#PacarAnakBand

By mockingjaybirdx

352K 38.1K 5.1K

Rintik Senja April (April) Suka Jeffri, namanya, dan ujan-ujanan di motor. Kinara Bintang Rahayu (Kinar) Satu... More

Fe dan Bram #1
Alisha dan Dodi #1
April dan Jeff #1
Kinar dan Satria #1
Acknowledgement
HP April Ilang?!
Lisha Nonton Dodi Manggung
Fe Jadi Supporter
Foto Masa Kecil Satria
Kejutan Ulangtahun Wira
Author's Note: Ngobrol Bareng Janu
April Kecelakaan
Fe Kebingungan
Dodi Cemburu
Satria Menyerah
Dilema Vidia
Kencan Fe dan Bram
Hari Jadi Kinar dan Satria
Weekend Bersama April dan Jeff
Alisha dan Dodi Kondangan
Vidia dan Wira: Akhir
Bonus Chapter: Unseen Transcript #1
Bonus Chapter: Bram & Bram
Bonus Chapter: Selamat Ulang Tahun, Wira
Bonus Chapter - Dodi dan Alisha: An Origin Story
Bonus Chapter: Headache
Types of Kisses: Tender
Types of Kisses: Warm
Types of Kisses: Passionate
Types of Kisses: First-Time
Types of Kisses: Last Kiss

Vidia dan Wira #1

13.3K 1.5K 168
By mockingjaybirdx

Halo, ini Vidia. Sabtu kemarin udah ketemu kan kita? Waktu habis latihan KTF itu lho sama Kak Kinar. Hehe, iya maaf ya aku pulang duluan waktu itu soalnya gojeknya udah dikit lagi nyampe.

Sekarang aku lagi kosong nih sampai jam 7 nanti, kelas terakhir aku baru aja selesai jam setengah 5 tadi soalnya. Jam 7 ada apa? Ada Wira mau manggung di acara musik jurusannya, Sosiokustik, yang bakal digelar di Teko alias Teater Kolam. Wira manggungnya nggak sendirian kok, berlima sama semua anak Enam Hari. Tapi mereka bakal akustikan, nggak perform full band. Ya, nama acaranya aja Sosiokustik.

Kebetulan nih anaknya lagi ada di depan aku, serius mantengin HP-nya main Clash Royale.

"Yang lain pada kemana, Wir?" aku bertanya sambil menggigiti sedotan es jeruk milikku.

"Belom dateng," jawabnya singkat tanpa menoleh dari layar ponsel. "Ah shit, kena" dumelnya pelan beberapa detik kemudian.

Tebakanku, pasti tower-nya baru aja ancur diserang lawan.

"Tower-nya ancur?" tanyaku sembari merunduk untuk tiduran di atas meja. Ngantuk banget nih sore-sore, kenapa ya?

Wira mengangguk. Ia akhirnya menurunkan ponselnya kemudian meletakkan benda itu di sebelah gelas es teh miliknya. Senyumnya terkembang saat melihat aku yang sudah mapan meletakkkan kepalaku di atas meja beralaskan lengan.

"Capek banget, Vid?" tanyanya.

Aku menguap lalu menggeleng. "Ngantuk" ujarku.

Tanganku terulur untuk meraih tangan Wira dan memainkan gelang dariku yang selalu ia kenakan di tangan kanan—barengan sama jam tangan, dariku juga buat ulangtahun dia yang terakhir kemarin. Wira tersenyum melihat tingkahku dan malah menautkan jemarinya dengan jemariku.

Aku punya gelang yang sama dengan Wira di pergelangan tanganku. Talinya warna hitam dengan pendant Turkish Blue Eyes di tengahnya. Konon katanya Turkish Blue Eyes itu semacam simbol pembawa keberuntungan di negara asalnya sana, dan karena kebetulan bentuknya lucu jadi waktu itu aku belinya langsung 2 deh biar bisa kembaran sama Wira. Gemes gak?

Di luar, beberapa kali aku melihat anak-anak Sosio lagi berlalu lalang membawa banyak barang ke arah Teko yang kebetulan letaknya persis di depan kantin. Ada yang bawa-bawa ampli, speaker, kabel-kabel, sampe yang cuma lalu lalang aja nggak tau ngapain deh.

"Kamu nggak ikutan nyiap-nyiapin?" tanyaku pada Wira.

