3141 : The Dark Momentum [Sel...

By A-Sanusi

64.6K 9.9K 681

[Sci-fi/Mystery/Thriller] 3141, tahun di mana akan tercatat sejarah perubahan dunia. Sebuah alat teleportasi... More

0. Catatan Penulis
1. Pilot
2. Quantum
3. Quantum II
5. Good Night
6. Perfect World
7. Perfect World II
8. Perfect World III
9. Circle
10. Cogito Ergo Sum
11. Cogito Ergo Sum II
12. Cogito Ergo Sum III
13. World of the Damned
14. World of the Damned II
15.World of the Damned III
16. Infinite Infinity
17. Infinite Infinity II
18. The Day the World Went Away
19. The Day the World Went Away II
20. Humanity
21. Relativity
22. Insanity
23. Chemistry in Physics
24. Chemistry in Physics II
25. Chemistry in Physics III
26. Intersection
27. Los Hermanos
28. Los Hermanos II
Sedikit tambahan
[Coming Soon] 3141: The Dark Momentum akan dibukukan
Update buku + behind the scene naskah (yang sempet bikin sedih, wkwk)
Update buku (voting cover karena saya suka demokrasi)
Open PO Buku (Akhirnya yeeeee)
Diskon pembelian The Dark Momentum

4. Glitch

2.6K 445 28
By A-Sanusi


Malam menjelang dan aku benar-benar tak dapat memercayai segala pemandangan yang telah kulihat hari ini. Fenomena anak kembar bukanlah sesuatu yang mengherankan. Namun, jika sebagian besar orang-orang di sini memiliki wajah yang mirip, apakah mereka benar-benar terlahir kembar?

Aku sudah menemui setidaknya tujuh belas orang yang serupa denganku. Namun, jika mereka semua kembar, seharusnya mereka memiliki keterikatan, kan? Namun, aku tak melihat itu pada diri mereka. Mereka hidup layaknya manusia yang tak saling mengenal. Ralat, saling mengenal sih, tapi tidak seperti saudara.

Apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini?

Apakah suatu benda itu menimbulkan efek samping sehingga penglihatanku menjadi rusak? Seolah-olah terjadi sebuah imajinasi tak terbayangkan dalam otakku, masuk ke dalam bagian terdalam dari otakku dan meracuni pikiranku dengan segala sugesti yang terjadi, seperti sebuah hipnotis.

Tidak, ini benar-benar nyata. Mereka semua berinteraksi layaknya manusia.

Kota yang sempat ramai kini kembali sedikit sepi. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang menuju blok perumahan. Beberapa di antaranya mengendarai mobil dengan kecepatan yang tak terbayangkan.

Aku duduk di pojokan kota, mengawasi semua pergerakan mereka yang sedang menjailiku. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa mataku sedang menipu. Namun, aku tak dapat mengetahui alasan mengapa aku bisa melihat hal gila seperti ini.

Jangan-jangan alat itu merusak gelombang otakku dan menyimpannya dalam frekuensi rendah sehingga kemampuan berpikirku menurun dan menimbulkan halusinasi tak terbayangkan?

Tidak mungkin. Buktinya aku masih bisa mengkritisi hal ini. Jika memang aku menjadi bodoh, tentu saja aku akan menerima segala pemandangan yang ada secara mentah-mentah, seperti orang bodoh yang hanya menyebarkan berita bohong tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Aku ingin sekali menghubungi semua orang yang kukenal, menanyakan hal apa yang terjadi. Namun, aku baru ingat jika aku meninggalkan link-ku di laboratorium ketika berganti baju. Itu memang standar prosedur yang kami tetapkan. Benda itu masih uji coba, dan kami baru memperhitungkan seluruh kemungkinan yang terjadi pada diri manusia dan baju tipis yang kukenakan, belum memperhitungkan benda lain seperti link.

Sekarang aku kebingungan. Aku tak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi dan aku tak dapat menghubungi siapapun. Aku tidak membawa uang dan kini aku benar-benar lapar. Aku mengusap perut, mencoba menahan lapar, namun itu percuma. Aku benar-benar seperti seorang gelandangan di pinggiran kota dan menunggu makanan sisa dari orang-orang yang dengan seenaknya membuang makanan mereka. Orang-orang yang tak dapat menghargai betapa pentingnya sebuah makanan bagi orang-orang yang kelaparan.

Aku kembali menyadari sesuatu. Kota ini sangatlah bersih. Aku tidak hanya berbicara mengenai sampah, tapi juga mengenai gelandangan yang biasanya masih ada di kotaku biarpun hanya dua atau tiga orang.

Uh, sekarang pelipisku berdenyut karena memikirkan semua ini.

Aku memikirkan segala kemungkinan. Aku memang berteleportasi ke tempat yang kuinginkan. Namun, dalam suasana yang berbeda. Suasana semacam mimpi gila ketika aku tertidur, namun semua ini nyata. Aku belum pernah melihat kota seperti ini sebelumnya.

