Emily's Lover

By womaninparadise

811K 52.7K 1.3K

This is a story about Teddy and his first love. Sekuel dari Relationship. Berlatar cerita di California, di m... More

1. A Girl Named Emily
2. Jealous With Raspberry Color
3. A Guide to Fall in Love with Emily
4. Goddamn Virgin
5. Pillow Talk
6. Imaginary Stupid Thoughts
7. Blow Yours
8. Nightmare and Family
9. Melancholic Drunker
10. Politician's Daughter and Psycopath's Sister
11. Sexy Guy in My Flat
12. Clumsy Proper Date
13. Lets Live Together
14. Failed Seduction
15. Hot and Cold
16. Sudden News from Dictactor
17. Let's Settle the Undone Business
18. One Best Night
19. Separate Ways
20. The Engagement
22. at Best Friend's Apartment
23. Meet the Parent
24. Two Most Beloved Women
25. Temptation Settlement
26. Debate-in-law
27. Your Blessings
28. Finally Ever After
Epilogue
Short Story - Five Years Later...

21. My Future Is You, Emily

19.2K 1.5K 45
By womaninparadise

Seharusnya Emily sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya, dengan mobil dan supir yang sudah dipersiapkan Ichsan, asisten ayahnya untuknya, dan akan segera melepaskan kebaya sesak itu segera dia sampai di rumah; kalau lelaki sinting itu, Ethan, kakak kandungnya, tidak muncul secara tiba-tiba dan menariknya secara paksa saat dia sedang menunggu di lobi hotel.

"Apa-apaan kamu!?" Emily berusaha menarik lengannya yang ditarik dengan kasar oleh Ethan.

Lelaki itu mencengkram lengannya dan menarik Emily kembali masuk ke dalam hotel. Dia mengabaikan pertanyaan Emily dan masih tetap berjalan menuju lorong-lorong di dalam hotel. Rahangnya mengeras seolah dia sedang menahan marah. Ekspresi lelaki itu memang sudah berubah semenjak berada di ruang makan beberapa saat lalu.

Emily kembali berusaha menarik lengannya supaya lepas dari cengkraman tangan lelaki itu, kali ini dengan lebih kuat dan dia berhasil melepaskan diri. Namun Ethan kembali menggapai tubuh Emily dan mendorongnya ke sisi dinding di lorong yang sepi tersebut dengan kasar.

Emily baru saja hendak kembali membentaknya saat Ethan menyela terlebih dahulu.

"Berani-beraninya kamu mencium lelaki lain di depan aku!" Ethan berbicara perlahan hampir seperti mendesis sambil menggemeretakkan giginya menahan marah.

"Lelaki lain itu tunanganku," kata Emily berusaha membuat suaranya terdengar santai.

Ethan menggemeretakkan gigi dan mengeraskan rahangnya semakin kuat, "hanya secara resmi dan untuk urusan bisnis Papa. Nggak lebih. Kamu itu milikku Emily! Jangan main-main dengan lelaki lain di depanku! Kamu akan tahu akibatnya."

Sejujurnya Emily takut. Sudah cukup lama terakhir kali dia melihat Ethan segeram ini. Kalau Ethan yang biasa saja sudah cukup gila, entah apa yang akan dilakukan lelaki sinting itu saat sedang marah.

"Reza itu calon suamiku dan dalam waktu dekat kami akan menikah," Kata Emily sambil menghela napas, "kamu pikir selamanya nggak akan terjadi apa-apa antara aku dan dia?"

Ethan terdiam. Dia kelihatan berpikir sejenak dan berhasil membuat Emily menyesal karena memberikan ide yang buruk untuk dirinya sendiri.

"Kalau gitu kamu harus menjadi milikku dulu, sebelum dia bisa menyentuh kamu."

Emily berusaha memundurkan tubuhnya secara refleks sebelum menyadari bahwa punggungnya sudah menempel dengan dinding dan dia sudah tidak bisa lebih mundur lagi.

