Marry Me or Be My Wife (End)

By AllyParker8

4.5M 214K 6.1K

Evelyn terpaksa harus menjalani pernikahan bisnis dengan pria cuek yang sombong, Armando Alfian Brawijaya, de... More

Bab 1 - Perjodohan
Bab 2 - No Love
Bab 3 - The Broken Heart Bride
Bab 4 - Married Couple
Bab 5 - Dinner
Bab 6 - Hate, Hate, Hate
Bab 7 - Lovely Gift
Bab 8 - Party
Bab 9 - Jealousy?
Bab 10 - Mad at You
Bab 11 - Flower
Bab 12 - Sweet Time
Bab 13 - Tersesat
Bab 14 - Won't Let You Go
Bab 15 - Stuck in the Moment With You
Bab 17 - Problem
Bab 18 - It's Gonna be Okay
Bab 19 - Close to You
Bab 20 - Surprise Hug
Bab 21 - What is Love?
Bab 22 - Look at Only Me
Bab 23 - Cute Jealousy
Bab 24 - Unseen Storm
Bab 25 - I'll Protect You
Bab 26 - Guilty
Bab 27 - Don't Hate Me
Bab 28 - Lyra
Bab 29 - Hold Me
Bab 30 - Realize (End)

Bab 16 - Smile For Me

132K 6.6K 77
By AllyParker8

Smile For Me


"Pagi," Evelyn menyapanya saat gadis itu memasuki ruang makan yang menjadi satu dengan dapur.

Arman menoleh sekilas dan membalas, "Pagi," sebelum melanjutkan membuat sarapan.

"Kamu masak?" tanya Evelyn seraya berdiri di samping Arman.

Arman mengangguk seraya mengocok telur yang sudah dicampurnya dengan potongan kecil sosis di mangkuk kecil.

"Ini apa?" tanya Evelyn saat melihat telur di mangkuk yang dibawa Arman.

"Telur," jawab Arman sekenanya.

Evelyn mendesis kesal, membuatnya tersenyum geli.

"Aku juga tau ini telur," kesal Evelyn. "Tapi ini mau dibuat apa?"

"Digoreng aja. Tadi aku kasih sosis. Kamu doyan, kan?" tanya Arman.

Evelyn mengangguk, tapi ia masih bertahan di tempatnya.

"Kamu sejak kapan bisa masak?" tanya Evelyn kemudian.

"Sejak Papa nyuruh aku sama Lyra bagi tugas selama kita liburan di sini," Arman memberitahu "Lyra anti masak. Dia bahkan nggak bisa nyalain kompor. Aku udah bilang kalau dia nggak bisa masak, kan?"

"Bohong," dengus Evelyn geli.

"Kalau aku bohong, kamu bisa cium aku nanti," balas Arman enteng, sementara Evelyn memukul lengannya pelan.

"Nanti bakal aku tanyain sendiri ke Lyra," ucap gadis itu.

"Tanya aja," Arman menanggapi. "Sekalian bilang ke dia kalau kamu juga nggak bisa masak."

"Aku lagi belajar," Evelyn tak terima.

Arman mengangguk-angguk. Ia sudah akan mengomentari tentang itu ketika Evelyn lebih dulu berkata,

"Jangan ngeledekin kemampuan masakku terus, sih. Atau aku nggak bakal mau masak lagi."

Arman terpaksa mengalah. "Mau aku ajarin masak?" ia berbaik hati menawarkan.

Evelyn menyipitkan mata menatapnya. "Beneran, kamu mau ngajarin aku masak?"

Arman mengangguk. Ia lantas meletakkan mangkuk berisi telurnya tadi.

"Kamu bisa nyoba goreng telurnya," Arman mempersilakan.

Evelyn mengangkat alis. "Kamu nantangin aku?"

Arman tersenyum geli, menggeleng, tapi Evelyn tampaknya tak percaya.

"Aku juga udah bisa goreng telur," kata gadis itu seraya mendorong Arman minggir. "Liat aja. Aku bahkan bisa ngebalik telurnya tanpa pecah."

