menumpu dagunya dengan tangan kanannya sambil menatap serius ke arah keduanya.

"Lo bedua udah saling kenal ya?" Tanya Kinal membuat keduanya terdiam. Cepat-cepat Shania duduk kembali ke tempatnya dan melanjutkan makan. Sedangkan Beby langsung melanjutkan makannya juga.

"Lah? Ditanyain malah diem. Bisu ya? Beb!" Ucap Kinal sedikit kesal.

"Udah sana dimakan itu makanannya. Malah ngurusin orang." Ucap Ve tetap tidak menatap Kinal.

"Iya tuan putri." Ucap Kinal tersenyum senang.

"Yeee..... Langsung jinak dia." Celetuk Nabilah dan langsung mendapat tendangan di kakinya.

"Aduh! Sakit bego, Nal! Kaki gue masih di butuhin di tim basket ini." Pekik Nabilah yang tidak di gubris oleh Kinal.

"Dasar pleier cap kadal." Gumam Viny yang membuat Ve terkekeh pelan.

"Kak Ve kenapa?" Tanya Gracia menatap Ve aneh.

"Gapapa." Ucap Ve singkat dan menghabiskan suapan terakhirnya.

"Kalian udah selesai? Kalau udah, langsung ke mobil aja ya? Kakak duluan." Ucap Ve berdiri dan meninggalkan mereka.

"Maaf ya kakak-kakak. Kak Ve emang gitu orangnya." Kata Gracia tidak enak.

"Gre, cepet abisin makanannya." Ucap Shania menyelesaikan makanannya.

"Iya bawel." Ucap Gracia tanpa menoleh ke arah Shania.

"Kalian kembar nggak identik kan?" Tanya Nabilah memperhatikan Shania dan Gracia bergantian.

Kedua gadis kembar itu mengangguk kompak sambil memandang ke arah Nabilah.

"Gue kek kenal yang ini deh." Ucap Nabilah menunjuk Gracia. Seketika wajah Beby yang tadinya senang karena Nabilah berkata bahwa dia mengenal salah satu saudara kembar itu berubah menjadi murung sebab yang Nabilah tunjuk bukan Shania melainkan Gracia.

"Jadi lo ketemu dia dimana, Bil?" Tanya Lidya penasaran. Beby dan Viny memperhatikan Nabilah yang sedang berfikir. Tidak dengan Jeje yang masih fokus pada makanannya. Sedangkan Kinal, tanpa mereka sadari sudah menyusul Veranda keluar.

"Ah! Gue lupa." Ucap Nabilah nyengir. Viny dan Beby langsung menyandarkan punggungnya kesandaran kursi sedangkan Lidya dengan santainya menjitak kepala Nabilah. Beda dengan dua gadis kembar yang ada dihadapan mereka, mereka hanya tersenyum melihat kelakuan Lidya dan Nabilah yang terlihat lucu.

"Betewe nih ya? Si paus kemana deh?" Tanya Jeje saat sudah menyelesaikan makannya. Dia celingak-celinguk mencari keberadaan Kinal.

"Keluar kali, kak. Nyusulin kak Ve." Ucap Shania tersenyum. Jeje manggut-manggut paham.

Sedangkan orang yang tadi mereka bicarakan sedang berdebat dengan gadis bak bidadari yang sudah memasang wajah kesalnya. "Mau kamu tuh apa sih, Kinal?" Ujarnya sambil bersandar di pintu mobil yang tertutup.

"Lo kok galak?" Tanya Kinal santai sambil mengunci Ve dengan tangan kanan yang dia letakkan tepat disamping kepala Ve. Jadi posisi mereka sekarang ini sedang berhadapan. Veranda yang terus cuek dan Kinal yang masih saja memasang kelakuan penggodanya.

"Awas! Aku mau masuk ke dalem." Ucap Ve ketus. Kinal tetap diam pada posisinya. Dia tersenyum tipis melihat ekspresi wajah Ve yang mulai memerah.

"Kalo gue nggak mau, gimana?" Tanya Kinal jahil.

Tiba-tiba dengan sangat kuat Ve meninju perut Kinal sangat kencang hingga membuat Kinal terdorong menatap mobil di belakangnya.