Tunggu, bagaimana jika tidak hanya kota? Bagaimana jika seluruh dunia ini berbeda dengan duniaku yang sebenarnya?

Bagaimana jika ternyata aku melakukan teleportasi ke dunia yang lain?

Beberapa orang selalu yakin bahwa alam semesta amat kompleks, termasuk perjalanan antar dimensi yang tak dapat digapai manusia. Semua hal di dunia ini diskrit, tidak kontinu. Namun, jiwa kita menganggapnya kontinu karena kita menjalani hidup ini detik demi detik. Singkatnya, hidup kita seperti sebuah frame dalam film animasi. Semakin banyak frame yang disisipkan setiap detiknya, maka animasi akan semakin halus. Namun, tetap saja sebenarnya gerakan mereka diskrit, kan?

Aku pernah membaca beberapa teori pendahuluku, para pakar fisika yang menjelaskan adanya dunia lain di dimensi yang lain. Seperti yang kukatakan, dunia ini diskrit. Setiap pilihan yang kita lakukan dalam hidup akan membuat sebuah dunia baru. Contoh mudahnya, jika aku melamar seorang wanita, akan ada dua pilihan yang dapat dilakukan. Pertama, wanita itu mengatakan 'ya', dan kedua, wanita itu mengatakan 'tidak'. Tentu kedua pilihan itu akan menghasilkan cerita yang berbeda, menimbulkan dunia paralel baru yang memiliki skenario masing-masing. Membuat dunia yang jumlahnya tak hingga.

Jika aku tidak bermimpi, maka tak ada alasan yang lebih logis lagi.

Pecahan energi diriku yang dikumpulkan ternyata kembali bersatu di tempat yang tak semestinya. Aku tak pernah berpikir bahwa atom-atom tubuhku akan melintasi dimensi yang lain, menggeser dimensi waktu pada duniaku.

Aku tak memperhitungkannya.

Tunggu. Jika itu benar, artinya aku tidak hanya membuat alat teleportasi. Aku menciptakan alat penjelajah dimensi!

Astaga, itu benar-benar luar biasa. Aku harus memberitahu semua orang.

Secara tidak sadar, aku segera berdiri dan ingin segera mengunjungi labolatorium tempat rekan-rekanku bekerja. Namun, aku baru ingat. Ini bukan duniaku. Aku adalah pengunjung dari dimensi lain tanpa paspor. Labolatorium itu tak pernah ada di dunia ini.

Ya ampun.

Bagaimana caraku pulang?

Alat itu benar-benar luar biasa. Aku ingin memberitahukan pada mereka bahwa kita baru saja membuat benda di luar ekspetasi. Namun, aku tak dapat memberitahukannya pada mereka. Aku terjebak di dunia ini.

Astaga, aku benar-benar terjebak.

Dalam seketika, aku kembali bingung. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku kembali? Membangun kubus itu? Tidak mungkin! Bahkan dalam kerja sama tim, perlu tiga tahun untuk membangunnya. Lagipula pelemparan ke dimensi lain itu tidak sengaja, seperti glitch pada program yang tak sengaja terdesain, namun menguntungkan.

Seketika pandanganku kosong.

Tidak mungkin.

Apakah aku tidak akan pernah bisa kembali ke duniaku?

===

Aku mengetuk pintu rumah ini sebanyak tiga kali. Kebiasaan yang selalu kulakukan sebelum memasuki rumah orang lain. Tentu saja dengan pengecualian yang kulakukan siang hari tadi.

Aku kelaparan dan aku tak memiliki uang. Aku tak dapat memikirkan rencana lain selain kembali ke rumah ini, mencoba untuk menjadi seorang sahabat, bukan penyusup. Walaupun aku sendiri masih sedikit takut, tapi mengingat respon yang dilakukan diriku yang lain itu, kurasa dia tak akan membunuhku jika aku kembali mengunjungi rumahnya.

Aku membersihkan telapak kakiku dengan mengusapkannya pada bagian kaki bawahku. Uh, kotor lagi.

Diriku yang lain membukakan pintu. Ia berdiri tepat di depanku. Aku benar-benar merasa berdiri di depan cermin. Orang ini mirip sekali denganku. Jika potongan rambutnya diubah sedikit saja, aku yakin tak akan ada yang bisa mengetahui perbedaan kami.

Sekali lagi, diriku yang lain itu menunjukan kesopanannya dalam berbicara.

"Ah, kau itu yang tadi datang, ya?" tanyanya sambil melayangkan senyum pada diriku.

Aku membalas senyumnya. Kemudian mengangguk ragu. Perlahan, namun mencoba mengucapkan ya, biarpun pada akhirnya aku terlihat seperti sebuah robot kaku.

"Masuklah." Diriku yang lain itu mengayunkan lengannya, seolah-olah aku merupakan tamu terhormat yang telah ditunggunya sekian lama.

Aku masuk. Tak ada suasana yang berubah, hanya lampu rumah yang menyala terang.

Tunggu, di mana lampunya? Kenapa aku bisa melihat cahaya?

