Found The Baby & You

By LcyKate

596K 29.9K 575

Alicia Bannet, seorang gadis polos yang tidak mengerti apa-apa, menemukan seorang bayi laki-laki imut didalam... More

Part 1
Part 2
Part 3
Bab 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Bab 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31

Part 23

11.1K 650 10
By LcyKate

Aku seratus persen yakin mendengar dia mengajakku menikah. Telingaku masih sehat dan tidak pernah salah dengar. Aku benar-benar bingung harus berkata apa terlebih lagi karena ini adalah ajakan menikah dan bukannya ajakan pergi ke taman bermain dari teman-temanmuyang tentunya akan langsung kalian jawab, "Aku tanya mama dulu deh". Permasalahannya, aku tidak mungkin menanyai Mom apakah aku boleh menikah dengannya.

Aku masih terdiam untuk waktu yang cukup lama. Kepalaku berputar memikirkan jawaban apa yang harus kuberikan padanya. Orang-orang akan menyarankan untuk mendengarkan kata hati tapi, hatiku tidak bisa berbicara.

"Kau... barusan mengajakku makan ice cream?" aku berpura-pura tidak tahu untuk mengelabuhinya tapi pada kenyataannya, dia hanya mengerutkan keningnya dan menggeleng.

"Tidak, aku mengajakmu menikah" sialan.

Sejujurnya, aku mencintainya. Sejak dua tahun aku menanti kepulangannya dengan hati terluka dan seharusnya saat ini aku merasa senang dan bukan bimbang. Jika kupikir-pikir lagi tentang apakah aku menyukai Ryan, aku mulai ragu. Well, Ryan sangat baik dan lelaki paling manis yang pernah kutemui tapi, tindakannya kepadaku yang selalu membelikan ini itu bahkan sampai kastil, membuatku merasa bahwa aku sudah memperlakukan dia layaknya seorang sugar daddy. Tapi kalau kupikir secara logis, aku mencintai keduanya.

Kalian bisa bilang kalau aku ini serakah. Hubunganku dengan Chris sehat dan setia, hubungan dan perasaan yang sudah ada sejak dua tahun lalu. Hubunganku dengan Ryan bisa dibilang sehat (walaupun Ryan nampak sangat haus akan seks) tapi kami baru saling kenal beberapa minggu lalu. Aku mulai bingung.

"Chris, bisa kau berikan aku sedikit waktu untuk memikirkan jawabannya? Lagipula, aku harus menemukan ibu Darrel terlebih dahulu. Bagiku dia lebih penting dibanding hubungan asmaraku. Kumohon" ya, aku butuh waktu. Aku juga harus mulai fokus mengenai perasaanku yang sebenarnya terhadap Ryan sebelum aku benar-benar menyesalinya nanti. Aku tidak mau menikah selama perasaanku juga terbagi untuk orang lain.

"Tentu, aku sudah bilang dari awal bahwa kau bisa memikirkannya" ucapnya. Kurasa aku begitu banyak mengulur waktu dan lama-lama menjadi sebuah beban.

"Terima kasih, Chris. Kurasa aku harus segera kembali sebelum Ryan benar-benar khawatir" kataku, berusaha menghindainya.

"Biar kuantar" tawarnya.

"Tidak, terima kasih. Kurasa Ryan sudah mencari-cariku sekarang. Aku akan pulang dengannya" yah, aku tidak yakin benar sih Ryan berhasil datang kesini.

"Dia tidak bisa datang. Pekerjaannya sangat banyak hari ini" kedengarannya seperti dia mengarang cerita. Maksudku, bisa saja dia berusaha memengaruhiku lagi.

"Tahu dari mana?" aku mengangkat sebelah alisku dan tersenyum sinis.

"Aku yang mendesain baju yang dia pakai. Ingat?" dia balik mengangkat sebelah alisnya, berusaha menantangku untuk membantahnya.

Well, memang benar sih. Aku tidak bisa membantahnya kali ini.

"Tapi berjanjilah kau akan mengantarkanku ke tempat Ryan dan bukannya hotel" dia kelihatan tak yakin begitu aku mengucapkannya. Dia memikirkannya untuk beberapa saat sebelum akhirnya menjawab dengan terpaksa.