"Aduh!! Buseeett perut sama punggung gue!" Pekik Kinal yang langsung merosot ke bawah.

Ve tidak menghiraukan pekikan Kinal dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia berusaha tak menengok ke arah Kinal dengan cara memainkan ponselnya.

"Ini cewek sumpah galak amat. Duh perut gue. Abis makan lagi, untung kagak muntah. Liat aja entar, gue cuekin lu!" Gerutu Kinal pergi dari sana.

Ve melirik Kinal yang pergi sambil memegangi perutnya. Dia tertawa puas mengingat wajah kesakitan Kinal saat dia meninju perutnya.

"Hahahaha mukanya bener-bener lucu hahahahaa aduuh sakitnya perutku. Hah.. hah.. hah... Kinal, Kinal hobi godain orang, di tinju segitu aja udah kesakitan. Dasar gendut." Kata Ve menyudahi tawanya dan kembali fokus pada ponselnya.

"Lo kenapa, Nal?" Tanya Jeje melihat Kinal datang dengan ekspresi wajah yang masih meringis kesakitan. Kinal duduk di kursi samping Shania yang kosong dan tanpa meminta ijin, dia meminum sisa minuman Shania yang masih tersisa seperempat gelas.

"Gila itu cewek! Perut gue di tinju coy!" Ucap Kinal tanpa sadar. Dia lupa jika disana masih ada dua gadis kembar yang notabennya sepupu Ve.

"Siapa yang nonjok, kak Kinal?" Tanya Gracia menahan tawanya. Dia sudah tahu siapa yang sudah meninju Kinal.

"Siapa lagi kalo bukan nenek sihir itu! Gila perut gue langsung merah. Abis makan lagi, jadi makin sakit deh." Gerutu Kinal terus.

"Ooohh... Nenek sihir." Ucap Gracia manggut-manggut. Saat Kinal tersadar, dia langsung menoleh ke arah Shania dan Gracia.

"Eh? Kok kalian masih disini?" Tanya Kinal kaget.

"Ini baru mau pergi." Kata Shania menahan tawanya. Shania dan Gracia langsung berdiri.

"Duluan ya kakak-kakak." Kata Gracia berpamitan. Sedangkan Shania hanya tersenyum dan tidak lupa mengedipkan sebelah matanya pada Beby. Viny yang memperhatikan Shania dan Gracia sedikit tersentak saat Shania mengedipkan matanya pada Beby. Dia melirik Beby yang ada disampingnya. Wajah Beby terlihat memerah karena menahan malu.

"Dih malu-malu lolipop(?)" Kata Viny membuat Beby menunduk malu.

Kinal yang sadar akan tatapan jahil Gracia tadi, langsung mengejar mereka sebelum mereka keluar.

"Eh, eh, tunggu dulu. Gre, tolong ya? Jangan kasih tau kak Ve tadi gue ngatain dia. Entar dia bisa murka ke gue. Jangan ya? Pliiiisss!" Ucap Kinal memohon. Shania dan Gracia hanya memandang Kinal cuek.

"Kok nggak dijawab? Plis ya? Pliiss!!" Mohon Kinal terus.

"Makanya di jaga lisannya." Celetuk Nabilah yang entah kapan mereka datang.

"Eem... Oke. Tapi dengan syarat, cari tau aku dulu." Ucap Shania tersenyum tipis. Kinal mengerjap saat mendengar Shania mengucapkan hal itu.

"Maksudnya?" Tanya Kinal bingung.

"Tanyain ke Beby deh. Daaaaa kakak-kakak tua." Ucap Shania menarik Gracia ke mobil Veranda.

Kinal terdiam menatap keduanya pergi. Setelah beberapa detik, mereka semua menatap Beby dengan bingung.

"Lo kenal Shania?" Tanya Viny menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Jadi lo udah jadian, Beb sama tuh tante-tante?" Tanya Nabilah yang mendapat hadiah jitakan dari Beby.

"Di jaga tuh lisannya." Ucap Beby meninggalkan mereka.

"Dia kenal Shania, tapi kok kita enggak di kasih tau?" Ucap Lidya bingung. Kinal menatap curiga pada Beby yang sudah memasuki mobil sedan hitamnya.

