Emily's Lover

By womaninparadise

811K 52.7K 1.3K

This is a story about Teddy and his first love. Sekuel dari Relationship. Berlatar cerita di California, di m... More

1. A Girl Named Emily
2. Jealous With Raspberry Color
3. A Guide to Fall in Love with Emily
4. Goddamn Virgin
5. Pillow Talk
6. Imaginary Stupid Thoughts
7. Blow Yours
8. Nightmare and Family
9. Melancholic Drunker
10. Politician's Daughter and Psycopath's Sister
11. Sexy Guy in My Flat
12. Clumsy Proper Date
13. Lets Live Together
14. Failed Seduction
15. Hot and Cold
16. Sudden News from Dictactor
17. Let's Settle the Undone Business
19. Separate Ways
20. The Engagement
21. My Future Is You, Emily
22. at Best Friend's Apartment
23. Meet the Parent
24. Two Most Beloved Women
25. Temptation Settlement
26. Debate-in-law
27. Your Blessings
28. Finally Ever After
Epilogue
Short Story - Five Years Later...

18. One Best Night

33.6K 1.6K 27
By womaninparadise

Emily menginginkan Teddy. Dia sangat jelas dengan hal itu. Tidak peduli dengan konsekuensinya, dia ingin Teddy menjadi pemiliknya, sebelum lelaki manapun memilikinya nanti. Emily mau lelaki itu menjadi yang pertama untuknya, yang pertama melukainya secara fisik maupun mental nantinya.

Emily menahan sakitnya dan mengendalikan rasa takutnya yang berlebihan saat lelaki itu seolah akan merobeknya. Jemarinya mencengkram kuat pada kulit pundak Teddy tanpa disadarinya saat Emily berusaha menyembunyikan rasa takut dan sakit yang muncul bersamaan.

"It's okay, babe. Kamu santai dan jangan takut," bisik Teddy di tengah desahan napas mereka yang saling bersahutan.

Teddy memandang mata Emily lekat-lekat dan menghentikan seluruh usahanya karena Emily menolaknya secara naluri saat terlalu tegang seperti sekarang.

Emily mengatur napasnya, berusaha melakukan seperti apa yang dikatakan Teddy padanya, menjadi lebih rileks.

Teddy mendekatkan wajahnya dan mereka berciuman. Dia kembali melakukan segala usahanya untuk membuat Emily siap dan basah, termasuk membuat kedua tangannya menjelajah setiap lekuk tubuh Emily yang dicapainya.

Emily membelalakan matanya lebar saat merasakan lelaki itu hendak kembali memasukinya, napasnya tertahan dan tubuhnya menegang. Teddy mendorong tubuhnya sementara kedua tangannya menahan kaki gadis itu supaya tidak berpindah dari posisinya di kanan dan kiri tubuh Teddy.

Teddy yakin, gadis itu sudah sangat siap untuk dimasukinya secara fisik, kecuali rasa takut yang terpancar dari matanya. Tapi Teddy juga sudah sama tersiksanya. Dia sudah menunggu terlalu lama untuk bisa berada di dalam gadis itu, dan dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini lagi.

Emily merintih sewaktu lelaki itu kembali menghentakan tubuhnya memasuki Emily. Dia merasa tubuhnya akan terbelah dua kalau Teddy terus memaksanya. Tangannya sesekali berusaha mendorong Teddy untuk tidak terlalu kuat memaksanya walau usahanya gagal karena Teddy semakin memasukinya. Emily merasa tubuhnya bergetar dan menegang dalam saat yang bersamaan karena lelaki itu. Dia pasti gila karena pernah membandingkan dua jari lelaki itu dengan benda yang kini kesulitan berusaha memasukinya.

Sementara Teddy sendiri semakin bersemangat mendengar suara gadis itu. Pandangannya menggelap dan dia ingin mendengar rintihan Emily semakin kuat saat nanti dia menandai gadis itu dengan kepemilikannya atas Emily.

Namun Emilynya memiliki tubuh yang begitu mungil dan dia kesulitan memasukinya. Dan Teddy kehilangan kesabarannya. Dia memberikan satu hentakan kuat dan Emily mengerang.