"Oke, janji"


Keadaan di mobil benar-benar menegangkan, tak ada satupun dari kami yang berusaha memulai percakapan. Mobil Chris benar-benar penuh dengan segala kertas yang penuh dengan gambar. Ada satu pakaian di kursi belakang yang dari tadi mengganggu ketenanganku, baju yang pernah kupakai dua tahun lalu. Baju itu benar-benar menggangguku dan membuatku merasa deja vu, wajahku menjadi panas setiap kali aku mengingat kejadian ciuman dalam mobil sewaktu dia akan mengantarku pulang. Hal itu jelas takkan terjadi lagi kan?

"Tenang saja, aku tak akan berbuat macam-macam" dia berhenti sejenak "sebelum kau benar-benar menerima proposal  ku" lagi-lagi dia mengingatkanku hal itu. Aku sangat ingin melupakan hal itu untuk sejenak sebelum Ryan berhasil membaca kekhawatiranku.

"Ya" jawabku singkat.


Akhirnya, selama perjalanan aku hanya bermain-main dengan Darrel dan tidak begitu menganggap keberadaannya.  Kalian bisa membayangkan bagaimana keadaanya. Chris memberhentikan mobilnya di tempat ramai orang yang kurasa adalah tempat pemotretannya. Well, tidak salah lagi, keberadaan Ryan akan menarik perhatian orang walaupun ini di luar negeri.

Kami turun dari mobil, sebisa mungkin berjalan melewati kerumunan orang. Cukup sulit karena begitu banyak orang yang menonton dan aku sebisa mungkin berusaha untuk melindungi Darrel. Begitu kami selamat melewati kerumunan orang, aku dapat melihat Ryan langusng menghampiriku dengan wajah masam yang kurasa, karena dia melihat Chris bersama denganku. Well, dia takkan menduga apa yang mungkin akan kuceritakan padanya.

"Lica, aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu mencari si kecil" Ryan mengelus kepala Darrel dengan wajah bersalah. Bukan salahnya sih, aku bisa melihat betapa sibuknya dia disini. Tidak seharusnya aku mendahulukan egoku disaat dia juga sedang sibuk toh, dia juga sudah minta maaf.

"Tidak apa, Chris juga sudah membantuku, walau tidak begitu banyak" aku berkata begitu karena aku membencinya, oke? Buktinya wanita tua itu sendiri yang menghampiriku sedangkan aku tidak yakin apa Chris memperlihatkan foto Darrel kepada orang-orang atau mempromosikan pakaiannya. Maksudku, dari mana dia dapat foto Darrel?

"Oh, thanks" Ryan menatap Chris dengan tatapan tidak bersahabat, bukan tatapan yang benar untuk mengucapkan terima kasih.

"Tidak masalah, aku justru berterima kasih padamu karena telah memberikan waktu untuk membicarakan sesuatu berdua saja dengan Alicia" Chris membalas ucapan terima kasih Ryan dengan tatapan yang sama-sama mengintimidasi. Dan lagi, apa dia sengaja ingin memberitahukan Ryan tentang proposal-nya?!

"Ha ha.. Ngomong-ngomong, kapan kiranya kau selesai?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan, berhati-hati agar tidak terjadi pertengkaran.

"Kurasa tinggal beberapa pakaian lagi. Desainer ini memang gila sampai aku yakin bahwa dia benar-benar dendam padaku" well, memang ya. Tetapi bukankah pada awalnya mereka memang bersahabat? Kurasa keberadaanku memang menyebabkan mereka bermusuhan. Bukan kesalahanku juga, mereka saja yang seperti anak kecil memperebutkan hal yang tidak jelas apa.

"Aku akan menunggumu, setelah itu kita bisa pergi makan malam sesuai yang telah dijanjikan" kataku, memberikan sedikit pesan semangat tersembunyi untuknya. Dia bilang tinggal beberapa pakaian lagi yang berarti tidak banyak lagi.

"Tentu saja, aku sudah menantikannya sejak subuh tadi" dia mencium pipiku kemudian langsung berlari menghampiri fotografernya yang sudah kehabisan darah. Begitu dia pergi, aku langsung duduk di tempat yang sudah disediakan Chris, seketika merasa ada gelora panas dari balik punggungku.

Kurasa fans-fans gila itu siap membunuhku.

***

Aku menonton Ryan dari kejauhan, seketika menyadari mengapa banyak orang menyukainya. Walaupun sudah banyak mengeluarkan gaya untuk beribu-ribu pakaian, dia masih saja tidak kehabisan gaya. Seakan-akan dia memang benar-benar tahu apa yang harus dia lakukan tanpa perlu mengulang pose sebelumnya. Kalau aku menjadinya, mungkin aku hanya akan terus berdiri seperti patung begitu sudah kehabisan pose.