"Jangan gila, Ethan!" Kata Emily memperingati dengan suara rendah. Suaranya hampir bergetar karena takut walau dia masih berusaha menutupinya.

"Seharusnya kamu sudah jadi milikku sejak dulu, Emily, kalau Papa nggak menghalangi kita." Kata Ethan sambil melebarkan senyumnya sementara jari-jarinya menyentuh pipi gadis itu, "tapi tenang saja, kali ini nggak akan ada yang mengganggu kita, dan aku akan jadi yang pertama buat kamu."

"Jangan mimpi, Ethan!" Emily mendorong tubuh lelaki itu menjauh, namun dia hanya membuat Ethan semakin bersemangat.

Dia mencengkram lengan Emily dengan kuat dan kembali menariknya.

"Aku akan teriak!" Ancam Emily sambil masih berusaha menahan tubuhnya yang terseret karena tenaga Ethan yang lebih kuat.

Ethan menyeringai, "silahkan teriak. Kamu sudah tahu siapa yang pada akhirnya akan dapat pembelaan Papa."

Emily tahu dia akan kalah. Dia terdiam walau tubuhnya masih berusaha bertahan.

"Pintar, Sayang. Lebih baik kamu menurut karena pada akhirnya kamu akan tetap jadi milik aku." Ethan kembali mendorong dan memojokkan tubuh mungil Emily ke salah satu sudut dinding setelah memastikan lorong itu masih kosong.

Dia mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu dan berbicara dalam desahannya, "lebih baik kamu simpan tenaga dan teriakanmu untuk nanti malam saat aku memasuki kamu, Sayang."

"Fvck you, Ethan!" Emily mendorong tubuh di depannya dengan jijik walau usahanya sia-sia karena lelaki itu terlihat sudah mengantisipasinya dengan memeluknya semakin erat dan mencium tengkuknya dengan paksa.

"Kamu juga boleh memakiku seperti itu nanti. Aku pasti akan semakin bergairah mendengarnya."

Ethan menahan punggung gadis itu dan membuat Emily semakin tidak berkutik, sebelum tubuh lelaki itu tertarik ke belakang dan sebuah tinju melayang ke wajahnya dan membuatnya jatuh terjungkang.

Emily membelalakan matanya tidak percaya dengan siapa yang berada di hadapannya dan baru saja menyelamatkannya. Mau tidak mau rasa lega melampaui rasa penasarannya dengan kenyataan kenapa lelaki itu bisa ada di sini, di hadapannya.

"Teddy?!"

Ethan berusaha mengerjapkan matanya yang berkunang-kunang akibat pukulan yang tidak disangkanya. Baru saja dia bisa memfokuskan pandangan, lelaki yang muncul tiba-tiba itu kembali mendekatkan tubuhnya menunduk dan melayangkan pukulan lagi dua kali ke wajah Ethan.

Hidung dan bibir Ethan terluka dan berdarah walau punggung tangan Teddy sama nyeri dan merahnya.

Teddy adalah seorang pecinta kedamaian. Hampir sepanjang hidupnya dia tidak pernah mencari masalah, apalagi memukuli orang. Dia hanya pernah satu kali mendapat hajaran dari lelaki lain karena sahabatnya Felicia. Itu pun diterimanya tanpa memberikan balasan.

Namun lelaki di hadapannya ini berhasil membuat Teddy naik pitam dan kehilangan kendali atas amarahnya. Bajingan itu menyentuh Emilynya. Lebih dari itu, dia mencium Emily.

Teddy sudah berada di sana, bersembunyi di salah satu pilar di lorong tersebut sejak beberapa menit lalu. Dia masih berusaha membaca situasi saat melihat Emily yang ditarik paksa oleh seorang lelaki sejak di lobi hotel hingga ke tempat ini. Teddy tidak ingin bertindak gegabah dengan merebut Emily dari lelaki yang tidak dikenalinya.

