Emily's Lover

By womaninparadise

811K 52.7K 1.3K

This is a story about Teddy and his first love. Sekuel dari Relationship. Berlatar cerita di California, di m... More

1. A Girl Named Emily
2. Jealous With Raspberry Color
3. A Guide to Fall in Love with Emily
4. Goddamn Virgin
5. Pillow Talk
6. Imaginary Stupid Thoughts
7. Blow Yours
8. Nightmare and Family
9. Melancholic Drunker
10. Politician's Daughter and Psycopath's Sister
11. Sexy Guy in My Flat
12. Clumsy Proper Date
14. Failed Seduction
15. Hot and Cold
16. Sudden News from Dictactor
17. Let's Settle the Undone Business
18. One Best Night
19. Separate Ways
20. The Engagement
21. My Future Is You, Emily
22. at Best Friend's Apartment
23. Meet the Parent
24. Two Most Beloved Women
25. Temptation Settlement
26. Debate-in-law
27. Your Blessings
28. Finally Ever After
Epilogue
Short Story - Five Years Later...

13. Lets Live Together

19.8K 1.5K 18
By womaninparadise

"Hi, Lorence. Good to see you!" sapa Emily dengan ceria begitu tahu tempatnya dan Teddy dinner adalah di sini. Restoran milik Lorence.

Lorence melipat kedua lengan di depan tubuhnya yang gemuk. Wajahnya merenggut tidak senang dengan kehadiran Emily di sana. Kalau bukan Teddy yang meminta bantuannya.

Teddy tidak bisa mengajak Emily makan malam di tempat romantis dan mewah. Alasannya karena dia mahasiswa pas-pasan yang hanya mendapat uang jajan tambahan dari kerja paruh waktunya. Makan di restoran mewah akan menghabiskan setengah bulan gaji bekerja paruh waktunya, dan dia harus jujur kalau dia tidak semampu itu untuk mengajak Emily ke sana. Maka makan di restoran Lorence adalah opsi terbaiknya. Karena dia bisa meminta diskon tambahan dari Lorence.

"Hi Lorence," sapa Teddy sambil menarik kursi untuk Emily duduk, "Thanks for giving big discount for us," Teddy memamerkan senyum kepada atasannya itu.

"Just because you requested it! I will not give it for that young girl if she is not your girlfriend." Gerutunya sambil sesekali melirik ke arah Emily.

Teddy hanya tertawa. Memang apa lagi yang bisa dilakukannya kalau Lorence tidak menyukai gadis itu dan Emily senang membuat masalah kepada orang yang tidak menyukainya.

"It's our anniversary, Lor." Bohong Teddy.

Emily memandang bodoh. Ekspresinya seolah mengatakan, "Anniversary? What anniversary?"

Dan Teddy hanya berkedip meminta bantuan. Untung Emilynya cerdas.

Emily malah menambahkan, "Yeah! Don't you want to congratulate me?"

Lorence hanya memandang sekilas dan tidak menanggapi. Dan menurut Teddy itu keputusan bagus.

Teddy meminta Emily menunggu dan dia berjalan ke arah dapur. Dia mengambil sebuah lilin dan bunga serta menatanya di meja. Kemudian dia berjalan kembali ke dapur dan mengambilkan dua porsi fettuccine yang sudah ditatanya sebaik mungkin. Tidak lupa dia mengambil sebotol wine dan membukanya.

Tentu saja diskon yang dia dapatkan berarti dia harus menyiapkan makan malamnya sendiri. Hanya menyiapkan di dapur sebenarnya, karena Lorence sudah memasak saos dan pastanya. Dan Lorence memberikannya harga wine sesuai harga yang dibelinya dari supplier.

Teddy kembali duduk setelah selesai menata meja mereka. Dia menuangkan wine untuk mereka berdua.

"For our anniversary, whatever it is," kata Emily usil.

Dan mereka bersulang sebelum mereka mulai makan.

"Gimana rasanya?" Tanya Teddy menunggu reaksi Emily saat gadis itu mengunyah fettucinne-nya untuk pertama kali.

"Hmm," Emily memberi reaksi tulusnya dengan menaikkan nadanya, sebelum dia melihat Lorence yang kelihatan menguping untuk mendengar komentarnya dan kemudian menambahkan, "not bad.  Although yours is better."