Dia selesai begitu saja bahkan tanpa kusadari, berlari menghampiriku dengann memakai pakaiannya tadi pagi.

"Sudah selesai! Ayo kita pergi makan, sayang, pasti sudah lapar" oh, dia pasti tahu benar bahwa Chris sedang berada di dekat sini sampai repot-repot mengencangkan suaranya begitu.

"Oke.." aku membiarkan dia memegang pinggangku dari belakang, aku memang tidak setuju akan tindakannya tapi aku sudah terlalu lapar untuk meladeninya.

"Mau makan dimana? Ditempat yang romantis, terbuka, atau bahkan diatas kasur saja? Aku punya dessert yang pastinya akan terasa nikmat kalau masuk ke dalam teng---"

"Mana saja kecuali diatas kasur" aku segera memotong ucapannya sebelum benar-benar merasa jijik dan mual. Aku heran kenapa dia punya cukup keberanian untuk mengucapkan hal seperti itu secara terbuka dan dengan suara keras. Dan kurasa, aku sudah mulai mengerti semuanya karena terlalu banyak menghabiskan waktu dengannya serta membaca blog para ibu tentang bagaimana dia bisa memiliki anaknya saat ini yang kurasa, sangat aneh untuk dinamakan blog dibanding novel dewasa.

"Terserah apa katamu, sayang. Tapi katakan saja padaku kapanpun kau mau menikmati dessert istimewaku" Ryan masih mencerocos sambil membukakan pintu mobilnya untukku.

"Terima kasih tapi aku tidak suka dessert" ucapku masa-bodo dengan segala ceramahannya.

"Tidak mungkin, aku tahu kau juga pernah me---" telingaku terasa panas dan wajahku makin lama memerah karena dia tidak henti-hentinya mengatakan hal itu, seakan-akan kita pernah melakukannya.

"Sayang, aku sudah lapar. Kau tahu kan ibu-ibu lapar akan mudah darah tinggi?" aku mengeluarkan senyum terseramku yang berhasil membuat bulu kuduknya merinding.

"O-oke" dia segera menutup pintu mobilnya. Aku bohong tentang ibu-ibu akan darah tinggi ketika lapar, jangan anggap serius, oke?

Mobil mulai bergerak meninggalkan lokasi pemotretan dengan tatapan-tatapan menyeramkan dari para penonton. Aku heran kenapa Ryan tidak takut menunjukkan dirinya seperti itu tanpa takut dikecam media.

"Kenapa kau berani melakukannya?" tanyaku, memulai pembicaraan.

"Melakukan apa?" dia bertanya balik dengan takut-takut.

"Mengatakan hal begitu padahal bisa saja kau dikecam media. Bukankah seharusnya kau menjaga karirmu?" dia terdiam sebentar sebelum benar-benar menjawab.

"Memang seharusnya begitu tapi aku yakin kau tidak akan merusak karirku. Lagipula, mereka juga tidak nampak bermasalah" hatiku bergetar walau hanya sedikit. Jadi dia tidak sadar kalau orang-orang memelototi kami sejak tadi.

"Terkadang aku bingung, kenapa kau mau meladeniku padahal kita beda dunia" lagi-lagi, aku mengatakan hal seenaknya. Tapi itu memang benar, bahwa kami mempunyai dunia masing-masing dan tinggal di keadaan yang berbeda. Dia akan tinggal di apartemen mewah sedangkan aku akan selamanya tinggal di apartemen biasa di pinggiran kota London.

"Siapa bilang, kita sama-sama tinggal di bumi dan aku mencintaimu. Kurasa itu cukup" perkataanya benar-benar menyentuh hatiku.

"Bukankah kata 'mencintaimu' terlalu berlebihan untuk saat ini" aku tertawa sedikit untuk menyembunyikan wajahku yang memerah.

"Tapi itu memang benar kalau kau ingat-ingat bahwa aku memang mencintaimu" lagi.

Kurasa, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan setelah menemukan ibunya Darrel.

****

Sampai sini dulu ya :) 


Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.9M 69.6K 73
Bukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.
1.2M 43.4K 44
Hay guys ini cerita pertama aku, jadi kalau misal ada typo atau kurang seru maap yaa, hehehe soalnya masih pemula. aku harap kalian sukaaa Azka Raffa...
4.7M 35.3K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...