"Nggak ah, kan aku guest star bukan panitia" ujarnya dengan ekspresi sombong yang bikin aku gemas pengen uyel-uyel mukanya.

"Duh iya deh yang sekarang udah jadi artis he'eh paham aku mah" balasku sembari menggambar ragam bentuk imajiner di punggung tangannya dengan jari telunjukku. Wira cuma nyengir lebar. Lebar banget kayak dinosaurus lagi senyum.

"Lho, Wira? Nggak ke Yongma?"

Aku dan Wira menoleh berbarengan saat sebuah suara familier menyapa kami dari sisi meja. Kak Kinar berdiri di sana dengan bungkusan kresek berisi 2 buah kotak styrofoam di tangan kirinya dan dompet plus ponsel di tangan kanan.

"Emang udah pada di sana?" Wira malah bertanya balik.

Kak Kinar mengangguk. "Tapi baru Satria sama Dodi doang sih. Nih gue barusan beli makan buat dia" ujarnya sembari menggestur kearah kantung kresek bawaannya.

Oh ngomong-ngomong, Yongma itu sebutan buat ruang serbaguna di kampus kami. Ruangannya ada di atas kantin—satu lantai sama Rubem. Biasanya dipakai anak BEM buat rapat atau kalau lagi acara briefing dulu disitu, kadang dipakai juga sama anak-anak komunitas buat latian atau sekedar kumpul—kalau yang ini sih seringnya yang Paradoks yang make, komunitas teaternya FISIP. Enam Hari sendiri biasanya menjadikan Yongma ruang buat gladi resik sekalian briefing kalau lagi disuruh perfrom di acara FISIP.

"Bram sama Jeff belom dateng?" tanya Wira lagi.

"Belom sih tadi pas gue turun, nggak tahu kalo sekarang ya" jawab Kak Kinar. "Gue saranin mending lo ke atas aja sebelum ketua lo ngamuk-ngamuk" lanjutnya sambil tersenyum jenaka.

Wira malah tertawa. "Woles, dia ngamuk gue bisa blackmail pake video dia pas maba itu kok"

Kak Satria, pacarnya Kak Kinar plus ketua BEM dan ketua dari Enam Hari emang terkenal dengan perangainya yang tegas, eh kelewat tegas deng. Di BEM dia udah terkenal 'keras' dari sejak menjabat jadi staff Kastrat, terus naik jadi kadep-nya, sampai sekarang jadi ketua BEM. Dari desas-desus yang aku dapatkan, Kak Satria kalau lagi serius emang bukan tipe orang yang bisa kalian anggap enteng. Ngobrol pas rapat? Cari mati. Ketauan gabut pas jalanin proker? Cari mati (2). Sengaja telat dateng latian band? Cari mati (3). Intinya jangan aneh-aneh kalo dia lagi serius.

Tapi, kata Wira sebenarnya Kak Satria nggak se-horror apa yang dikatakan netizen. Emang dia anaknya tegas dan suka keras kepala, tapi di depan orang-orang terdekatnya (dalam hal ini kita ambil contoh Enam Hari dan Kak Kinar), image dia bisa berubah 180 derajat. Aku sendiri sebenarnya nggak percaya akan hal itu, sampai Wira memperlihatkan video gitarisnya itu breakdance waktu dia maba dulu. Yang kemudian disiarkan ulang oleh Kak Kinar sorenya habis kami latihan KTF.

Makanya anak-anak Enam Hari udah imun sama 'image' galaknya Kak Satria. Well, mungkin Dodi masih belum imun-imun banget tapi bisa lah seiring berjalannya waktu.

"Ya udah deh, gue ke atas duluan ya. Vidia nanti nonton kan?" tanya Kak Kinar sebelum berlalu.

Aku mengangguk. "Nonton dong, Kak. Udah bela-belain nggak langsung pulang lho ini demi dia" aku menunjuk Wira yang lagi-lagi cuma cengar-cengir.

"Sip deh. Duluan ya"

Wira melambai singkat. "Yo, Ki"

"Mau ke atas nggak?" tanyaku sesaat setelah Kak Kinar pergi.

Wira malah meraih ponselnya kembali dan menyalakan benda kecil itu. Jemarinya bergerak cepat mengetik-ngetik sesuatu. "Kamu abisin aja dulu itu es jeruknya, masih lama juga kok sekarang masih jam," dia berhenti sejenak untuk melirik jam tangannya. "Masih jam lima lewat sepuluh tuh. Acaranya kan jam 7"

"Check sound?"