Teddy terbatuk-batuk. Dia berusaha menyamarkan suara Emily yang pasti didengar Lorence melihat wajahnya yang berubah ungu.

Teddy tahu tidak ada yang bisa mengalahkan rasa pasta buatan Lorence. Apalagi dia yang sama sekali tidak ahli masakan itali. Dia tahu Emily hanya senang mengejek lelaki itali itu.

"Gimana kuliah kamu?" Emily tiba-tiba menanyakan sesuatu yang hampir tidak pernah membuatnya tertarik.

Dan Teddy memandang heran. Walau dia tetap menjawab.

"Biasa aja, nggak ada yang terlalu menarik kok."

"Masih berapa lagi sampai kamu lulus, Ted?"

"Dua tahun kalau nggak ada halangan."

Emily kelihatan berpikir. Tangannya memutar-mutar fettuccine dengan garpu. "Then? What are you going to do next?"

Teddy menaikkan bahu untuk menjawab.

"You're going to work here?" Tanya Emily tidak bisa menghilangkan nada berharapnya.

"I dunno, Ems. Tapi meski aku akan kerja di sini setelah lulus, mungkin cuma untuk cari pengalaman aja. Aku akan balik ke Indonesia."

"Kenapa?" Emily mengerutkan alisnya. Ekspresinya berubah. Dia tidak terima dengan apa yang dikatakan Teddy.

"My mom's there. My family's in Indonesia," jawab Teddy santai seolah itu bukan hal yang aneh.

"Keluargaku juga di Indonesia," gerutu Emily, "Kurasa itu bukan alasan kenapa kamu harus tinggal di Indonesia."

Teddy merasa ada yang salah. Entah jawabannya atau pemikiran Emilynya.

"How about you? Memang kamu nggak mau pulang ke Indonesia setelah kamu selesai master kamu?"

"Aku nggak tahu," jawab Emily, "Tapi aku belum ada rencana untuk balik ke sana dalam waktu dekat ini. Nggak sama sekali." Emily berkata dengan tegas.

"Sebegitu bencinya kamu sama Indonesia?" tanya Teddy retoris. Padahal dia sudah tahu alasannya. Dan bukan itu penyebabnya.

Emily menundukkan kepalanya. Dia mulai asik dengan garpu, fettuccine dan lamunannya.

Teddy meletakkan garpu dan sendok di tangannya. Pastanya sudah tinggal sedikit dan dia tidak berniat menghabiskannya lagi. Ada yang lebih menarik untuknya saat ini.

Teddy menggenggam punggung tangan Emily. Menyadarkan Emily dari keasikannya mengaduk pasta tanpa memakannya. Teddy menyelipkan rambut berantakan Emily ke belakang telinganya. Membuat Emily yang dari tadi sibuk menunduk kembali memandang Teddy.

"Ini kencan pertama kita. Dan aku nggak suka kamu berwajah begitu, Ems. Pertama, kita hanya berandai-andai, andai aku dan kamu sudah lulus kuliah. Dan yang kita bicarakan itu masih lama. Masih dua tahun lagi. So, could you stop overthinking about that?"

Emily menaikkan bahunya, "Dua tahun itu cepat, Ted. We spent a year living together just like a moment."

"Kalau gitu jangan berpikir setelah dua tahun kemudian semuanya berakhir. Apa yang bikin kamu berpikir begitu?"

"You're going back to Indonesia." Emily bergumam lebih kepada dirinya sendiri dan Teddy masih bisa mendengar.

Teddy terdiam. Berusaha mencernanya sebelum kembali berbicara.

"Then going back with me to Indonesia, Ems."

Emily menatap Teddy. Separuh pandangannya tidak percaya dan separuh lagi memandang Teddy penuh harap.

Emily membuang pandangannya, berusaha menghilangkan harapannya, "Are you sure? Don't say something that you don't mean, Teddy."

"What do you mean I didn't mean it?"

"Kamu nggak perlu berjanji apapun yang belum tentu bisa kamu tepati, Ted. Aku lebih baik di negara ini sendirian daripada di Indonesia. I have friends here."

Teddy menghela napas. Lagi-lagi Emily dan logikanya. "Dan kenapa menurut kamu aku nggak bisa tepati janji aku?"