Ada yang nggak beres nih sama jenong. Batin Kinal.

"Udah yuk cabut pulang. Gue mau lanjut nugas neh." Ucap Nabilah berlalu pergi ke arah mobil Lidya. Dia memang sedang tidak membawa mobil karena sedang malas menyetir, jadi dia meminta tebengan dari Lidya. Karena juga jarak rumah mereka dekat.

"Itu bocah kebiasaan deh. Mobil siapa, udah nyelonong ke sana aja." Gerutu Lidya mengikuti Nabilah.

"Vin, lo punya rencana?" Tanya Kinal pada Viny yang juga terlihat curiga.

"Punya. Sabtu ini kan kita bakal kumpul bareng ortu kita di rumahnya Beby, gimana kita pancing om Boby buat cerita tentang masa kecil kita dulu. Karena yang gue tau, cuma om Boby yang selalu terbuka sama kita." Ucap Viny tanpa melihat ke arah Kinal. Jeje dan Kinal hanya memandang wajah samping Viny yang terlihat sedang berfikir.

"Lo tau sesuatu tentang ingatan kita yang ilang?" Tanya Jeje membuat Kinal dan Viny memandangnya.

Tin..tin! Suara klakson dari arah mobil Lidya mengalihkan pandangan mereka. "Duluan ya guys?! Pulang lo betiga! Jangan kek cewek panggilan hobinye keluyuran." Teriak Nabilah yang hanya diangguki ketiganya.

"Apa lo juga nyadarin sesuatu, Je?" Tanya Viny menatap Jeje. Jeje mengangguk kecil. Dia mengeluarkan sebuah gelang kecil dari saku jaketnya. Gelang yang berhias manik-manik berwarna biru, merah, hijau.

"Gelang ini, sama persis yang di pake Beby sampe sekarang. Gue nemuin ini di kotak mainan gue jaman SD dulu." Kata Jeje memperlihatkan gelang itu pada Kinal dan Viny. Kinal mengambilnya dan memperhatikan gelang itu. Dia seperti mengingat sesuatu.

"Ada." Ucap Viny tiba-tiba. Jeje dan Kinal menoleh ke arahnya.

"Di dalem gudang rumah gue, gue pernah nemuin gelang sama kayak gini. Tapi bokap mergokin gue dan nyuruh gue ngembaliin gelang itu. Entahlah, gue juga bingung kenapa." Ucap Viny menjelaskan.

"Kita kehilangan sebagian ingatan kita di masa kecil. Gue kira cuma gue aja yang nyadari hal ini tapi ternyata kalian juga? Papa selalu nggak bolehin gue masuk ke satu gudang, dan ternyata disana banyak banget barang yang sama sekali nggak gue inget tapi ada gue juga disana. Aneh kan? Kalaupun gue amnesia, ya kali kalian juga ikutan amnesia." Ujar Kinal masih memandangi gelang itu.

"Lo tau nggak, Nal? Di gudang rumah gue, juga ada foto yang sama persis kayak yang lo tunjukin kapan hari." Ucap Viny mengeluarkan ponselnya.

"Nih. Sebenernya dari tadi gue pengen kasih tau ke lo sama yang lain. Tapi ada kak Ve sama saudaranya, jadi nggak enak aja gitu ngomongin hal pribadi di depan orang asing." Ucap Viny sambil menyodorkan ponselnya pada Jeje dan Kinal. Keduanya menatap tidak percaya pada foto yang terpampang di layar ponsel Viny.

"Nal, gue rasa ada barang lain yang bokap lo sembunyiin dalem gudang itu." Ucap Jeje menatap Kinal yang mengangguk kecil.

"Gue rasa juga gitu, Je. Tapi apa? Apa yang disembunyiin bokap gue sampe gue nggak boleh ke gudang itu?" Kata Kinal menghela nafas beratnya.

"Mending kita cari tau. Bokap lo masih di kantor kan, Nal? Kita cari bareng-bareng aja, gimana?" Tanya Viny mengusulkan. Kinal mengangguk cepat. Mereka langsung berlari ke mobil masing-masing.