"Gampang lah itu mah"

Aku mencubit punggung tangannya gemas. "Gampang gampang ntar tau-tau mic mati lagi kayak waktu gigs kamu yang kapan itu"

Wira nyengir lagi. Heran punya pacar hobi banget cengir-cengir.

"Kalo itu kan musibah, Vid. Orang pas check sound fine-fine aja kok" jawabnya lugas. Perhatiannya segera teralih saat ponselnya bergetar di atas meja, tanda telepon masuk. Sekilas aku melihat nama Satria terpampang di tampilan free call tersebut. Sukurin.

"Halo. Iya ini gue di bawah lagi makan sama Vidia, bentar lagi selesai. Bram sama Jeff belom dateng jug—" ia tiba-tiba menjauhkan ponselnya dari telinga dengan ekspresi kaget. "Buset, apaan tuh. Iya gue denger suara lo, Bram. Bentar lagi. Oke. Yo bye"

"Udah disuruh naik ya sama Pak Bos? Hm? Hm?" aku mengangkat-angkat alisku sambil tersenyum lebar.

Wira mengacak-acak poniku sesaat, kemudian menyampirkan ranselnya di bahu. "Panggilan dines. Yuk ke atas" ia mengulurkan tangannya sambil berdiri.

Aku meraih tasku sebelum menyambut uluran tangannya. "Jangan lupa check sound"

"Siap, Ibu Manajer"

***

"Udah tau kan lo semua rundown-nya? Kita tampil di awal sama di akhir. Jam 7.10 sama jam 8.40" Wira memimpin briefing di Yongma sore itu.

"Gue masih aneh dah sama rundown-nya. Jadi dua kali gitu. Kenapa gak disekalianin aja kita tampil di akhir, atau di awal" Kak Jeff menyelonjorkan kakinya dan bersandar di dinding kayu Yongma dengan santai.

"Kata mereka sih di awal biar narik massa buat dateng, terus di akhir biar pada nonton sampe abis" jelas Wira.

"Orang-orang mau nonton kita doang ye. Boleh sombong gak nih kira-kira" Kak Bram menimpali sambil tertawa kecil.

"Dikit aja jangan kebanyakan, ntar kena azab" balas Kak Jeff. Seluruh ruangan tertawa. "Betewe ini kita gak dikasih LO apa, Wir?"

Wira mengendikkan bahunya. "Au dah. Mereka ga bilang apa-apa sih, cuma panitianya aja ada yang hubungin gue buat kasih tau susunan acara. Dia ga bilang soal LO-LO-an" ujarnya.

"Dikiranya lo bisa langsung rangkap jadi LO kali, mentang-mentang sejurusan" ujar Kak Bram.

"Lah ya kali. Gue panitia aja bukan"

Aku dan Kak Kinar ikut dalam briefing sore itu sebagai... supporter? Entahlah. Kita ikutan aja sih daripada bingung mau nunggu di mana sampai ini laki-laki pada tampil, mending nimbrung aja. Lagian Yongma juga cukup nyaman buat dijadikan tempat nunggu sejak kemahasiswaan akhirnya berbaik hati mau masangin AC buat ruangan ini.

"Wir, yang rundown pertama kita dapet slot berapa menit?" tanya Kak Satria.

"Yang pertama..." Wira mengangkat ponselnya, men-scroll beberapa saat untuk (dugaanku sih) mencari info rundown acara malam ini. "15 menit. Dua-duanya 15 deng. Itu kotor ya, jadi sekalian setting alat juga"

"15 menit kotor..." aku bisa mendengar Kak Bram menggumam. "Kita tampil berapa menit dong? Bawain 2 lagu cukup emang? Kok gue sangsi"

"Cukup kalo alatnya gak ada masalah" tukas Kak Satria. "Tadi pas cek sound oke oke aja kan?"

Kelimanya mengangguk.

"Eh, Bang... lagian kita nggak full band kan? Akustikan doang..." Dodi yang daritadi diam akhirnya bersuara.

Dodi ini anggota yang boleh dibilang paling baru diantara kelimanya, makanya dia kadang masih awkward di depan anak-anak Enam Hari lainnya. Mana dia paling muda kan. Jadi sejarahnya, dia ini baru dimasukin beberapa minggu sebelum Enam Hari resmi launching sebagai kontingen band dari FISIP buat Art War—lomba seni antar fakultas paling bergengsi di kampus kami. Waktu itu mereka udah dalam keadaan darurat banget butuh drummer, dan Wira yang kebetulan merupakan mentornya Dodi pas PSAK* dulu mengenalkan anak itu kepada yang lain. Ya udah deh, jadi dia sekarang drummer-nya Enam Hari.