"I don't know. Mungkin kamu ketemu perempuan yang lebih cantik di Indonesia," kini Emily lebih tertarik dengan kukunya sendiri.

Teddy mendengus dalam senyuman sinisnya. "Dan kenapa kamu ngira aku nggak bisa ketemu perempuan cantik di sini?"

"Karena cewek disini bukan selera kamu. Kamu kan nggak suka cewek blonde bermuka pucat." katanya mendefinisikan bule dalam pandangannya.

Teddy tersenyum sebelum bertanya, "Memang tipe aku kayak apa?"

Emily kembali berbisik kepada kukunya, "Felicia, maybe."

Teddy melongo sebelum mengusap wajahnya depresi, "Kenapa balik ke Felicia lagi sih? Apa sih yang buat kamu berpikir aku suka sama Felicia? Felicia itu udah seperti adikku sendiri, Ems."

"Kakakku punya pikiran meniduri aku." argumen Emily.

"Dan kamu anggap aku seperti itu?"

"Kamu punya niat memasuki aku," kata Emily lagi.

Teddy merasa melakukan perdebatan tolol.

Sebenarnya dia sudah bosan melakukan perdebatan yang sama berulang-ulang dengan Emily. Tapi sepertinya dia harus melakukannya sekali lagi karena dia harus mengingatkan dirinya lagi, Emilynya punya cara berpikir yang berbeda dari orang normal. Dan itu yang membuatnya menyukainya, sekaligus kesal padanya.

"Ems, apa aku harus terus mengingatkan kamu kenapa aku bisa jauh-jauh datang kesini? Kalau aku suka Felicia, aku nggak perlu cari alasan ke negara ini untuk belajar kuliner. Dan waktu aku balik ke Indonesia bulan lalu, aku nggak perlu balik kesini lagi." jelas Teddy gemas, "Kenapa kamu nggak bisa berpikir lebih simpel untuk paham itu sih? Memang kenapa menurut kamu alasan aku kesini?"

"I'm easily fvcked. More than Felicia."

Semenjak tadi Emily selalu lebih tertarik dengan kuku atau meja atau apapun yang bisa menurunkan pandangannya. Dan Teddy merindukan gadis itu memandang matanya walau kebiasaan barunya ini baru dimulai beberapa menit yang lalu.

"Gosh, Ems! If you're that easy to be fvcked, then I'm such a big loser for not getting you yet."

Teddy kembali menarik tangan Emily yang sejak tadi lebih menarik bagi gadis itu dibandingkan wajah Teddy.

"I meant it, Ems. Kita pulang ke Indonesia sama-sama setelah kita lulus. And at that time, lets live together with me, babe."

Wajah berbintik merah Emily merona, seberapa keras pun Emily menahannya. Dan Teddy tidak tahan untuk tidak menciumnya, sebelum sadar bahwa mereka berada di tempat umum. Tapi toh tidak ada yang mempedulikan mereka, jadi Teddy melanjutkan ciumannya, karena Emily juga membalasnya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

20.8M 1.6M 49
𝐏𝐀𝐑𝐓 πŒπ€π’πˆπ‡ π‹π„ππ†πŠπ€π πŸš«πŠπ€π‹π€π” πŒπ€π” 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 π‰π€πƒπˆ ππ‹π€π†πˆπ€π“πŸš« Karya pertama aku, Mohon maaf masih amatir...
ARLAN By Naii

Teen Fiction

8.9M 603K 26
"Jadi gini rasanya di posesifin sama ketua genk?" -Naya Arlan dirgantara, ketua genk Pachinko yang suatu malam pernah menolong seorang gadis, sampai...
2.3M 143K 28
Romance-Komedi Cover by: @Novianti_nv 24/01/2022: Rank #1 on indonesiamembaca 18/1/2021: Rank #50 on lucu 18/1/2021: Rank #455 on cinta 18/1/2021: Ra...
4.2M 247K 62
[π™΅π™Ύπ™»π™»π™Ύπš† πš‚π™΄π™±π™΄π™»πš„π™Ό 𝙼𝙴𝙼𝙱𝙰𝙲𝙰] Zaidan Sagar Radhitya Cowok iblis yang berwajah tampan. Dia pengantar kematian yang berani menantang nya...