Mereka seperti memiliki harapan hidup kembali. Seakan sekian lama mereka hanya melayang-layang di udara tanpa tujuan kemana mereka akan berlabuh. Setiap hari mereka selalu memikirkan hal yang sama dan mempertanyakan pertanyaan yang sama namun tidak ada satu orang pun yang dapat membuka mulutnya untuk menjawab mereka. Dan kali ini hanya gudang di rumah Kinal yang dapat membuktikan semua kecurigaan mereka selama bertahun-tahun.

*****

Ve memberhentikan mobilnya di halaman rumah yang begitu luas. Rumah Shania dan Gracia tentunya. Hari ini dia memutuskan untuk menginap di rumah saudara kembar itu. Itupun juga karena permintaan Gracia yang ingin di ajarkan cara membuat pola pakaian. Karena saat di SMA dulu, Ve adalah murid paling pintar dalam kelas tata busana.

"Gre, ini tangan kak Ve sakit kamu tarik-tarik." Ucap Ve yang di tarik Gracia ke kamarnya.

"Ih kak Ve. Aku nggak mau kalo cici narik kak Ve duluan dan minta kak Ve buat tidur di kamarnya. Aku mau bobo sama kak Ve." Ucap Gracia manja. Ve tersenyum melihat kelakuan manja Gracia yang jarang sekali ia lihat.

"Iya deh. Tapi kan jangan ditarik-tarik, tangan kak Ve bisa sakit kalo gitu. Ya udah ayo aku ajarin dulu." Ucap Ve memasuki kamar Gracia yang serba ungu.

Shania yang melihat Gracia dan Ve sedaritadi hanya tersenyum.

Terima kasih Tuhan, karena Engkau mengizinkan aku hidup kembali meski orangtuaku tak Kau biarkan hidup bersamaku. Dan terimakasih Engkau menempatkan aku dalam keluarga yang sama. Terlahir kembali sebagai Shania Junianatha, membuat aku bisa kembali pada pasanganku. Terima kasih sebesar-besarnya, Tuhan. Doa Shania dalam hati sambil memegang ulu hatinya.

Dia masih mengingat jelas bagaimana pembantaian yang menewaskan kedua orangtuanya juga mama Beby. Air matanya menetes seketika saat bayangan masa lalunya teringat di kepalanya.

"Mama... Papa.... Shania kangen." Lirih Shania memandang foto keluarga berbingkai besar yang di pajang di ruang tamu. Foto keluarga yang lumayan besar dan berwarna hitam putih itu selalu mengingatkannya pada mendiang kedua orangtua Shania di masa lalu. Meski sekarang ini dia terlahir kembali pada keluarga yang sama, lebih tepatnya lahir dari rahim adik papanya di masa lalu. Dia tetap merasa merindukan keluarga lamanya.

"Beby bakal bantuin Shania nyari tau itu semua." Ucapan Beby yang tiba-tiba langsung membalikkan tubuh Shania.

"Beby...." Lirih Shania pada Beby yang masih berdiri di dekat pintu masuk. Shania berlari ke arah Beby dan memeluknya erat.

"Shania kangen mama sama papa, Beb." Ucap Shania menangis dalam pelukan Beby.

"Iya, Beby tau. Shania yang sabar ya? Mama sama papanya Shania pasti sedih kalo liat Shania nangis gini. Udah ya jangan nangis lagi." Ucap Beby menghapus air mata Shania. Shania mengangguk dan mengajak Beby ke kamarnya karena takut Ve melihatnya ada disana.

*****

Kinal, Jeje dan Viny memberhentikan mobilnya di depan rumah Kinal yang sangat besar dan mewah. Ada rasa ragu di hati Kinal saat mengingat apa yang akan mereka lakukan.

"Kenapa, Nal?" Tanya Viny menyadari raut wajah Kinal berubah. Jeje memandang wajah Kinal yang terlihat sedikit ada keraguan disana.

"Gue.... Gue ragu ngelakuin ini. Gue takut kalo.... Nanti, malah ngebuat gue nggak bisa nerima kenyataan." Ucap Kinal menggenggam cincin plastik yang dia gantung di kalungnya.

"Semua bakal baik-baik aja, Nal. Tenang. Ada kita disini." Ucap Viny mengelus bahu Kinal untuk menenangkannya meski dirinya dan Jeje juga merasa ragu.