Setelah menguping pembicaraan mereka berdua tadi, Teddy baru yakin bahwa lelaki di hadapannya ini, yang baru saja dihajarnya sekuat tenaga, adalah kakak psikopat Emily yang menjadi penyebab mimpi buruk dan trauma gadis itu sepanjang hidupnya.

"Siapa kamu, brengsek?! Kamu nggak kenal siapa saya?" Bentak Ethan dalam erangannya masih pada posisi terduduk di lantai.

Tanpa menjawab, Teddy menundukkan tubuhnya dan melayangkan tinju keempat ke wajah Ethan, membuat lelaki itu kembali tersungkur di lantai.

"Teddy!" Emily menarik lengan Teddy untuk menghentikannya menghakimi Ethan.

Bukan karena Emily membela kakak kandungnya. Sesungguhnya dia sangat puas melihat psikopat itu dihajar sedemikian rupa sampai tidak berdaya, setelah dengan menjijikkannya lelaki itu menyentuh dan mencium lehernya.

Teddy menuruti Emily dan kembali berdiri pada posisinya semula.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Teddy khawatir pada Emily sambil memegang tengkuknya dan mengusap pipi Emily.

"Kamu kenal orang ini, Emily?" tanya Ethan baru menyadari bahwa lelaki yang memukulnya barusan adalah orang yang kenal dengan Emily, cukup dekat bahkan sampai berani menyentuh Emily dan membuatnya merasa geram.

Menurut Ethan hal tersebut merupakan fakta yang cukup mengejutkan karena dia hampir tidak pernah tahu Emily bisa memiliki kenalan apalagi teman.

Emily menggenggam telapak tangan Teddy yang sedang menyentuh pipinya dan menggandengnya. Dia tidak pernah menyangka kejadian seperti ini akan pernah terjadi, Teddy berada di sisinya dan membantunya berhadapan dengan lelaki psikopat ini. Namun karena semuanya sudah terjadi, sangat sayang bagi Emily untuk tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

Emily tersenyum sambil memandang kakaknya penuh kebencian, "Dia orang yang sudah membuat impian dangkal kamu itu nggak akan pernah jadi kenyataan, Ethan."

Ethan mengerutkan kening tidak paham sambil menebak-nebak apa yang dimaksud oleh adiknya tersebut, "Apa maksudnya?"

"Sekarang, atau kapanpun, kamu nggak akan pernah jadi yang pertama buatku, Ethan." Emily tersenyum puas sambil melemparkan pandangan kepada Teddy dan merangkul tangan lelaki itu erat.

Ethan menggeleng tidak percaya, matanya memerah dan tangannya mengepal kuat karena menahan marah walau dia masih belum bergerak dari posisinya.

"Come on, Ethan, kamu nggak benar-benar berpikir aku masih virgin di usiaku sekarang kan?!" kata Emily dengan nada retoris untuk mencemooh.

Teddy akan mengejeknya dengan mengatakan bahwa gadis itu memang masih virgin tidak sampai satu minggu yang lalu, kalau dia tidak ingat keadaan sedang serius saat ini dan Emily memang sengaja mengatakannya untuk memprovokasi kakaknya.

"Dia pemilikku, Ethan. Don't you ever wish to be my first," kata Emily penuh kepuasan saat menyampaikan maksudnya.

"Kamu bohong, kan, Emily?!" Ethan masih menggelengkan kepalanya tidak percaya, matanya semakin memerah dan berair, "Kamu cuma berusaha mengelabui aku kan?!"

Emily mendengus dalam tawanya, "Dan atas alasan apa aku harus berbohong? Atau kamu perlu menyaksikannya sendiri supaya percaya?" Emily tersenyum, "Sayangnya kamu nggak akan bisa menyaksikannya, Ethan. It's not for public consumption. That's my sexual life. And you'll never be one of it."

Oke, Teddy harus mengakui bahwa dia lebih pengecut daripada Emily yang notabene seorang wanita, tapi dia merasa takut sekarang. Dia khawatir dengan cara bicara Emily yang terlalu memprovokasi dan dia khawatir melihat rona muka Ethan yang semakin memerah karena menahan marah.