"Lah iya bener juga lu, Dod" Kak Bram mengangguk-angguk. "Cukup lah kalo gitu mah, yakin gue"

Kak Satria mengangkat alisnya kemudian mengangguk. "Oke kalo gitu. Berarti pembagiannya gini aja, sesi pertama kita bawain lagu cover. High and Dry sama Stop and Stare. Sesi kedua, satu lagu cover sama Congratulation" ujarnya.

"Buat sesi kedua lagu covernya apa?" tanya Kak Jeff sembari mengetuk-ngetuk bodi gitarnya degan random.

Wira mengangkat tangan. "Call You Mine?" ia melirikku sekilas lalu tersenyum tipis.

Ah lagu itu. Aku ikutan tersenyum untuk beberapa saat sampai aku menyadari ada 5 pasang mata (iya Kak Kinar juga ikutan) yang lagi menatap kearah aku dan Wira secara bergantian—sambil senyum-senyum juga lagi.

"Hm paham. Anniv lo ya hari ini? Eh iya bukan sih?" Kak Jeff geleng-geleng sambil nyengir.

Kak Kinar menatapku dengan senyum lebar di wajahnya. "Ih kok kamu nggak bilang-bilang? Serius, Vid? Cie happy anniv Vidia dan Wira" godanya.

"Happy anniv sayang~" Kak Bram mulai bernyanyi dengan nada lagu Happy Birthday sambil tepuk tangan. Sialnya semua orang yang ada di ruangan itu langsung mengikuti, termasuk Dodi. Kak Jeff bahkan berinisiatif mengiringi koor tersebut dengan gitarnya.

Aku merasakan pipiku menghangat, dan kurasa Wira juga merasakan hal yang sama kalau dilihat dari gerak-geriknya yang cuma bisa menunduk sambil geleng-geleng pelan. Yee lagian siapa suruh tiba-tiba ide ngusulin buat bawa lagu itu?

Oh by the way, lagu itu adalah lagu yang dia pakai buat nembak aku tahun lalu di acara yang sama; Sosiokustik.

***

"Nah itu dia tadi penampilan dari Dua Kali Tujuh. Tepuk tangan dong. Keren ye namanya Dua Kali Tujuh, belajar kali-kalian. Berapa tuh Jak hasilnya Dua Kali Tujuh coba gua tanya"

MC malam itu, Kak Jaka dan Jannia, berhasil membuat suasana Teko jadi rileks karena jokes-jokes mereka yang entah kenapa walaupun garing tapi selalu berhasil membawa tawa di kalangan penonton.

"Empat belas lah. Gila, lo ngece lo. Gini-gini dulu gue anak kumon" balas Kak Jaka.

"Kuman elu mah, Jak"

See, garing. Tapi aku ketawa. Kak Kinar ketawa. Dan orang-orang lain juga ketawa.

"Kuman itu kan yang lagu dangdut itu kan, 'Kuman kuman di taman~'" Kak Jaka membalasnya dengan menyanyikan sepenggal lirik lagu yang dia maksud, lengkap dengan cengkoknya.

Di belakang mereka, aku bisa melihat Wira dan yang lainnya sedang siap-siap.

"Kumbang woy kumbang. Aaah gue kumbang juga lu ke tong sampah"

"BUANG WOY ITU JAUH. Emosi nih saya" Kak Jaka geleng-geleng sementara Jannia cuma ketawa-ketawa geli. "Eh ngomong-ngomong ini last performer kita kayaknya udah ready nih. Seneng gak lo pada Enam Hari kita kasih dua kali? Susah lho ini bikin mereka tampil di sini, udah artis soalnya. Ye gak ye gak?"

Penonton bersorak. Anak-anak Enam Hari di atas panggung cuma ketawa-ketawa aja.

"Kakak-kakak Enam Hari boleh tau dong mau bawain lagu apa nih buat penutup malam yang indah ini?" tanya Jannia dengan nada yang dibuat lebih imut dari nada normalnya. Di sebelahnya aku bisa melihat Kak Jaka komat-kamit kayak orang lagi berdoa minta diusirin setan.