"Oke," Arman menuruti sembari berusaha menahan senyum gelinya.

Ia kemudian menyaksikan Evelyn memanaskan minyak, lalu memasukkan telur ke penggorengan. Ketika tiba waktunya membalik telur itu, Arman bisa melihat keraguan gadis itu. Evelyn sudah akan menggunakan spatula untuk membalik telurnya, tapi ia menarik tangannya lagi.

Gadis itu lantas berdehem dan memegangi penggorengan itu dengan tangan kanannya. Dugaan Arman, ia akan melempar telurnya ke udara untuk membaliknya.

"Kamu yakin bisa? Ntar kalau telurnya jatuh, kita nggak sarapan, lho. Telurnya tinggal itu tadi," Arman mengingatkan Evelyn.

Arman tersenyum geli melihat Evelyn semakin gugup kini. Tak bisa tinggal diam, Arman kemudian berpindah ke belakang Evelyn, tangan kanannya melingkupi tangan Evelyn yang memegang gagang penggorengan. Dengan satu sentakan, Arman melempar telurnya ke udara dan membaliknya tanpa menjatuhkannya sedikit pun.

"Wah ... gimana kamu ..." Kalimat Evelyn itu seketika terputus saat gadis itu menoleh ke belakang dan tatapan mereka bertemu.

Bahkan Arman juga mematung di tempatnya, terkejut dengan kedekatan mendadak mereka.

Suara dehem dari pintu ruang makan membuat Arman melangkah ke samping dan mengambil alih penggorengan dari tangan Evelyn.

"Kamu duduk aja, biar aku yang nyelesaiin ini," Arman berkata.

"Oh ... eh ... iya," Evelyn tergagap, sebelum menuruti Arman.

Sepeninggal Evelyn, Arman memindahkan telur dari penggorengan, dan melanjutkan mengolah potongan sayur dan ayam. Ia mendengar suara Luki kemudian,

"Maaf mengganggu, Pak, Bu. Saya cuma mau bilang kalau saya sama Riani akan keluar dulu."

"Sarapan dulu," Arman membalas tanpa menatap Luki. "Aku masak cukup banyak buat kalian juga."

Ketika tak ada jawaban, Arman berbalik untuk menatap Luki. Pria itu masih berdiri di depan pintu, melongo menatap Arman.

"Panggil Riani," Arman berkata.

"Iya, Pak," jawab Luki, sebelum ia meninggalkan ruangan.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Evelyn kemudian.

Arman sudah akan menolak, tapi ia melihat ketulusan Evelyn, dan akhirnya menjawab,

"Tolong siapin piring sama nasinya di meja."

"Oke," sahut Evelyn riang. Lalu selama beberapa saat, gadis itu sibuk mencari piring dan menyiapkan nasinya.

Arman tak dapat menahan senyum saat kembali melanjutkan acara memasaknya. Bahkan saat ia sedang mencicipi masakannya, Evelyn berkata ingin mencobanya juga. Arman menyendok kuah dari ayam kecap sayurnya dan memberikannya pada Evelyn.

"Mm ... ini enak," ucap gadis itu. "Kamu beneran bisa masak, ya?"

Arman mendengus geli. "Kalau ada yang kamu pengen, kamu bilang aja, nanti aku buatin," reflek ia menawarkan.

Evelyn tampak terkejut, tapi gadis itu tersenyum dan membalas,

"Pasta."

"Kamu suka pasta?" tanya Arman. Ia tak pernah tahu jika Evelyn suka pasta. Dari informasi yang didapatnya ....

"Aku punya kenangan buruk tentang pasta. Di restoran cewek nyebelin itu," sebut Evelyn, membuat Arman tersenyum geli. "Kamu bisa kan, ngubah kenangan buruk itu jadi kenangan yang lebih baik?"

Arman menatap Evelyn dan mengangguk. Bukan hanya satu kenangan buruk itu, tapi semua kenangan buruk yang dimiliki Evelyn, Arman ingin mengubahnya menjadi kenangan indah. Tahukah Evelyn akan itu?