"Ya udah, yuk." Ajak Kinal dengan suara pelan. Tidak biasanya Kinal memakai suara sepelan itu. Tapi rasa penasaran mereka lebih kuat daripada rasa ragu mereka.

"Eh non Kinal. Kaget bibi." Ucap Bi Siti yang akan keluar dari dapur tapi berpapasan dengan Kinal juga Viny dan Jeje.

"Hehehe iya, bi. Bi, jagain di depan ya? Kasih kode ke Kinal kalo papa dateng. Kinal, Jeje sama Viny mau nyari sesuatu di gudang buat tugas kuliah. Tolong ya, bibiku yang cantik." Ucap Kinal tersenyum manis.

"Eh tapi non, kan sama tuan nggak boleh ke gudang yang di sebelah situ." Ucap bi Siti mengingatkan.

"Duh, bi ini barangnya Kinal taroh di situ, bentaran aja, ya? Tolongin Kinal sekaliii aja." Ucap Kinal memohon dan di angguki bi Siti.

Akhirnya Kinal, Jeje dan Viny segera masuk ke dalam gudang dekat dapur. Mereka tidak lupa menutup pintunya. Sesegera mungkin mereka membuka satu persatu kain yang menutupi barang-barang yang ada disana dan mengangkat barang-barang yang mereka fikir disembunyikan dibawahnya.

"Buset! Ini jaman kapan deh? Kenapa muke lo jelek amat ye, Nal? Ini jaman SMP bukan sih?" Ucap Jeje sambil memandangi foto hitam putih yang terlihat seperti foto untuk rapot.

"Dih ni bocah malah ngomenin orang. Ini tuh bukan saatnya ngomentarin orang. Siniin!" Ucap Viny merampas foto itu dari Jeje. Sedangkan Kinal terus mencari.

"Lah? Bener. Nal! Muka lo kok jelek amat yak? Tapi di rapot lo bukan foto ini yang di tempel. Wkwkwkkkk duh Kinal mukanya gini amat." Ucap Viny tertawa. Dengan cepat foto itu sudah tidak lagi berada di tangan Viny tapi di tangan Kinal.

"Lo bedua nih ya?! Bukannya bantuin malah ngomentarin foto gue. Ini gue taroh disini gegara jelek. Makanya gue kagak pake ni foto. Tau dah tuh yang foto sirik kali sama gue makanya dibikin jelek gini." Ucap Kinal melempar fotonya sembarangan. Tapi tanpa dia sadari, Viny mengambilnya dan mengantonginya.

Lumayan seplastik. Ya kira-kira sepuluh lembar lah ni foto. Kan lumayan di kasihin ke kak Ve. Batin Viny tersenyum jahil.

"Ayo bantuin. Malah bengong lo bedua." Ucap Kinal. Mereka pun kembali mencari yang entah apa yang mereka cari. Mereka pun tak tahu.

Beberapa menit kemudian, Kinal terdiam di tempat saat setelah membuka satu kain. Disana dia menemukan setumpuk kertas koran lama yang sudah usang dan penuh debu. Dia membaca beberapa tulisan disana. Jeje juga Viny ikut membaca. Seketika mata Kinal menatap tidak percaya pada kertas koran yang dia pegang. Kaki dan tangannya gemetar. Viny dan Jeje berekspresi sama. Mereka tak percaya apa yang barusan mereka baca.

Kinal membuang koran-koran itu ke sembarang arah. Dia menatap Jeje dan Viny bergantian. Air matanya menetes dari sudut matanya. Dia masih belum percaya apa yang dia baca.

"Nggak! Ini nggak mungkin!! Ini salah kan Vin?! Je?! Ini salahkan?! Viny!! Jeje!! Jawab!! Nggak mungkin mama gue di bunuh kan?!! JAWAB GUE!! Jawab gue! Kalo yang barusan gue baca itu SALAH!! JAWAB GUE VINY!!! JEJE!!! NGGAK MUNGKIN MAMA GUE DI BUNUH!! Mama gue meninggal karena ngelahirin gue!! Bukannya di bunuh! Iya kan Je?!! Viny!!! Jawab gue!!" Kinal terus berteriak histeris sambil menangis. Viny dan Jeje hanya bisa memeluk Kinal. Mereka tak tahu harus melakukan apa. Mereka bingung menjelaskan seperti apa pada Kinal.