Oh, aku baru menyadari bahwa bahwa terdapat celah sempit di antara atap dan dinding. Mereka semua menyorotkan cahaya lampu. Membuatku terheran-heran.

Dengan celah yang seperti itu bagaimana mungkin sebuah ruangan yang luas dapat diterangi? Ya ampun, bukankah itu mustahil? Jika memang ada lampu di celah tersebut, seharusnya lampu itu hanya dapat menyoroti dinding rumah, bukan memantulkan cahayanya pada seluruh lorong dan ruangan.

Diriku yang lain menuntunku untuk menuju ruang bersantai. Ruangan yang sudah kulihat sebelumnya. Aku melihat empat buah kursi dan kasur lipat yang menghadap dinding rumah. Ruangan ini juga cukup terang dan luas. Sebuah karpet persia menghiasi bagian tengah ruangan ini. Selain itu, cat putih pada dinding rumah ini membuat suasana terlihat bersih.

"Kau mau menonton televisi?" diriku yang lain menawarkan.

"Oh, boleh."

Diriku yang lain segera menempelkan lengannya pada tembok. Bukan tembok, sih, sebenarnya sensor tangan yang untuk menampilkan hologram pada dinding. Aku tidak terlalu kaget akan hal itu, sebab teknologi semacam itu sudah ada di duniaku.

"Pilihlah sesukamu," katanya, menyerahkan keputusan padaku.

Diriku yang lain itu menggerakan kedua bola matanya seirama, memperlihatkan berbagai judul yang dapat kupilih.

Oh ya, televisi seperti ini menggunakan sensor telapak tangan yang mengenali guratan pada tangan kita. Selain itu, televisi seperti ini juga didesain untuk menyimpan informasi mengenai retina mata pengguna, sehingga orang lain tak dapat mengganggu ketika sedang memilih film. Atau dengan isengnya mematikan televisi, karena hanya pengguna yang terdata saja yang dapat melakukannya.

Jadi, aku tak bisa mengganggu geseran yang dilakukan olehnya.

"Sesukamu saja, aku menyukai segala jenis film." Aku memasukan kedua lenganku ke saku.

"Oke."

Dia menggeserkan kedua bola matanya dengan cepat, membuat layar yang berada di depannya juga bergeser dengan kencang. Hingga akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah film keluaran tahun 3140. Dan dia memutar film itu.

"Ah, duduklah. Kalau kau mau berbaring pada kasur itu juga tak apa," tawarnya lagi dengan ramah. "Kau mau minum apa? Tapi aku hanya memiliki teh dan kopi."

"Kopi saja," aku menjawab. "Oh, dan maaf jika aku lancang, tapi aku benar-benar lapar."

Jujur, aku sedikit enggan untuk mengatakan itu, tapi perutku tak dapat dibohongi.

"Tidak masalah. Kau mau makanan apa?"

"Apa saja, tidak masalah bagiku. Terima kasih."

Diriku yang lain itu meninggalkan ruangan ini, tentu saja ia menuju dapur.

Baiklah, beberapa analisis telah kulakukan. Teknologi di dunia ini ternyata tak berbeda jauh dengan yang ada di duniaku biarpun lebih banyak hal aneh yang kutemui di sini. Jika benar begitu, maka aku dapat memastikan diriku yang lain itu akan kembali dalam waktu singkat.

Ya, dia tidak akan memasak.

Diriku yang lain itu segera kembali, seperti dugaanku. Dia memiliki pemasak otomatis.

"Sepuluh menit lagi. Tidak apa, kan?" diriku yang lain itu memberitahu, kembali mengeluarkan senyuman yang ramah.

"Tidak apa-apa."

Aku heran. Kenapa diriku yang lain itu bisa seramah itu? Apakah dia mengira bahwa aku adalah seorang tetangganya yang juga mirip dengannya? Tapi, bukankah seharusnya dia membentakku ketika menemukanku di kamar mandinya? Kenapa dia seolah biasa saja dan sudah sering mendapati hal itu?

Ya ampun, apa yang sebenarnya terjadi pada dunia ini?

Continue Reading

You'll Also Like

90.5K 5.5K 15
"Gue gak akan pernah nyerah ngejar lo ya!" Teriak Lisa di koridor sekolah "Bodo amat !" Gumam Jungkook tak perduli dengan ucapan Lisa *** Ini hanyala...
60K 3.5K 27
Cinta Aynun terhadap alm suami nya sedang dipertaruhkan. Dalam kesendiriannya, Aynun dihadapkan dengan kehadiran Cinta baru yang membuat Dilema diha...
Hertz ✓ By Fai

Science Fiction

106K 18.3K 58
Book Series #1 Ada dunia yang seharusnya tidak kita lihat, ada suara yang seharusnya tidak kita dengar. Frekuensi adalah satu-satunya cara agar kita...
64K 1.6K 8
Book 3 of Aster Trilogy Aster (Higest rank #4 in science fiction - 8/1/17) Petualangan terakhir Aster di kota Dione masih tetap menyisakan berbagai...