Ethan itu psikopat, seharusnya Emily jauh lebih tahu dari siapapun tentang hal itu. Dan Teddy tidak habis pikir kenapa gadis itu masih saja tidak kelihatan takut dengan akibat dari kalimat-kalimat hasutannya tersebut kepada kakaknya.

Teddy menarik lengan Emily untuk berusaha menghentikan sekaligus memperingati gadis itu.

"Kita harus pergi dari sini, Ems."

"Kalian nggak akan bisa kemana-mana." kata Ethan masih dengan wajah geram, "Orang-orang Papa nggak akan membiarkan kalian pergi dari sini, apalagi kalau aku berteriak untuk memanggil mereka sekarang juga."

Emily baru saja akan membalasnya sambil kembali melangkah maju sebelum Teddy kembali menghalanginya dengan menahan lengan Emily.

Teddy memutar otaknya untuk berusaha menyelesaikan masalah dengan caranya.

"Aku merekam semua pembicaraan kalian," kata Teddy kepada Ethan yang mengerutkan keningnya, "termasuk semua kata-kata vulgarmu ke adik kandungmu sendiri yang pastinya akan menjadi celaan publik kalau kuberikan ke pers atau kusebarkan lewat media sosial."

Untuk pertama kalinya, wajah Ethan memucat. Dan Teddy merasa idenya cukup berhasil.

"Dan aku sudah mengirimkan rekamannya ke temanku kalau-kalau terjadi sesuatu denganku." Teddy kembali menambahkan karena lelaki didepannya masih terlalu pucat untuk bergeming, "Aku bahkan nggak yakin ayahmu akan bisa menyelamatkanmu kalau publik tahu seperti apa kamu sebenarnya."

Teddy bisa melihat dari sudut matanya bahwa Emily memandangnya dengan tatapan kagum, yang membuat Teddy merasa sedikit benar atas gertakan yang dilakukannya walau dalam hati dia benar-benar ketakutan atas tindakan nekatnya sendiri ini.

Teddy tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Dia menarik tubuh Emily untuk mendekat dengannya sambil menambahkan dengan suara tenang dan berusaha meyakinkan, "Aku akan memastikan rekaman itu nggak akan sampai ke tangan siapapun kalau aku dan Emily bisa keluar dari tempat ini."

Dan tanpa membiarkan lelaki itu berpikir lebih jauh, Teddy menggandeng Emily dan menariknya pergi dari sana. Teddy mempercepat langkahnya sebelum Ethan sempat berpikir apalagi berubah pikiran.

***

"Ted, berhenti!" Kata Emily seraya menahan tubuhnya yang ditarik lelaki itu.

Teddy berhenti dan menurutinya sambil menatap Emily penuh tanda tanya. Mereka masih berada salah satu lorong lain di dalam hotel setelah tadi meninggalkan Ethan dan mengambil jalan memutar karena menemukan beberapa ajudan ayah Emily di lobi depan hotel yang masih menunggu gadis itu.

"Aku harus tetap di sini," kata Emily pelan.

Teddy menaikkan kedua alisnya tanda tidak paham.

"Aku nggak bisa pergi dari sini, Ted," jelas Emily, "Aku punya tunangan dan aku harus menikah dengannya. Kamu tahu aku harus melakukannya."

Teddy masih menatapnya dengan bingung, "Aku nggak tahu dan aku nggak paham kenapa kamu harus melakukannya. Aku nggak ngerti kenapa kamu masih tetap harus ada di sini, Ems. Kakak kamu gila, dan Papa kamu nggak akan melindungi kamu."

"Aku bisa melindungi diri sendiri, Ted," kata Emily yang menurut Teddy terdengar terlalu percaya diri.

"Oh ya?" Sekali lagi Teddy menaikkan alisnya ragu, "hal yang baru aja aku lihat, kamu hampir diperkosa kakakmu sendiri, dan kamu bilang bisa melindungi diri sendiri?"