***

Evelyn sama sekali tak menyangka, Arman akan membawanya ke taman safari hari itu. Ia tak ingat kapan terakhir mengunjungi taman safari. Seingatnya, dulu ia masih kecil. Karena setelah Evelyn beranjak dewasa, ia tak pernah pergi ke tempat lain selain sekolah, mall, butik, pertunjukan musik klasik atau pertunjukan fashion show. Setelah sekian lama, rasanya seperti ia kembali ke masa kecilnya.

Evelyn bahkan tak sadar, berapa kali ia bersorak ketika melihat satwa-satwa liar, juga hewan yang tak bisa ia lihat setiap hari di depan matanya. Zebra dan jerapahnya yang paling menarik perhatian Evelyn. Ia bahkan tak dapat menahan tawanya saat bisa memberi makan langsung hewan-hewan itu.

Namun ternyata jalan-jalan mereka belum berakhir. Dari taman safari, Arman membawa Evelyn ke taman hiburannya. Saat mereka memasuki taman hiburan itu, Evelyn menatap Arman.

"Kita bukan anak remaja lagi, dan kita juga nggak bawa anak-anak. Kamu yakin kita bakal baik-baik aja di dalam sana?" tanya Evelyn.

Arman hanya tersenyum tanpa menjawab Evelyn, tapi kemudian pria itu menggandeng tangan Evelyn dan menariknya masuk ke taman hiburan itu.

Evelyn seketika membeku di tempatnya saat Arman menghentikan langkah di depan roller coaster-nya. Evelyn menggeleng pada Arman yang menatapnya kini.

"Selama ini kita sama-sama harus pura-pura demi ngejaga image kita, bukan cuma tentang pernikahan. Aku tau kamu juga selama ini harus jaga sikap di luar rumah demi nama baik keluargamu. Anggep aja ini kesempatan buat kita neriakin semua yang kita pendam selama ini," Arman berkata.

"Aku bakal banyak-banyak maki kamu. Apa kamu nggak pa-pa ama itu?" tanya Evelyn, berharap Arman akan membawanya pergi dari sana.

Arman tersenyum dan mengangguk. "Aku juga sama," balasnya.

Evelyn mendesis kesal. "Jangan ngumpat ke aku!" sengit Evelyn.

"Bukan ke kamu," Arman membalas. "Ke Lyra, mungkin."

Evelyn mendengus geli. "Ntar pas aku telepon ke dia, sekalian aku bilangin ke dia. Kalian kan, harus jujur satu sama lain."

Arman tersenyum geli. "Oke. Besok mungkin Lyra bakal langsung pulang buat ngehajar aku."

"Wah, Lyra nggak mungkin separah itu, kan?" Evelyn meragukannya.

"Coba aja," tantang Arman, membuat Evelyn mau tak mau percaya padanya.

Apa boleh buat? Evelyn memang tak sehebat Arman dalam hal mengancam.

Maka dua puluh menit kemudian, setelah mereka turun dari roller coaster-nya, Evelyn melirik Arman kesal.

"Kesempatan buat neriakin semua yang kita pendam?" sinis Evelyn. "Kamu bahkan nggak ngucapin satu kata pun dan malah sibuk ngetawain aku, kan?!"

Evelyn bisa melihat Arman jelas menahan tawa.

"Aku tadi ..."

"Nggak usah ngasih alasan!" putus Evelyn dongkol. "Kamu sengaja ngajak aku naik itu buat ngetawain aku, kan?" tuduhnya.

Arman tak menjawab, membuat Evelyn semakin kesal. Ia pun lantas meninggalkan Arman dan berjalan lebih dulu.

"Tapi tadi kamu kan juga maki-maki aku," Arman berkata begitu ia menjajari langkah Evelyn.

"Kamu berhak dapetin itu," balas Evelyn ketus.

"Oke, aku terima itu," Arman membalas santai.

Evelyn menghentikan langkah.

"Sekarang, kamu ngerasa lebih baik, kan?" ucap Arman lagi.