"Kinal?!!" Teriakan papa Kinal membuat ketiganya menoleh. Kinal bangkit dari duduknya dan berlari ke arah papanya. Viny dan Jeje sudah ikut menangis. Mereka sudah menganggap satu sama lain saudara. Jadi jika salah satu dari mereka menangis, mereka juga akan merasakan apa yang sahabat mereka rasakan.

"Pa. Mama nggak di bunuh kan, pa?! Mama meninggal karena ngelahirin Kinal kan, pa?! PA!! Jawab Kinal!!! SIAPA YANG BUNUH MAMA?!! PAPA!! jawab Kinal, pa! Kinal bakal bales yang udah lakuin itu ke mama!! Papa!! Tolong jawab Kinal, pa!" Kinal menangis hingga tubuhnya terjatuh tapi dengan cepat papanya menangkapnya. Papanya memeluk Kinal erat. Dia tidak percaya kalau Kinal akan mengetahuinya. Dia mengelus punggung Kinal agar tenang. Dia bingung harus menjelaskan apa pada anak semata wayangnya itu. Matanya melirik pada Jeje dan Viny yang masih menangis sambil berpelukan. Mereka terlihat tidak percaya juga.

"Sini sayang. Jangan nangis." Ucap papa Kinal pada keduanya. Mereka berlari ke arah Devan, papa Kinal. Mereka memeluk Devan. Mereka ikut menangis bersama Kinal. Entah apa yang mereka rasakan. Sedih, kecewa, dan marah bercampur jadi satu. Tiba-tiba mereka bertiga merasakan Kinal makin merosot. Kinal pingsan. Dengan cepat Devan menggendong Kinal dan membawanya ke kamarnya. Jeje dan Viny mengikuti dari belakang.

*****

Devan keluar dari kamar Kinal. Dokter Dyo selaku sahabat Devan dan papa Lidya sedang memeriksa keadaan Kinal.

"Sedang apa kalian disana tadi?" Tanya Devan menatap kedua gadis yang duduk dibawah dengan kepala tertunduk. Devan berjongkok di hadapan mereka dan mengelus keduanya. Dia sudah menganggap mereka anaknya sendiri.

"Maafin kita, pa. Kita nggak maksud ngelanggar peraturan papa tapi kita cuma mau mastiin kalau kita itu nggak bener-bener ngelupain sesuatu dimasa kecil kita. Dan kita rasa ada sesuatu yang kalian semua sembunyikan dari kami. Makanya kita nyari tahu dan masuk ke gudang itu." Ucap Viny menjelaskan. Air matanya masih mengalir. Dia merasa takut jika terjadi sesuatu dengan Kinal.

Dyo keluar dari kamar Kinal sambil menenteng tas dokternya. Dia menatap ketiganya yang duduk di lantai bermarmer itu. "Yah!" Ucap Jeje berdiri dan di ikuti Viny juga Devan.

"Maafin kita, yah." Ucap Viny dan Jeje berbarengan. Dyo mengelus puncak kepala mereka bergantian.

"Kalian tenang aja. Kinal gapapa kok. Dia cuma shock aja jadi, kalian nggak usah khawatir berlebihan. Inget ya? Jangan ganggu Kinal dulu. Kalian boleh pulang. Inget! Sampe di rumah, langsung bersih-bersih dan istirahat." Ucap Dyo yang di angguki keduanya. Mereka berdua berpamitan dan langsung pulang.

Devan menatap Dyo. Dia tahu apa yang sedang di fikirkan sahabatnya itu. "Mereka udah besar, Dev. Jadi, lambat laun mereka akan tahu kejadian yang sebenernya. Jaga Kinal baik-baik. Dia satu-satunya orang yang terpukul. Oh iya, lo harus tahu. Dia bener-bener lahir kembali." Ucap Dyo tersenyum menatap Devan yang menatapnya tidak percaya.

"La...lahir kembali? Maksudnya? Gadis itu? Mana mungkin, Dyo? Itu cuma dongeng." Ucap Devan mengusap wajahnya.