Emily mendesah sebelum menjawab, "barusan itu kejadian tidak terduga. Aku akan lebih berhati-hati lain kali dan nggak akan membiarkan dia mendekati aku lagi apalagi hanya berdua." Katanya menyakinkan, "dan kamu bisa kasih aku rekaman yang kamu bilang tadi buat aku jaga-jaga dan mengancam dia kalau dia berani mendekat lagi."

Kali ini giliran Teddy yang mendesah, "Aku bohong, Ems." Kata Teddy sambil memperhatikan mimik melongo Emily yang nampak tidak percaya, "Aku nggak merekam apa-apa. Pembicaraan kalian terlalu pelan untuk bisa direkam, apalagi hanya dengan menggunakan handphone."

Emily berusaha tetap tenang. Bahkan suara lebih terdengar seperti sedang menghibur diri sendiri, "Well, Ethan nggak tahu itu, jadi aku tetap masih bisa menggunakannya untuk menggertak dia."

"Kamu nggak boleh tetap di sini, Ems." Ulang Teddy.

"Aku kan udah menjelaskan ke kamu, hubungan kami ini simbiosis mutualisme. Dan aku harus melakukan apa yang harus kulakukan, Ted."

Emily memandang Teddy dalam-dalam. Dia harus mengingat baik-baik wajah yang pasti akan dirindukannya dengan sangat setelah ini, dan dia tidak ingin menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Lagipula, aku nggak akan selamanya bersama mereka. Ini cuma sementara," lanjut Emily berusaha terdengar biasa saja, "sebentar lagi aku akan bebas dari dua orang itu dan menikah dengan calonku. Aku akan baik-baik saja, dia kelihatan seperti lelaki baik." Mungkin. Tambah Emily dalam hari.

"Kalau begitu menikah sama aku, Ems!" Kata Teddy cepat.

"Apa?"

"Nikah sama aku," ulang Teddy, "kalau kamu mau nikah sama seseorang, itu adalah aku. Tinggalin keluarga kamu dan pergi sama aku."

Emily menunduk untuk menyembunyikan wajahnya, termasuk ekspresi bahagianya. Perasaan sesak dan muak yang dia rasakan beberapa hari belakangan ini seketika menguap begitu saja. Namun dia tetap berusaha menekan perasaannya sendiri. Dia selalu egois. Tapi kali ini dia tidak ingin egois, karena ini menyangkut Teddynya.

"Kamu masih muda, Ted. Kamu masih kuliah dan belum punya rencana untuk menikah sama sekali sebelum ini. Aku nggak mau gara-gara aku, kamu terikat dan masa depan kamu berantakan."

"Sebelum ketemu kamu, aku juga nggak tahu apa rencana masa depan aku. Aku ke Amerika karena kamu. Aku jadi chef karena kamu. Semua yang aku inginkan pada akhirnya supaya bisa sama kamu, Emily. Jadi jangan bilang kalau nikah sama kamu akan buat masa depan aku berantakan." Kata Teddy dengan sangat yakin.

"Orangtua kamu gimana?" Tanya Emily lagi ragu walau terselip harapan dalam nadanya.

Teddy tahu itu masalah terbesar yang harus dihadapinya.

"Aku yang akan bicara sama mereka. Tapi yang aku butuhkan lebih dulu adalah keinginan kamu. Selama kamu mau, aku akan lakukan apapun itu, Emily. Gimana?" Tuntut Teddy penuh harap.

Emily terdiam sejenak sebelum mengangguk kepada Teddy.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 150K 51
Bagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adalah salah satu hal yang mustahil dalam hid...
2.3M 324K 49
(Follow dan Vote dulu sebelum membaca ya) (Baca Aja Dulu Di jamin Seru) Benigno Amabel Dulce, seorang gadis berhijab memiliki sifat sedikit barbar...
15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
1.6M 88.8K 64
SEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal p...