Kak Satria tersenyum. "Buat penampilan terakhir ini, kita mau bawain 2 lagu. Yang pertama lagu kita sendiri, Congratulation," sorakan penonton membuat Kak Satria harus berhenti sejenak sebelum melanjutkan.

"Hush hush eh berisik lu, tiati kena SP. Ketua BEM nih" Kak Jaka berusaha menenangkan penonton. "Maaf kak lanjutin kak, emang suka gitu namanya juga anak-anak"

Kak Satria hanya tertawa kecil, tapi aku bisa melihat Kak Jeff, Kak Bram, dan Wira ngakak sampai tepuk tangan. "Iya itu. Sama satu lagi, lagu yang bisa dibilang cukup bersejarah buat salahsatu anggota kita, Wira" ia menunjuk kearah Wira.

Kak Kinar mencolek lenganku dan tersenyum lebar. "Cie anniv-nya dirayain satu jurusan"

"Apaan sih, Kaaaaak" aku hanya bisa senyum-senyum dan menggeleng.

"Oh gua tau nih, ini legenda di Sosiologi. Konon katanya, pas Sosiokustik taun lalu, ada benih-benih cinta yang bersemi di atas panggung ini" Kak Jaka nyamber.

"Benih-benih cinta banget bahasa lu anjir. Dangdut lu ah" sambar Kak Jannia.

"Lho gue serius. Denger-denger anak Enam Hari pecah telor terakhir ya pas Sosiokustik taun lalu gara-gara lagu ini? Pecah telor melepas masa lajang" ujar Kak Jaka. "Jadi buat cewek-cewek, maaf nih. Enam Hari udah ada yang punya semua, kurang-kurangin genitnya" ia menekankan pada frasa terakhir sembari melirik kearah Jannia. Penonton bersorak lagi.

"Yah gue juga gak bisa nggebet dong? Ya tapi gapapa. Gue akan mencintai mereka lewat lagu-lagunya aja. Nah, jadi gak usah banyak basa basi lagi ya, kita dengerin aja langsung nih lagunya sama-sama biar lo pada jatuh cinta juga. Ini dia... ENAM HARI!"

"Waktu dan tempat kami persilahkan"

Kak Jaka dan Jannia melipir, lampu sorot menyala, dan lagu pun dimulai. Seketika aku merasa déjà vu. Setahun yang lalu hari ini, aku juga ada di sini. Aku diundang oleh Wira untuk menontonnya tampil setelah beberapa minggu sebelumnya kami cuma berani berbicara intens lewat Line. Waktu itu belum ada Dodi dan mereka hanya membawakan satu lagu; Call You Mine. Siapa yang sangka setelah malam itu selesai dan panggung sudah dibereskan, di parkiran motor yang sepi, he did asked me to call me his.

Jawabanku? Kalian bisa tebak sendiri tentunya.

***

A/N:

*PSAK: Pengenalan Sistem Akademis Kampus (?) Sejujurnya aku juga gak begitu tau singkatan pastinya yang jelas PSAK itu semacam ospek fakultas gitu. Di UI, yang jadi latar cerita ini, ospeknya 3 lapis: yang pertama ospek universitas, terus ospek fakultas, baru ospek jurusan. Ospek fakultas nih biasanya main event-nya cuma 3 hari, tapi dari awal si maba dapet pengumuman kalo dia keterima di FISIP, dia bakal dibagi-bagi ke dalam kelompok yang dibimbing sama 2 orang senior sebagai mentor. Kelompok ini tujuannya buat ngebantu dia mingle di FISIP sama maba-maba lainnya. Intinya ngajarin gimana caranya jadi 'anak FISIP' deh. Hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

396K 25.6K 31
"Ugh ini dimana?" Dirinya langsung saja terduduk dan meneliti sekitar. "Ini bukan lumah Oliv" "Ini kamal bukan milik Oliv bukan lumah Oliv sama mama...
1.9M 196K 39
connected [ kuh-nek-tid ]: having a connection Alfian Djanuar Nandiardji is my first love. He is the only person I wish I could pass the future with...
2.6K 390 41
Ini kisah tentang mereka yang hidup di antara. antara suka dan luka, antara benci dan cinta, serta antara hidup dan mati. Tentang Jihan yang berusah...
71.7K 9.3K 47
🏆 Spotlight Romance of August 2024 by Romansa Indonesia Walaupun sudah jadi mahasiswa tingkat akhir, Mika masih sering insecure sama prestasi akadem...