"Dev... Awalnya gue juga nggak percaya. Tapi ramalan itu bener. Beby, memang udah di gariskan untuk berjodoh sama gadis itu. Ramalan jaman kita masih pacaran sama pasangan kita.... Terjadi, Dev." Ucap Dyo menunduk. Ingatannya menerawang pada beberapa tahun yang lalu sebelum semuanya terjadi.

"Dan... Maksud lo? Kinal bakal inget semuanya?" Tanya Devan tidak percaya.

"Ya. Nggak hanya Kinal. Mereka semua akan mengingatnya, Dev. Semakin banyak orang-orang masalalunya datang, mereka akan inget apa yang udah terjadi. Lo juga udah nemuin keberadaan Veranda kan? Dia di rawat baik sama keluarga gadis itu. Haaaah... Ternyata lo masih penasaran ya sama perasaan anak lo ke anak mantan pacar lo itu? Hahahaha ciee flashback niye!" Ucap Dyo menggoda. Devan mendelik pada Dyo yang tidak di hiraukan.

"Lo kalo ngomong kira-kira dong. Kan nggak enak kalo kedengeran ART gue. Apalagi sampe kedengeran Kinal." Ucap Devan menarik Dyo ke dalam kamarnya yang berjarak dua pintu dengan kamar Kinal.

"Iya-iya, maap. Lagian nih ya, lo yakin kalo Naomi itu jodoh Kinal?" Devan mengangguk mantap.

"Gue yakin, Yo. Dia anak Vivi dan berarti kalo emang ramalan itu bener, anak gue dan Vivi bakal berjodoh." Ucap Devan menatap Dyo.

"Terus, gimana soal Veranda? Apa dia belum tau Papa kandungnya? Kan sebelum dia di culik, kita udah minumin dia obat itu."

Devan terdiam. Dia paham kemana pembicaraan Dyo. Helaan nafas perlahan keluar dari mulutnya.

"Kayaknya belum, dan lo inget kan, apa yang Radit bilang ke Ve? dia bilang kalo dia itu Papanya. Dan saat itu, gue yakin Veranda bakal mikir kalo Radit Papa kandungnya." Dyo mengangguk mengerti. Menurutnya masalah ini sangat rumit.


"Gadis malang. Kehilangan kedua orangtuanya sama persis kayak yang di alami Shania. Lo tau? Shania lahir dari rahim Natalia." Seketika Devan langsung menoleh ke arah Dyo yang menatapnya bingung.

"Rahim Natalia lo bilang? Natalia? Adiknya Roni?" Tanya Devan tidak percaya. Dyo mengangguk dan menaruh kalengnya diatas meja.

"Awalnya gue kira dia itu ngelahirin satu anak karena di USG pertama, cuma keliatan satu aja dan Natalia memutuskan nggak USG lagi karena dia mau kelahiran bayinya itu jadi kejutan. Tapi ternyata, gue salah. Dia ngelahirin dua gadis kembar. Gue kaget waktu Imel cerita. Dia juga ngelihat ada tanda aneh di deket ulu hati anak itu. Dan dia sadar itu bekas tikaman bajingan itu." Ucap Dyo yang mulai di penuhi emosi.

Devan menatap Dyo tidak percaya. Apa yang baru saja dia dengar benar-benar tidak bisa di fikir secara logika. "Kenapa lo baru kasih tau ini?" Tanya Devan duduk di hadapan Dyo.

"Lo terlalu sibuk. Ya mana bisa gue cerita. Udah ah, gue balik. Jagain Kinal baik-baik. Daaaa!" Dyo langsung keluar dari kamar Devan yang masih penasaran.

"Dyo kampret! Belum kelar cerita, udah nyelonong keluar aja. Huft! Veranda.... Shania....." Ucap Devan menghabiskan minumannya sambil memandang jendela kamarnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Revisinya masih berlanjut, jadi tolong bersabar😂

Dikit doang kok yg di revisi😀

See u and GBU 😇💙💙

Yv

Continue Reading

You'll Also Like

715K 57.6K 61
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
344K 21K 25
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
146K 11.3K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
81.8K 8.2K 35
FIKSI