Teddy berhenti walau napasnya masih tersengal-sengal. Dia melihat Emily. Wajahnya memerah dan air mata menggenang di pelupuknya akibat menahan sakit. Teddy tahu dia melukai gadis itu. Dia yakin telah mengoyak sesuatu di dalam tubuh Emily saat dia mendapatkan keinginannya.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Teddy memastikan sambil merapikan rambut cokelat Emily yang berantakan.

Emily mengangguk pelan dan Teddy mengecup hidungnya, sebelum dia turun dan menciumi bibirnya.

Teddy tersiksa dalam himpitan sesak tubuh Emily yang berdenyut kuat. Dia kembali melanjutkan usahanya. Kedua lengannya menopang kaki Emily supaya tetap bertengger di pinggangnya sementara Teddy melanjutkan hentakannya dengan lebih lembut.

Emily memberikannya desahan pelan, menginformasikan pada Teddy bahwa kini dia menikmatinya. Jemarinya yang masih bergetar mulai naik dan menyisiri rambut Teddy yang basah karena keringat dan meremasnya.

Wajah Emily masih sama merahnya, namun Teddy tahu gadis itu sudah tidak menolak sama sekali keberadaan Teddy dalam tubuh mungilnya. Emily beradaptasi untuk mengikuti ritmenya dengan sangat baik dan Teddy menyukainya. Dia ingin memuji Emilynya namun Teddy menahannya, dia tidak ingin mengeluarkan kata-kata tidak senonohnya pada penyatuan pertama mereka. Teddy takut Emily tidak suka mendengarnya. Emily bahkan masih suka menahan rintihannya karena malu. Padahal Teddy suka mendengarnya, semakin keras akan semakin membuat lelaki itu bersemangat.

"Ted," bisik Emily pelan dalam desahannya, "give it to me, 'kay?"

Emily tahu lelaki itu sebentar lagi akan memberikan pelepasannya, dan Emily tidak mau Teddy menarik tubuhnya nanti.

Teddy terdiam beberapa detik. Berusaha mengumpulkan kesadarannya dan mengembalikan aliran darah yang tadinya berkumpul di satu titik tubuhnya kembali ke otaknya.

"Kamu yakin?" Teddy mengernyitkan alisnya walau tidak menghentikan gerakan tubuhnya di dalam gadis itu.

Malam ini adalah malam pertama mereka. Hubungan mereka bahkan masih terlalu muda dan cepat untuk menikah, apalagi memiliki anak. Bahkan dia sudah membuat keputusan salah dengan mempersatukan tubuhnya dengan gadis itu tanpa pengaman, walau dia tetap melakukannya karena takut Emily berubah pikiran kembali saat menundanya. Dan Teddy tidak ingin membuat kesalahan tambahan.

Terlebih lagi Teddy tidak ingin Emily menyesali apa yang mereka lakukan saat ini. Dia ingin Emily menikmati malam ini tanpa penyesalan sama sekali, apalagi menyebutnya kecelakaan.

Emily mengangguk mantap dalam desahaannya. "Please, Ted. Fill me.." Emily semakin tidak sabar karena lelaki itu begitu memenuhinya.

Dan Teddy mengabulkannya. Emily mengerang sambil menaikkan pinggulnya saat Teddy memberikan pelepasan di tubuhnya. Seluruh tubuhnya menegang dan mencengkram erat tubuh lelaki di atasnya itu selama beberapa saat.

Emily perlahan melemas. Matanya terpejam dan kesadarannya hampir hilang walau senyum tersungging di wajahnya. Dia sudah membiarkan Teddy menjadi lelaki pertamanya dan meninggalkan jejak di dalam tubuhnya. Tidak ada lagi hal yang ingin dilakukannya lebih dari ini. Emily merasa menang.

***

Emily membuka matanya perlahan dari tidur ayamnya beberapa menit. Atau mungkin sudah lebih dari itu. Emily tidak tahu pasti karena dia tidak melihat jam sama sekali sebelum dia terlelap kelelahan. Yang pasti saat ini sudah pukul dua pagi.