Evelyn melempar tatapan jengkel pada Arman.

"Ayo naik wahana yang lain lagi. Nanti aku temenin kamu teriak-teriak," Arman berkata.

Evelyn mendesis kesal dan memutar tubuhnya menghadap Arman.

"Seriusan, deh. Kamu ngajak aku ke sini cuma mau buat aku kesel, kan?" ia kembali menuduh Arman.

Arman menggeleng. "Kamu kesel?"

Evelyn mendengus tak percaya. "Apa aku keliatan seneng?"

Arman tak menjawab. Pria itu lantas meninggalkan Evelyn begitu saja, membuat umpatan kasar lain lolos dari bibir Evelyn. Dengan langkah marah, ia berjalan kembali ke arah pintu keluar taman hiburan itu. Namun baru beberapa langkah, ia merasakan seseorang menahan lengannya.

Evelyn berbalik dan ia tak bisa melihat wajah orang yang menahannya itu karena balon berwarna-warni di antara mereka. Sebelum Evelyn sempat bertanya, orang itu memindahkan segenggam tali-tali balon itu ke tangan Evelyn.

"Nanti begitu kamu nerbangin balon ini, kamu juga harus ngelepasin keselmu ke aku, oke?" Didengarnya suara Arman berbicara.

Evelyn mengangkat tangannya, membuat balon itu melayang lebih tinggi dan tak lagi menghalangi pandangan mereka. Dilihatnya Arman tersenyum padanya.

"Aku beneran ngajak kamu ke sini buat jalan-jalan. Aku pikir kamu bakal suka di sini. Waktu kamu kecil, kata ibumu, kamu selalu seneng tiap main ke tempat kayak gini, kan?" Arman melanjutkan. "Jadi jangan marah lagi, jangan kesel lagi sama aku, dan ayo lanjutin jalan-jalannya, hm?"

Evelyn lantas mendongak menatap balon berwarna-warni yang terikat tali di genggamannya. Arman benar-benar pintar bicara.

Evelyn mendengus pelan sembari menatap langit, sebelum ia melepaskan genggamannya pada tali balon-balon itu. Detik berikutnya, ia mendengar seruan heboh anak-anak kecil di sekitarnya. Evelyn menatap sekelilingnya dan dilihatnya anak-anak kecil di taman hiburan itu bersorak senang melihat balon-balon itu terbang ke udara.

Evelyn kembali menatap langit, dan bibirnya tak dapat menahan senyum saat melihat warna-warni balon itu menghias langit biru di atasnya.

"Kamu masih kesel sama aku?" Pertanyaan Arman itu membuat Evelyn kembali menatap pria itu.

"Ayo kita cobain wahana yang lainnya," Evelyn membalas seraya mengangkat dagunya tinggi.

Di depannya, Arman tersenyum dan mengangguk. Lalu, ketika Arman meraih tangan Evelyn dan menggenggamnya, Evelyn merasakan jantungnya kembali berdegup kencang. Bahkan kini, ia mendapati bibirnya melengkung tersenyum tanpa sanggup ditahannya.

*** 

Continue Reading

You'll Also Like

15.3M 1.7M 31
[SUDAH TERBIT] "Sahara, hidup itu perihal menyambut dan kehilangan. Kamu tahu lagu Sampai Jumpa-nya Endank Soekamti, kan? ya kira-kira begitu lah. Ta...
24.5M 983K 72
[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA] The Marvel Series 1 Dia Geovano si ketua geng Marvel Dia Geovano sang penguasa jalanan Dia Geovano si petarun...
2.9M 218K 61
Part Tidak Lengkap Hampir 3 tahun hubungan mereka terjalin. Tapi... Bian mana pernah memberikan buket bunga untuk Andrea. Bian mana pernah rela mener...
6.7M 958K 54
Prahara rumah tangga si cowok spek malaikat dan cewek spek iblis. PART MASIH LENGKAP! TIDAK DI HAPUS SAMA SEKALI ❣️ Novel tersedia di seluruh Gramedi...