Emily menengok ke sisi kirinya, merasakan seseorang memandangnya dengan intens dan menemukan Teddy berbaring di sisinya, sambil menyerongkan tubuh menghadap Emily.

Emily tersenyum lemah refleks saat melihat Teddy menyunggingkan bibirnya. Emily butuh usaha ekstra untuk menggerakkan tubuhnya yang lemas untuk berhadapan dengan Teddy, terutama bagian di antara pahanya yang terasa perih.

"Kamu berdarah," kata Teddy bodoh yang membuat Emily mendengus.

"D'you think I lied when I said I was a virgin?" Kata Emily kesal masih dalam bisikan.

"You're so great that it flipped my mind you lied to me." Jawab Teddy tersenyum sambil mengecup kening Emily, "poin utamanya, kamu hebat, Ems."

Emily menghilangkan senyumnya, walau wajah meronanya tidak bisa berbohong, "kamu pernah dengan siapa sebelum sama aku, Ted, sampai kamu bisa bilang aku hebat atau nggak? When was your first?"

Teddy berdecak. "Aku nggak bilang kamu lebih hebat dari siapa. Aku cuma bilang kamu hebat, jadi aku nggak membandingkan kamu dengan siapapun. Dan yang pertama buatku harusnya setahun yang lalu.."

Emily merenggutkan wajahnya mendengar jawaban Teddy. Dia bukan yang pertama untuk Teddy, dan kenyataan itu membuatnya kesal dan sakit.

"..kalau kamu nggak ketakutan seperti ini." Tambah Teddy, "seharusnya kita udah melakukan ini setahun yang lalu."

Emily berusaha menahan senyum dan rona wajahnya kembali mendengar kalimat Teddy, "maksudnya hari ini yang pertama buat kamu juga Ted?"

"Kamu harusnya cukup pintar buat tahu aku udah suka kamu dari pertama kali kita ketemu saat aku masih umur tujuh belas, dan kamu nggak mengira aku udah pernah melakukannya sebelum itu kan?"

Emily menggigit bibirnya, "tapi kan ada waktu di mana kita nggak ketemu hampir setahun sebelum kamu lulus SMA. Mungkin aja kamu pernah melakukan dengan siapa sebelum ketemu aku lagi."

Lagi-lagi Emily dan cemburu tidak berdasarnya. Tapi Teddy akan lebih sabar kali ini karena Emily sudah menjadi miliknya sekarang.

"Makanya jangan tinggalin aku seperti waktu itu supaya kamu jangan berpikiran aneh-aneh lagi." Kata Teddy.

Emily terdiam. Dia mulai asik dalam lamunannya dan memainkan jarinya di dada telanjang Teddy.

"Kamu.. nggak takut hamil, Ems?" Tanya Teddy akhirnya menyampaikan rasa penasarannya.

"Kamu nggak mau aku hamil?" Emily membalas pertanyaan dengan pertanyaan sambil memandang Teddy.

"Bukan begitu," kata Teddy cepat, "aku nggak mau kamu menyesal belakangan."

Emily mengembalikan pandangannya pada tubuh Teddy.

"I don't mind if it is yours," Emily menjawab lebih kepada dirinya sendiri.

Teddy mendekatkan tubuhnya merangkul Emily. Teddy mengecup kening gadis itu dan mendekapnya. Dia menyayangi gadis itu lebih dari apapun dan tidak akan melepaskannya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 150K 51
Bagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adalah salah satu hal yang mustahil dalam hid...
1.1M 134K 59
Being twenty sucks, they said. Tapi di umur segini, Devin punya passive income dua digit perbulan, IPK 3,6 di semester lima, jadi anak emas banyak do...
HIMPUNAN By c.

Fanfiction

22.2M 3.1M 77
[SELESAI] Himpunan is where your home is. "Kirain rumahku bukan himpunan, tapi kamu." "Diam." (feat OT21)
1.9M 28.7K 37
Follow dulu sebelum membaca:) Warning 18+ Berawal dari Natcha Maritdara, seorang gadis blasteran Thai-Indo. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Nat...